Dalam waktu dekat, umat manusia telah mengembangkan teknologi canggih yang memungkinkan mereka melakukan perjalanan antar bintang. Misi perurkan dengan harapan menemukan planet yang layak huni. Namun, saat kru tiba setelah bertahun-tahun dalam cryosleep, mereka menemukan sinyal misterius dari peradaban asing, mengubah misi eksplorasi ini menjadi perjuangan bertahan hidup dan penemuan besar yang bisa mengubah nasib umat manusia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifky Ramadhan Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Bab 15: Pertarungan Melawan Kegelapan
Ruangan yang sebelumnya mencekam kini tampak sunyi. Namun, Elena dan kru tidak merasa aman. Mereka telah berhasil mengusir bayangan-bayangan gelap, tetapi ancaman yang lebih besar tampak semakin nyata. Mereka saling berpandangan, merasakan ketegangan di udara.
“Jadi, apa langkah kita selanjutnya?” tanya Samuel, menatap layar yang masih berkedip-kedip di sekeliling mereka. “Kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama lagi.”
Mark melangkah mendekati layar. “Kita harus menemukan cara untuk mengakses lebih banyak informasi. Jika ada kekuatan lain yang bangkit, kita harus tahu seberapa besar ancamannya dan bagaimana cara menghentikannya.”
Elena mengangguk setuju. “Kita tidak bisa hanya berfokus pada kegelapan yang kita hadapi sekarang. Kita perlu mencari tahu siapa atau apa yang mengendalikan semua ini.”
Kara, yang masih terlihat sedikit ketakutan, mencatat beberapa gambar yang berputar di layar. “Lihat ini,” katanya, menunjuk pada salah satu gambar. “Ini menunjukkan gerakan dari makhluk-makhluk aneh yang sepertinya sedang berkumpul di suatu tempat. Mungkin itu adalah markas mereka.”
“Jika kita dapat menemukan markas mereka, kita mungkin bisa menghentikan mereka sebelum mereka benar-benar bangkit,” tambah Samuel, terlihat bersemangat.
Mark mengalihkan perhatian mereka kepada tombol-tombol di sekitar layar, mencari tahu cara untuk mengakses data lebih lanjut. “Kita perlu tahu di mana lokasi markas itu. Jika kita bisa menemukan titik lemah mereka, mungkin kita bisa menghentikan kebangkitan kekuatan ini.”
Saat mereka bekerja sama, suara itu kembali terdengar, lebih keras dan lebih jelas dari sebelumnya. “Kalian tidak akan bisa menghentikannya. Kekuatan yang kalian hadapi bukan hanya bayangan. Itu adalah bagian dari diri kalian sendiri, kegelapan yang selalu ada di dalam setiap jiwa.”
Elena mengerutkan dahi, merasa terjebak antara keputusasaan dan tekad. “Kita tidak akan membiarkan kegelapan mengendalikan kita. Kita memiliki pilihan, dan kita akan memilih untuk melawan.”
“Kita bisa melawan!” teriak Kara, suaranya penuh semangat. “Kita tidak sendiri!”
Dengan satu dorongan penuh energi, mereka menekan tombol pada layar, berharap bisa menemukan informasi yang mereka butuhkan. Data mulai mengalir, menampilkan peta dimensi yang lebih besar, menunjukkan lokasi-lokasi yang dilapisi dengan kegelapan.
“Di sini!” teriak Samuel, menunjuk ke salah satu titik di peta. “Ini adalah pusat kekuatan mereka! Kita harus pergi ke sana.”
“Apakah kalian yakin ini aman?” tanya Mark, skeptis. “Kita sudah melihat betapa berbahayanya mereka.”
“Tidak ada waktu untuk ragu,” jawab Elena. “Jika kita tidak pergi sekarang, kita akan kehilangan kesempatan.”
Mereka semua sepakat, dan meskipun ada rasa takut yang mendalam, mereka melangkah maju, meninggalkan ruang kontrol yang suram untuk menjelajahi dimensi yang lebih luas. Saat mereka melangkah keluar, Elena bisa merasakan perubahan yang menyelimuti mereka—udara menjadi lebih berat, seolah ada sesuatu yang mengawasi dari jauh.
Kru itu mengikuti peta yang muncul di layar holografis, yang memandu mereka melalui lorong-lorong gelap dan dinding yang bergetar. Selama perjalanan, mereka terus-menerus mendengar bisikan yang mencekam, membuat mereka merasa seolah-olah ada mata yang mengawasi setiap langkah mereka.
“Apa yang kita hadapi di sini?” tanya Kara, suara bergetar saat mereka melanjutkan perjalanan. “Apa sebenarnya yang terjadi di tempat ini?”
“Ini adalah ujian,” jawab Mark, berusaha menenangkan. “Kita harus tetap fokus pada tujuan kita.”
Setelah berjalan beberapa waktu, mereka tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi bayangan. Di tengah ruangan, ada altar besar yang terbuat dari batu gelap, dikelilingi oleh simbol-simbol kuno yang bersinar samar. Elena merasakan energi jahat yang mengalir dari tempat itu, dan seakan ada kekuatan yang terikat di dalam altar tersebut.
“Ini pasti markas mereka,” Samuel berkata, suaranya serak. “Kita harus menghentikannya sebelum semuanya terlambat.”
