Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Pembatalan Pernikahan
“Aku hamil!” tegas Killa lirih.
Killa yang sudah memakai seragam oren, menatap Ardhan penuh kemarahan.
“Maumu apa?” balas Ardhan dengan suara lirih juga.
“Belasan tahun kita mengenal ... kita bukan orang asing yang baru kenal, Ar!” sergah Killa yang menatap Ardhan dengan putus asa.
“Belasan tahun kita kenal, tapi aku sungguh baru tahu, bahwa kamu sangat m u r a h a n!” balas Ardhan. “Bahkan aku lebih akan terima, jika kamu melakukannya dengan lawan bisnisku! Tanpa bermaksud merendahkan sopirmu, tapi bagiku caramu sudah sangat murahan!”
“Lalu, bagaimana dengan kamu? Kamu bahkan akan menikahi istri sopirku! Lucu sekali!” Killa tertawa geli dan sengaja menyepelekan Ardhan.
“Menikah, ... apakah karena kamu terlalu murah, hingga kamu lupa arti, makna, sekaligus tujuan dari menikah?” lirih Ardhan yang mengakhirinya dengan sinis.
“Dia berbeda, dan aku menemukan kebahagiaan darinya. Dia terlalu berharga jika hanya aku jadikan pe l a m p i a s a n saja! Itu kenapa, aku ingin cepat-cepat menikahinya!” lanjut Ardhan yang kemudian menyodorkan map biru yang ia ambil dari tas kerjanya.
Pertemuan kali memang sengaja Ardhan lakukan karena Killa sudah resmi ditahan. Hukuman enam bulan kurungan penjara, Killa maupun Akbar dapatkan. Tak lupa, Ardhan juga mengabarkan mengenai status terbaru mereka. Status terbaru yang dijelaskan secara gamblang melalui beberapa dokumen yang menghiasi mam biru-nya.
Sempat bertanya-tanya dalam diamnya, Killa memutuskan untuk melihat isi mapnya. Killa berpikir, mungkin itu berisi gugatan perceraian dan semacamnya. Namun nyatanya Killa salah. Karena dokumen yang menjadi isi mam biru pemberian Ardhan justru sangat di luar dugaannya.
“Pembatalan pernikahan? Apa maksud kamu?” pekik Killa tak terima. Kenapa sampai ada pembatalan pernikahan dan prosesnya, tanpa sepengetahuannya? Terlepas dari semuanya, kenapa Ardhan melakukannya dalam waktu sangat singkat? Apakah Ardhan memang menggunakan kuasanya, saking marahnya pria itu pada perselingkuhan Killa dan Akbar? Atau justru, sebenarnya Ardhan sudah ingin melakukannya sejak lama, tapi baru terwujud sekarang? pikir Killa mendadak sulit berpikir.
Namun, bukan hanya Killa yang jadi sulit berpikir akibat pembatalan pernikahan yang terjadi. Sebab hal yang sama juga dialami oleh Akbar. Di tempat berbeda, di ruang besuk yang tidak begitu jauh dari kebersamaan Killa dan Ardhan berada, Akbar menatap muak dokumen yang baru ia baca. Dokumen tersebut ia dapat dari Arini, yang sampai detik ini justru tampil makin cantik. Alih-alih kumal kemudian mengemis cinta kepadanya, memintanya agar lebih memilih Arini ketimbang Killa, Arini justru sama sekali tidak melakukannya
“Ini pasti Ardhan kan, biang keroknya? Enggak mungkin kamu bisa urus begini, tanpa bantuan seorang Ardhan!” sewot Akbar.
“Memang sehebat itu kan, pak Ardhan? Makanya ketika dia mengajakku menikah, aku tidak berpikir panjang dan langsung menerimanya!” balas Arini cuek.
“Hah? Enggak mungkin. Dilogika saja enggak masuk akal, Rin!” sergah Akbar.
“Killa saja lebih memilih aku ketimbang Ardhan. Killa saja dibuang dan dipenjarakan. Apalagi kamu yang bukan siapa-siapa!” lanjut Akbar justru uring-uringan.
“Bilang saja kamu bingung siapa yang akan menafkahi mama dan adik manja kamu, setelah aku membatalkan pernikahan kita. Sementara kamu di sini, akan dipenjara selama enam bulan berikut masa penahanan!” balas Arini sinis.
“Jadi wanita, kamu jangan baperan dong, Rin! Kamu itu m i s k i n, yang ada kamu hanya dimanfaatkan oleh Ardhan!” sergah Akbar lagi.
