NovelToon NovelToon
PACAR TARUHAN

PACAR TARUHAN

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintamanis / Office Romance / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:3.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆

"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"

———

Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Dinner (Tidak) Romantis

Daliya bergegas kabur dari dalam bioskop masih dengan wajah tertutup tas. Ren menyusulnya dengan kewalahan karena pergerakan gadis itu yang tiba-tiba.

"Tunggu," Ren berhasil menyusul Daliya dan menahan tangannya. "Kamu kenapa kabur sih?"

Daliya menurunkan tas dari depan wajahnya dan bergumam lirih. "Aku malu,"

"Malu sama orang-orang di sana atau malu sama aku?"

"Dua-duanya," jawab Daliya kesal.

"Astaga, kenapa harus malu sih? Aku justru senang saat tahu ternyata ciuman pertamamu itu denganku," Ren berkata sambil mesem-mesem.

"Itupun karena kamu yang melakukannya tiba-tiba tanpa persetujuan ku," Daliya berjalan mendahului Ren. Ren kembali menyusulnya dan kali ini menggenggam tangan Daliya.

"Bagaimana rasanya?" tanya Ren dengan nada menggoda. "Apa sesuai bayangan kamu?"

Daliya menimpuk kepala lelaki di sebelahnya dengan tas yang ia bawa, pelan-pelan tentunya. "Nggak usah tanya-tanya lagi!"

"Ya ampun, jangan marah dong. Lagian kan yang kita lakukan waktu itu bukan ciuman sungguhan. Yang beneran itu yang kaya di film tadi,"

Ucapan Ren langsung membuat Daliya menghentikan langkahnya. Gadis itu kemudian menatap Ren dengan curiga. "Kamu...kelihatannya sangat berpengalaman soal itu, ya?"

Ren menelan ludah, ia menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Yahhh, aku kan juga pria normal, jadi..."

Daliya langsung melepaskan tangannya yang masih digenggam Ren. "Astaga, seharusnya aku tahu kalau sedang berhadapan dengan buaya darat. Apa karena kamu kuliah di Inggris jadi bisa melakukan hal-hal seperti itu dengan bebas? Apa di sana kamu juga suka berciuman dengan perempuan yang baru pertama kamu temui?"

"Hei, hei, hei, kamu salah paham!" Ren berkata panik. "Iya, aku memang pernah berciuman, tapi tentu saja tidak dengan sembarang orang! Aku melakukannya hanya dengan pacarku saja! Kalau untuk kamu, itu sih hal spesial. Aku memang melakukannya saat kita belum ada hubungan apa-apa, tapi kan sebentar lagi kamu jadi istriku,"

"Istrimu?" Daliya terbelalak. "Kata siapa aku mau jadi istrimu?"

"Memangnya kamu tidak mau?"

"Nggak!" jawab Daliya yang membuat Ren langsung shock. Sementara lelaki itu terdiam sebentar, Daliya sudah berjalan lagi dengan perasaan kesal. Entah kenapa perkataan Ren tentang dirinya yang pernah berciuman dengan pacarnya dulu membuat hatinya panas. Ia jadi membayangkan adegan di film tadi, tapi kali ini aktornya adalah Ren dengan wanita lain.

Astaga! Daliya mengipas-ngipasi wajahnya sendiri. Kenapa aku malah mikirin yang kaya gitu sih?

"Hey," Ren menyusul Daliya, lalu menghadangnya untuk menghentikan langkah gadis itu. "Jangan marah dong. Sekarang kita makan malam, yuk? Kan kencannya belum selesai,"

"Aku nggak lapar," bohong Daliya. Sebenarnya lapar sih, tapi dia gengsi.

Sayangnya, perut Daliya sama sekali tidak mau diajak kompromi. Baru selesai mulut Daliya berucap, tiba-tiba lambungnya sudah bersuara minta diisi.

Krucukkk....

Daliya dan Ren sontak terdiam mendengar hal itu.

"Ishh...," Daliya menutupi wajahnya lagi. "Malu-maluin banget,"

"Ehem, tadi katanya nggak lapar," Ren berkata menyindir, tapi kemudian ia tertawa dan kembali menggenggam tangan Daliya. "Udah dong marahnya. Kita kan niatnya mau senang-senang malam ini. Yuk, makan,"

Daliya masih merasa sangat malu, tapi ia berusaha mengendalikan dirinya agar terlihat tenang. "Oke, kita makan malam. Tapi, biar aku yang traktir dan pilih tempatnya,"

"Apa? Kenapa begitu?" Kening Ren berkerut.

"Nurut aja atau kita nggak jadi makan malam," ancam Daliya. Ren ingin memprotes, tapi akhirnya ia mengalah ketika melihat mata Daliya yang bersungguh-sungguh.

"Oke, Oke, fine! Kita mau makan dimana?"

Daliya tersenyum miring. "Kita lihat aja nanti,"

...----------------...

Ren melihat sekelilingnya sambil mengernyit bingung. Ia melirik ke arah rombongan bapak-bapak yang berkumpul di meja sebelahnya. Tampaknya orang-orang itu sedang membicarakan sesuatu yang seru, karena sejak tadi mereka terus tertawa sambil menggebrak-gebrak meja. Kaki mereka diangkat satu ke atas kursi, sementara tangan mereka sibuk menyuapkan nasi ke mulut. Masih dengan mulut penuh begitu, mereka kembali bicara dan tertawa bersama-sama.

