Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
“Kau benar. Laporan yang ada, Setelah sumpah ksatria yang dilakukan Sera. Kerajaan mendesaknya untuk segera meniduri Yuki dan memberinya keturunan. mereka mulai menyediakan obat-obatan penambah stamina dan kesuburan setiap malam untuk Yuki dan Sera. Tapi sepertinya Yuki tidak meminumnya karena tahu apa isinya. Tapi Sera…Dia laki-laki normal yang menginginkan Yuki.” Jelas Bangsawan Voldermon mulai khawatir.
Pangeran Riana mendengar penjelasan Bangsawan Voldermon dengan amarah yang semakin membara, meskipun wajahnya tetap dingin dan terkendali. “Jadi, mereka tidak hanya mencoba mengikat Yuki dengan sumpah ksatria, tapi juga mencoba memastikan Yuki memberikan keturunan untuk memperkuat hubungan mereka.”
Voldermon mengangguk, tampak waspada terhadap reaksi Pangeran Riana. “Ya, Pangeran. Obat-obatan itu dirancang untuk memastikan keturunan segera lahir, memperkuat posisi Yuki di sisi Sera dan di istana Argueda.”
Riana mendengus, matanya menyipit dengan perasaan frustrasi. “Sera mungkin akan menyerah pada godaannya, tapi Yuki…” Riana berjalan mondar-mandir sejenak, lalu berhenti, tatapannya berubah dingin. “Aku tak akan membiarkan itu terjadi. Kita harus bertindak sebelum Sera mendapatkan apa yang diinginkannya. Persiapkan perjalanan secepatnya. Sebelum Aku membawa Yuki kembali maka hal Ini belum berakhir.”
Bangsawan Voldermon mengangguk, segera memerintahkan persiapan perjalanan, Mereka sudah mendekati Ibukota. Dan akan segera pergi menemui Raja Jafar tanpa membuang waktu.
...****************...
Raja Jafar mendengarkan laporan dari prajuritnya dengan wajah yang datar, meskipun di dalam benaknya, berbagai pertimbangan terus berputar. Pangeran Riana yang mendekati ibu kota Argueda dan permintaannya untuk pertemuan pribadi, serta syarat yang diajukan, adalah sebuah ancaman yang jelas.
“Kakek, apa pendapatmu tentang ini?” tanya Raja Jafar, pandangannya beralih kepada Kakek Veyron yang menunggu dengan tenang di sampingnya.
Kakek Veyron mengangguk pelan, tatapannya tajam dan penuh pemikiran. “Riana tidak bodoh. Dia tahu cara tercepat untuk mendapatkan kembali gadis itu adalah dengan mengajukan negosiasi pada Argueda, memanfaatkan ketegangan diantara Rasyamsah dan Argueda. Syarat yang dia ajukan menunjukkan bahwa dia siap bermain politik dengan cara licik. Jika kita bersedia—untuk sementara menyerahkan Yuki, kita mungkin bisa menjaga perdamaian dengan Garduete, tapi kita harus menyusun rencana untuk mengatasi Sera.”
Raja Jafar mengangguk, memikirkan kata-kata Kakek Veyron. “Yuki bukan hanya masalah pribadi bagi Sera. Sumpah ksatria yang dilakukan Sera menbuat keberadaan Yuki sangat penting bagi Argueda. Jika kita menyerahkannya, kita juga menyerahkan keuntungan strategis kita. Namun, jika kita menolak, Riana bisa menjadi ancaman baru di tengah ketegangan yang sudah memanas.”
“Riana tahu ini,” lanjut Kakek Veyron, “dan dia memainkan kartunya dengan baik.”
Raja Jafar termenung sejenak sebelum akhirnya berkata dengan tegas, “Kita akan menemui Riana, untuk menyerahkan Yuki. Kita akan menerima kesepakatan yang ditawarkan”
Raja Jafar melirik para penasihat dan prajurit yang berada di dalam ruangan. “Segera atur pertemuan ini. Kita perlu memilih tempat yang netral, di mana kita bisa berbicara tanpa tekanan dari kedua belah pihak. Pastikan keamanan Yuki menjadi prioritas utama.”
“Dan kita juga harus mempersiapkan semua informasi yang mungkin mereka cari. Jika Riana mengincar lebih dari sekadar negosiasi, kita harus siap untuk menghadapi semua kemungkinan,” tambah Kakek Veyron.
