🥇Juara 1 YAAW Periode 2 2024 Genre Pria
🏅Juara Tema Kreatif 'Harem'
Elang menjadi pemuas nafsu para wanita dewasa semenjak SMA. Ia terpaksa melakukan itu demi bertahan di kehidupan ibu kota yang keras. Sampai suatu hari Elang mendapat pelanggan yang membuatnya terjebak dalam masalah besar.
Takdir membawa Elang harus menjadi guru les privat putri dari salah satu pelanggannya. Terlebih putri pelanggannya itu adalah sahabat kekasihnya Elang. Parahnya ketiga perempuan itu sama-sama jatuh cinta pada Elang.
Inilah cerita Elang. Petualangannya dalam menghadapi banyak wanita di hidupnya. Bagaimana kelanjutannya? Apa Elang membiarkan banyak wanita berlabuh di hatinya? Atau dia memilih melabuhkan hatinya hanya untuk satu orang saja.
*Genre : Harem.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13 - Deep Talk
Yolanda hampir bersuara, namun dengan cepat tangan Elang membekap mulutnya. Mereka sekarang dalam mode diam. Terlebih keduanya masih dalam keadaan tanpa busana.
"Mereka tidak akan memakai mobil ini kan?" tanya Elang dengan nada berbisik.
Yolanda mengangguk. Lalu perlahan dia jauhkan tangan Elang dari mulutnya.
"Lebih baik begini," ucap Yolanda sambil menarik dagu Elang. Ia memaksa pemuda itu mencium bibirnya.
Elang tak kuasa menolak. Dia dan Yolanda berciuman. Mengabaikan Tarjo yang baru saja berlari melewati mobil tempat mereka berada.
Tarjo berhenti berlari sejenak, karena atensinya tertuju pada tas ransel yang tergeletak di lantai.
"Tarjo! Kenapa kau bengong di sana?! Cepat! Kalau pasienku meninggal, aku akan menyalahkanmu!" omel Ilyas.
"I-iya, Pak!" Tarjo mengabaikan tas ransel yang dirinya lihat. Ia buru-buru masuk ke mobil dan segera mengantarkan Ilyas pergi. Keduanya sekarang telah beranjak dari garasi.
Sementara itu, Elang dan Yolanda masih asyik bergulat lidah. Sambil melakukannya, tangan Elang tak henti menelisik lekuk tubuh Yolanda.
"Mmph... Mmph..." Yolanda kembali bergairah dibuatnya. Di saat begitu, Elang mengakhiri sentuhannya.
"Kenapa berhenti? Ayo lakukan lagi," pinta Yolanda.
Elang terkekeh arogan. Dengan sikap Yolanda begitu, dia merasa seperti dirajakan.
"Ya ampun, Tante. Kehidupan se-ksualmu sepertinya bermasalah," komentar Elang sembari merubah posisi menjadi duduk. Dia segera mengenakan pakaian.
Melihat Elang mengenakan pakaian, Yolanda mendengus kecewa.
"Aku akan bayar double kalau kita melakukannya lagi," tawar Yolanda.
"Maaf, Tante. Satu kali sepertinya sudah cukup," tolak Elang baik-baik. "Kenapa kau tidak memintanya pada suamimu? Apa dia terlalu sibuk untuk melakukannya?" lanjutnya.
Yolanda terpaksa ikut berpakaian. "Tentu saja aku memintanya. Ini bukan perkara kesibukannya. Tapi durasi suamiku sangat sebentar. Bahkan belum sempat dua menit dia sudah selesai. Selain itu, pemanasannya juga sebentar," ungkapnya panjang lebar.
"Ah, jadi itu masalahnya. Kenapa kau tidak belikan saja dia obat atau jamu kuat? Dan masalah pemanasan, kan kau bisa bicarakan baik-baik padanya. Begitulah seharusnya hubungan pasangan suami istri kan?" tanggap Elang. Dia bersikap seperti orang yang sudah menikah.
"Dia sudah mengkonsumsi banyak obat kuat. Tapi nggak ada yang mempan. Durasinya paling lama lima menit. Lalu mengenai pemanasan, aku juga sudah membicarakan itu dengan suamiku. Tapi dia masih bingung harus bagaimana saat prakteknya. Dia memang lelaki yang pintar dalam segala hal, tapi sangat bodoh kalau masalah ranjang!" terang Yolanda sembari menghela nafas panjang.
"Jadi karena itu kau membutuhkan jasaku?" tanya Elang.
"Ya. Awalnya aku berusaha menahannya sebisa mungkin. Tapi itu malah membuatnya semakin buruk," jawab Yolanda.
"Tak masalah. Asal kita tidak melakukan ini terus-menerus. Kau harus bisa menentukan waktu untuk berhenti," kata Elang.
Yolanda sempat terdiam mendengar Elang bicara. Senyuman tipis terukir sambil dirinya lirik pemuda tersebut. "Aku tidak menyangka, ternyata kau juga punya sisi dewasa," komentarnya.
"Aku sudah dipaksa dewasa sejak usia enam tahun," balas Elang.
"Kenapa?" Yolanda penasaran.
"Karena sejak lahir, orang tuaku meninggalkanku di depan pintu panti asuhan. Saat usia enam tahun, aku sudah memikirkan cara untuk mencari uang," sahut Elang yang perlahan menundukkan kepala. "Itulah alasan utamaku melakukan pekerjaan ini," tambahnya.
Yolanda menatap Elang dengan belas kasih. Lalu dia peluk pemuda itu dengan kasih sayang. Sebagai seorang ibu, dia cepat sekali merasakan empati. Terlebih Yolanda baru saja melahirkan seorang bayi sekarang.
"Kalau ada apa-apa, kau bisa beritahu aku. Aku pasti akan membantu," tutur Yolanda tulus.