“Yang baperan itu kamu, Mas. Kamu ya, ngomongin orang berasa lagi curhat!” balas Arini makin sewot. “Intinya, kita sudah bukan siapa-siapa. Kamu yang membuat ini terjadi. Bahagia tidaknya aku nanti, murni menjadi tanggung jawabku. Mas sudah enggak perlu pura-pura bertanggung jawab lagi ke aku. Sementara untuk mama dan adik Mas, mereka juga dipenjara kok, Mas. Jadi, hidup mereka juga sudah ada yang menjamin. Makan ada yang kasih, tempat tinggal juga ada yang sediain. Ya seperti yang Mas alami saat ini. Enak kan, tinggal di sini? Ah ... pasti ada yang kurang karena tinggal di sini, Mas jadi enggak bisa z i n a dengan Killa. Mas juga jadi enggak bisa ngaku-ngaku diPHK, terus ngaku-ngaku sibuk cari kerja, padahal aslinya ... ehemm ....”
Arini yang tak mau lama-lama berurusan dengan Akbar, memilih meninggalkannya. Terlebih sejak Arini membahas mama dan adik Akbar dipenjara, Akbar jadi emosional, tak hentinya menanyakan kronologi maupun alasan sang mama maupun sang adik, sampai dipenjara. Akbar tak lagi sibuk meminta Arini untuk memikirkan hubungannya dan Ardhan, apalagi sampai menyudahinya. Karena pada kenyataannya, tahta tertinggi dalam hati sekaligus pikiran Akbar hanyalah mama dan adiknya.
“Sampai kapan pun, Mama dan adik tidak mungkin meninggalkanku. Mereka bagian dari hidupku! Lain dengan istri yang sampai kapan pun tetap akan menjadi orang lain. Terlebih, istri bisa meninggalkan kita kapan saja! Dan kini, aku membuktikannya. Wanita baik-baik seperti Arini saja bisa main hati hanya karena yang mendekatinya pria kaya. Aku sungguh tak menyangka Arini akan setega ini kepadaku. Bukannya fokus mengurus mama dan Messi selagi aku jauh dari mereka, dia justru memulai lembaran baru dengan pria itu!” bati Akbar jadi uring-uringan sendiri.
“Rin, aku sayang kamu. Percaya lah kepadaku. Aku menyesal sudah melukai kamu, Rin! Tolong lupakan Ardhan. Ayo kita mulai semuanya dari awal!” lantang Akbar sambil berdiri. Ia berusaha menahan Arini, agar wanita cantik yang berpakaian bak nona muda itu mendengar kemudian tersentuh oleh kata-katanya.
Namun, Arini yang sempat berhenti melangkah kemudian balik badan menatap Akbar, justru dadah-dadah. Sambil melakukannya, Arini mundur dan meninggalkan Akbar penuh senyuman.
“Terima kasih banyak, Mas! Gara-gara pengkhianatan yang kamu lakukan, aku mendadak jadi istri jutawan!” batin Arini benar-benar ikhlas.
“Ehm ... bahagia banget, habis ketemu di Akbar!”
Ucapan yang terdengar sangat sinis barusan, Arini kenali sebagai suara Ardhan. Benar saja, itu sungguh Ardhan. Ardhan berdiri tak jauh dari pintu masuk sambil terus bersedekap. Ardhan yang kali ini memakai setelah jas abu-abu, tampak jengkel kepada Arini.
“P—Pak Ardhan di sini? Sudah ke Killanya?” kaget Arini langsung menyikapi Ardhan dengan ramah. Ia menghampirinya.
“Aku nungguin kamu dari tadi. Luamaaaa banget!” ucap Ardhan terdengar sangat sewot khas orang yang sedang tantrum, bahkan di telinganya sendiri.
“Masa sih, Pak? Sepertinya ... harusnya aku hanya menemui mas Akbar sebentar deh. Enggak ada lima belas menit,” yakin Arini yang sudah berdiri di sebelah Ardhan. Ia menengadah hanya untuk menatap Ardhan yang ia rasa sedang tantrum. Padahal saat tadi mereka berpisah untuk menemui mantan masing-masing, Ardhan hanya sedikit agak ketus.
“Kamu menemui Akbar enggak ada lima belas menit? Aku menemui Killa enggak ada lima menit!” sewot Akbar yang buru-buru berkata, “Sudah, ... kita enggak usah marahan. Kepalamu bagaimana?” ucap Ardhan buru-buru merangkul punggung Arini. Ia juga tersenyum manis menatap Arini yang jadi terlihat bingung gara-gara perkara lima menit dan lima belas menit.
“Nih orang kenapa jadi manis gini? Sampai rangkul, natap aku juga sambil senyum-senyum,” batin Arini memilih cari aman dengan menurut. Meski perubahan emosi Ardhan, cukup membuatnya bingung. Apalagi sejak kena lemparan palu, ia jadi kerap melupakan beberapa hal, termasuk hal yang belum lama ia lakukan.
(Ramaikan yaaa ❤️❤️❤️❤️)
ayo up lagi
batal nikah wweeiii...