Raja Jafar mempertimbangkan langkah-langkah strategis yang harus diambil. “Kita tidak bisa membiarkan Sera berada di ibukota saat pertemuan itu berlangsung. Jika dia ada di dekat Yuki, konflik pasti akan terjadi, terutama dengan kehadiran Riana yang menginginkan Yuki.
“Aku akan mengirim Sera ke daerah perbatasan ibukota untuk mengecek perlengkapan senjata. Dengan begitu, dia tidak akan terlibat langsung dalam pertemuan ini dan kita dapat menghindari potensi keributan,” jelas Raja Jafar, suaranya penuh ketegasan.
Kakek Veyron mengangguk. “Itu langkah yang bijak, tetapi kita harus memastikan Sera tetap mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi. Dia perlu tahu jika ada sesuatu yang berpotensi membahayakan Yuki.”
...****************...
Yuki merasa jantungnya berdegup kencang saat kereta melaju menuju istana Raja Jafar. Pikiran-pikiran berlarian di kepalanya, bertanya-tanya tentang hal mendesak yang ingin disampaikan. Dengan segala kemungkinan yang ada, ia merasa sedikit cemas namun bertekad untuk menghadapi apapun yang terjadi.
Pagi tadi, sesaat setelah mengantar rombongan Pangeran Sera dan Kakek Veyron yang pergi menuju perbatasan Ibukota untuk mengecek pembuatan senjata yang akan digunakan jika terjadi pertempuran antara Rasyamsah dan Argueda—di halaman istana Pangeran Sera.
Seorang Prajurit mendatangi Yuki dan menyampaikan pesan bahwa Raja Jafar memanggil Yuki untuk menghadap pagi ini juga, karena ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan.
Karena itulah Yuki langsung merapikan pakaian dan penampilannya. Kemudian dengan cepat naik kereta yang sudah menunggu. Menuju istana Raja.
Saat Dia tiba, Dua orang Prajurit langsung menjemputnya dan membawanya ke istana timur. Yuki tidak dibawa ke aula kerajaan seperti yang Dia kira. Kali ini Yuki dibawa menuju aula pribadi milik Raja Jafar. Saat namanya disebutkan dan Pintu terbuka perlahan. Yuki melangkah ragu ke dalam aula pribadi Raja Jafar, hatinya berdebar saat melihat Pangeran Riana sudah menunggu di dalam. Terkejut dengan keberadaan Pangeran Riana.
Yuki sempat urung untuk melangkah. Tapi Raja Jafar terus memperhatikan Yuki saat Yuki memasuki aula. Dalam hati Yuki, berbagai pertanyaaan memenuhi kepalanya. Bagaimana Pangeran Riana ada di sini ?.
Pangeran Riana tampak tenang, tetapi ada aura yang menekan di sekelilingnya. Raja Jafar berdiri di dekat meja besar, wajahnya serius saat memandang Yuki yang berdiri terdiam di tengah ruangan.
“Putri Yuki,” kata Raja Jafar, memecah keheningan. “Terima kasih telah datang. Pangeran Riana datang ke sini untuk menemuimu, Dia juga telah menyampaikan beberapa hal yang perlu kita diskusikan.”
Yuki menatap Pangeran Riana, berusaha menilai niatnya. “Apa yang ingin Pangeran bicarakan ?” tanyanya, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang meskipun dalam hatinya bergolak berbagai perasaan.
Pangeran Riana tersenyum tipis, tetapi ada kesan sinis dalam senyumannya. “Terima kasih telah mengizinkanku untuk berbicara langsung, Putri Yuki. Aku sangat menghargainya. Situasi antara Rasyamsah dan Argueda semakin memanas, dan aku percaya bahwa kau adalah kunci untuk tidak membuat ketegangan lain yang tidak perlu.”
Yuki merasa seolah-olah seluruh dunia berhenti sejenak. “Aku?” Yuki menatap Raja Jafar, merasa bingung.
“Seperti yang kau ketahui, hubungan antara kita dan Argueda sangat rumit,” lanjut Pangeran Riana, suaranya terdengar lebih mendesak. “Namun, jika kita dapat mengubah arah pembicaraan ini, mungkin kita dapat menemukan cara untuk mencegah Garduete terlibat melawan Argueda.”