Ketika mereka melangkah lebih dekat, sosok-sosok gelap mulai muncul dari bayang-bayang, mengepung mereka dengan tatapan menakutkan. Kali ini, makhluk-makhluk itu tampak lebih nyata, dengan bentuk yang lebih jelas dan menakutkan.
“Tidak ada yang bisa menghentikan kegelapan,” suara yang sama menggema di seluruh ruangan. “Kalian akan menjadi bagian dari kami.”
Elena dan kru bersiap, menghadapi makhluk-makhluk yang mendekat. “Kami tidak akan menjadi bagian dari kalian!” teriak Elena, suaranya penuh tekad. “Kami akan melawan!”
Ketika makhluk-makhluk itu menyerang, kru tersebut merangkul satu sama lain, menyatukan kekuatan mereka. Dengan kekuatan yang baru ditemukan, cahaya mulai memancar dari dalam diri mereka, membentuk perisai yang melindungi mereka dari serangan gelap.
“Saya bisa merasakannya!” teriak Kara. “Kita memiliki kekuatan! Kita bisa mengusir mereka!”
Elena, dipenuhi keberanian, meneriakkan mantra yang dia ingat dari rekaman peradaban yang hilang. “Kegelapan, kami tidak takut padamu! Kami adalah cahaya, dan kami akan mengusirmu!”
Cahaya yang bersinar dari mereka semakin kuat, memancar ke seluruh ruangan dan menyerang makhluk-makhluk gelap yang mengepung mereka. Makhluk-makhluk itu berteriak, menyusut ke dalam bayang-bayang, seolah takut pada cahaya yang mereka ciptakan.
Saat pertarungan berlangsung, mereka menyadari bahwa setiap makhluk yang mereka usir membawa sedikit dari kegelapan di dalam diri mereka. Elena bisa merasakan kekuatan gelap itu berusaha menariknya, tetapi dia berusaha keras untuk tetap fokus, tidak membiarkan bayang-bayang itu masuk ke dalam pikirannya.
“Jangan menyerah!” teriak Samuel. “Kita harus bersama-sama!”
Dengan teriakan itu, mereka saling menggenggam tangan, menyatukan kekuatan mereka. Cahaya semakin bersinar, mengusir kegelapan yang mengancam. Ketika bayangan terakhir mundur, mereka merasa kelegaan yang mendalam.
“Apakah kita berhasil?” tanya Kara, napasnya terengah-engah.
Elena melihat sekeliling. Ruangan itu kini tenang, dan altar yang sebelumnya mengeluarkan aura gelap kini bersinar dengan warna-warna cerah. “Sepertinya kita berhasil,” jawabnya, lega. “Tapi kita harus tetap waspada.”
Mereka mengamati altar yang kini bersinar, dan simbol-simbol kuno di sekelilingnya mulai memudar. “Ini mungkin cara untuk menutup portal mereka,” kata Mark, mendekati altar. “Kita bisa menghancurkan sumber kekuatan mereka.”
“Bisa jadi,” kata Samuel. “Tapi kita harus hati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi.”
Elena mengangguk, menatap altar yang bersinar. “Kita harus melakukannya. Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan kegelapan tidak akan kembali.”
Dengan langkah mantap, mereka mendekati altar. Elena merasakan getaran energi yang kuat saat mereka menyentuh permukaan altar. Dia bisa merasakan kekuatan kegelapan yang masih tersisa di dalamnya, tetapi cahaya dari dalam diri mereka lebih kuat.
“Bersama-sama!” teriak Elena. “Kita bisa melakukannya!”
Dengan satu dorongan penuh keberanian, mereka menekan tangan mereka pada altar, menciptakan gelombang cahaya yang membanjiri ruangan. Cahaya itu merobek kegelapan, memisahkan kekuatan yang terikat di dalam altar.
Mereka bisa merasakan energi mengalir di sekitar mereka, mengubah segalanya. Kekuatan kegelapan mulai terpecah, dan sosok-sosok gelap tampak berusaha meraih mereka, tetapi tidak bisa menjangkau.
“Ayo, lebih kuat lagi!” teriak Kara, semangatnya berkobar.
Cahaya semakin terang, menghancurkan altar dan mengusir kegelapan dari dimensi ini. Dengan satu ledakan cahaya yang luar biasa, ruangan itu dipenuhi dengan kilau yang membutakan.
Ketika cahaya itu akhirnya mereda, mereka berdiri di sana, kelelahan tetapi merasa bebas. Mereka telah menghancurkan sumber kekuatan yang berusaha menjerat mereka, dan kegelapan yang mengancam telah sirna.
“Elena,” panggil Samuel, berusaha mengambil napas. “Kita berhasil.”
Elena mengangguk, merasakan kebangkitan harapan di dalam dirinya. “Ya, kita berhasil. Tapi kita harus terus berjuang.”
Mereka menatap satu sama lain, menyadari bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Kegelapan mungkin telah diusir, tetapi ada tantangan lain yang menanti di depan.
Dengan semangat baru, mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi lebih banyak tantangan, tetapi mereka telah belajar satu pelajaran berharga: bersama-sama, mereka bisa menghadapi apa pun yang datang.
---