"Daliya," bisik Ren pada Daliya yang duduk di depannya. Berbeda dengan suasana tempat itu yang ramai, Daliya malah tampak tenang dan menikmatinya. "Kamu yakin kita makan malam di sini?"

"He'eh," Daliya menganggukkan kepala. "Di sini bebek bakarnya terkenal enak, makanya banyak banget kan yang beli,"

"Tapi...,” Ren harus menelan ucapannya karena tiba-tiba lewat rombongan geng motor dengan suara knalpot yang sangat bising. Ren sampai harus menutup telinganya karena saking bisingnya suara itu.

"WOY! KALAU BALAPAN JANGAN DI SINI WOY!" Terdengar teriakan salah satu bapak-bapak yang duduk di meja sebelah mereka. "Dasar anak-anak zaman sekarang, mengganggu orang makan saja!" celotehnya lagi.

Duh, suara bapak bahkan lebih keras ketimbang suara motor mereka! Keluh Ren di dalam hati. Tentu saja dia tidak berani menegur secara langsung.

Belum sampai Ren menghela napas lega karena polusi suara telah berhenti, sekarang dirinya harus terbatuk-batuk gara-gara asap rokok mereka.

Ya ampun, bukankah mereka ini tidak punya etika? Masa merokok di dalam ruangan sih?

"Ren?" Daliya menatap Ren dengan heran. "Kok diam aja? Makan dong,"

Ren hanya tersenyum tipis. Ingin sekali dirinya menarik Daliya untuk keluar dari sini, tapi ia tak tega. Padahal Ren sudah merencanakan kencan mereka dengan matang. Malam ini setelah nonton bioskop, mereka akan makan malam di restoran mewah sambil melihat pemandangan kota dari atas gedung. Selama makan itu, Ren akan mencoba merayu Daliya dengan kata-kata romantis. Tapi, sekarang, boro-boro berkata-kata romantis, mereka saja tidak bisa bicara dengan benar karena saking ramainya tempat itu.

Ren menatap seonggok bebek bakar yang tersaji di depan mereka. Di luar dugaan, aroma bebek bakar itu cukup sedap, mampu membuat perutnya terasa keroncongan. Ren ingin segera menyantap daging unggas itu, tapi dia bingung karena tidak disediakan sendok dan garpu.

"Eng, Mas," Ren memanggil sang pemilik tenda sambil melambaikan tangan. "Minta sendok sama garpu dong,"

"Yaelah Mas, masa makan bebek bakar pakai sendok garpu sih?" lelaki itu malah tertawa mendengar permintaan Ren.

"Hah? Terus makannya pakai apa dong?"

"Pakai tangan lah!" lelaki paruh baya itu menaruh tangannya di depan mulut, mempraktikkan maksud ucapannya. Ren hanya bisa melongo.

"Nggak higenis dong!"

"Ren," Daliya menyentuh tangan Ren. "Cuci tangan pakai ini," Daliya menuangkan air dari botol plastik yang ada di meja ke atas mangkok yang sudah disiapkan. "Ini air buat cuci tangan," ujarnya kemudian.

Ren mengernyitkan dahi. "Bukannya ini air buat minum?"

"Bukan! Ini air mentah, memang disiapin khusus untuk cuci tangan,"

"Apa?" Mata Ren terbelalak. "Tadi aku minum ini!"

"Yang benar?" Daliya ikut panik. "Kok kamu nggak nanya aku dulu?"

"Kamu tadi masih pesen makan di depan!"

Daliya menutup mulutnya menahan tawa. Ia sebenarnya merasa kasihan, tapi kok lucu.

"Ya udah lah nggak apa-apa, anggap saja vitamin," kata Daliya mencoba menghibur.

"Astaga, Daliya!" Ren berseru shock.

1
retiijmg retiijmg
hahahahahaha.
retiijmg retiijmg
aq pendukung ren sama daliya 😁
retiijmg retiijmg
baper tingkat dewa tiap ada ren ngomong
retiijmg retiijmg
bnr2 dibuat baper 😄
retiijmg retiijmg
jadi baper baca pertemuan ren dan daliya
xopitt 89_
Luar biasa
Sonya Bererenwarin
Renn..... Bucin akutt😂😂😂
Sonya Bererenwarin
Luar biasa
Ahmad Nashrullah
delia jadi cewek jg gampangan makanya,,,,,,,berharga dikit aja napa,,,,,,biar lelaki menghargaimu,,,,,,,biar dirimu s berharga itu tahu g
pipi gemoy
👍🏼👏🏼🙏🏼☕
Imas deemashayoe Deemashayoe
Luar biasa
Trisna
Tante Dessy sengaja deh... buat suasana panas.
punya dendam kah sama Ren
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
hahahahaha bener itu amalan ya Bu ibu rempong 😂😂😂😂😂👻
pipi gemoy
vote Thor ✌🏼
pipi gemoy
😂👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👏🏼👍🏼
Dali ya 🌹
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂😂👻
kocak🌹
pipi gemoy
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣😆
pipi gemoy
gadis ajaib si daliya ini😆😆😆😆😆😆👻
Trisna
lah salah sangka mama mu Ren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!