Yuki menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa marah dan cemas yang muncul. “Apa yang sebenarnya kau inginkan, Pangeran Riana?” tanyanya langsung, mengabaikan kebiasaan sopan santun yang seharusnya dijaga.
Pangeran Riana menatap Yuki dalam-dalam. “Aku ingin berbicara tentang kesepakatan”
Yuki merasa hatinya terjepit. “Kau tidak bisa menggunakanku sebagai alat tawar menawar. Itu bukan cara yang benar untuk menyelesaikan masalah ini!” bentaknya, tidak bisa menahan emosinya.
Pangeran Riana mengangkat tangannya, seolah mencoba menenangkan. “Aku tidak bermaksud untuk mengancam. Aku hanya menawarkan sebuah solusi. Jika kita dapat menyetujui kesepakatan ini, kita semua bisa menghindari kehancuran yang lebih besar.”
“Dan kesepakatannya adalah…?” tanya Yuki dengan nada skeptis.
“Serahkan dirimu padaku,” jawab Pangeran Riana dengan tegas. “Aku ingin kau menjadi bagian dari perjanjian ini. Dengan kau di sisiku, Garduete tidak akan mengambil tindakan yang merugikan Argueda”
Raja Jafar mengerutkan dahi, menyadari situasi semakin tegang. “Putri Yuki, kita perlu berpikir jernih. Ini bukan waktu untuk emosi yang menghalangi keputusan yang harus diambil.”
Yuki menatap Raja Jafar dan kemudian kembali ke Pangeran Riana. “Kau tidak akan bisa memanipulasi aku. Apapun yang kau rencanakan, aku tidak akan terlibat dalam permainanmu.”
Pangeran Riana mengubah ekspresinya, wajahnya mulai menunjukkan ketidakpuasan. “Sangat disayangkan, Putri. Namun, ingatlah bahwa permainan ini bukan hanya tentangmu. Ada banyak nyawa yang dipertaruhkan, dan kau bisa memilih untuk membantu atau mengabaikannya.”
Yuki merasa tertekan oleh situasi ini. Sambil berusaha tetap tenang, ia berkata, “Aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan mereka, tetapi aku tidak akan melakukannya dengan cara yang kau inginkan. Jika ada cara lain, aku akan mencarinya.”
Raja Jafar mengamati wajah Pangeran Riana dengan penuh perhatian sebelum melanjutkan, “Aku akan meninggalkan kalian untuk berbicara secara pribadi. Namun, jika Pangeran ingin membawa Putri Yuki pergi, ingatlah untuk tidak menggunakan kekerasan. Aku tidak ingin kesenangan Pangeran Riana menunjukan kekejamannya pada wanita dipertontokan dalam istanaku” Dia melontarkan sindiran tajam itu, mengingat kado yang diberikan Pangeran Riana kepada Sera beberapa waktu lalu—sebuah celana dalam yang penuh dengan bau kasih sayang, bekas percintaan yang dilakukan secara paksa pada Yuki.
Pangeran Riana tidak bisa menyembunyikan kemarahan yang muncul di wajahnya, tetapi dia berusaha tetap tenang. “Tidak ada niatku untuk menggunakan kekerasan, Raja Jafar. Aku hanya ingin berbicara dengan Putri Yuki tentang masa depan kita,” jawabnya, meskipun nada suaranya mengandung ketegangan.
Yuki merasa tidak nyaman dengan pernyataan Raja Jafar. Dia menatap Pangeran Riana dengan curiga, berpikir bahwa situasi ini bisa berbahaya. “Aku tidak akan pergi kemana-mana tanpa persetujuan sendiri,” katanya, tegas.
“Dan itulah yang akan kita bicarakan, Putri Yuki,” Pangeran Riana menjawab, suara lembutnya kini terdengar lebih meyakinkan.
Raja Jafar mengangguk sebelum beranjak, meninggalkan ruangan untuk memberi mereka privasi. Namun, tatapan penuh kehati-hatian tetap terlukis di wajahnya.
Setelah Raja Jafar pergi, Yuki menatap Pangeran Riana dengan rasa was-was. Hening sejenak.
Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Yuki. Bagaimana Dia bisa ada disini ?. Yuki belum siap untuk kembali bertemu dengannya.