Love For The Last

Mama Anita masih menangis meski Gionino akhirnya pamit untuk pergi. Penderitaan ini terasa semakin nyata ketika penyesalan hanya mampu dia pendam sendiri, tidak mampu membaginya pada siapapun.

Bahkan untuk sekedar mengucapkan kata maaf Mama Anita tak mampu untuk mengutarakannya.

Semuanya seperti berhenti di tenggorokan, membuatnya kesulitan untuk bernafas. Dadanya sesak sekali.

Andai waktu bisa diputar ulang, mama Anita tak akan mengambil keputusan gegabah seperti 20 tahun lalu. Andai waktu bisa diputar ulang mama Anita akan menikahkan Gionino dan Aruni.

Memikirkan hal itu air matanya terus jatuh, entah bagaimana caranya agar air mata ini bisa berhenti. Mama Anita tak mengetahui caranya.

"Nyonya, kenapa anda menangis terus? Beri saya sedikit isyarat agar bisa mengerti," ucap dokter Hana, bingung.

Setelah Tuan Gionino pergi dia pikir tangis Nyonya Anita akan berhenti tapi ternyata tidak. Tangis sang Nyonya masih sama seperti tadi, tangis yang terasa begitu pilu.

"Lebih baik Nyonya tenang dulu, tahan untuk tidak menangis. Mulai tarik nafas secara perlahan," ucap dokter Hana.

Dokter Hana tidak tahu bahwa sebenarnya Mama Anita belum mengizinkan Gionino untuk pergi, mama Anita masih ingin banyak bicara melalui sorot matanya.

Mengatakan bahwa dia sangat ingin bertemu dengan Aruni. Apapun akan Mama Anita lakukan untuk menebus semua kesalahannya di masa lalu.

Tapi apalah daya, sekarang tidak ada satupun orang yang mengerti maksud hatinya. Hingga mama Anita hanya mampu, menangis menangis dan menangis.

*

*

Entah jam berapa akhirnya Gionino tiba di rumah malam ini, dia kembali duduk di kursi ruang kerjanya dan melihat Aruni serta Adrian melalui rekaman CCTV.

Gionino menatap dengan sorot matanya yang nampak kosong, melihat Aruni dan Adrian yang mulai berbenah untuk tinggal di paviliun.

Waktu padahal terus berjalan, namun Gionino tidak merasa mengantuk sedikitpun. Pikirannya terlalu berkecamuk.

Bahkan saat pagi buta, Gionino sudah lebih dulu meninggalkan rumah tanpa pamit.

Bibi Jema hanya sempat mendengar saat mobil sang Tuan meninggalkan halaman rumah.

"Apa yang terjadi? Sepertinya ada masalah," gumam bibi Jema, dia telah lama bekerja dengan keluarga Abraham, sedikit banyak bibi Jema mengetahui makna gerak gerik majikannya.

Jika tuan Gionino pergi tanpa pamit seperti ini, jelas beliau memiliki urusan yang penting. Bahkan kemungkinan tuan Gionino tak akan pulang sampai nanti malam.

Jadi bibi Jema menemui pelayan bagian dapur untuk tidak perlu menyiapkan makanan pagi.

"Bu, kenapa sudah kembali? cepat sekali masaknya," tanya Adrian, kini mereka telah tinggal di paviliun.

"Kata bibi Jema tuan rumahnya pergi, jadi tidak perlu menyiapkan sarapan untuk beliau," jelas Aruni apa adanya. Dia hanya memasak untuk para pelayan, selesai tugasnya dia langsung menemui Adrian yang hendak pergi ke sekolah.

Adrian terdiam sesaat, 'Kemana pak Gio pergi? Pagi sekali,' batin Adrian, dia bahkah belum pergi ke sekolah. Mendadak hatinya seperti ada yang kosong.

Tak ada yang tahu jika pagi ini Gionino pergi ke universitas Imperial College University, tempat Aruni kuliah beberapa tahun lalu.

Dengan kekuasaan yang dia punya dan di dampingi oleh Deni, Gionino membuka dokumen mahasiswa angkatan Aruni. Dalam berkas tersebut tertulis jelas jika Aruni memang tidak lulus, melainkan di keluarkan dari universitas. Penyebabnya karena melakukan tindakan asusila, hingga beasiswanya dicabut dan dikeluarkan secara tidak hormat.

Deg!

Jantung Gionino berpacu cepat setelah membaca dokumen tersebut, bagaimana bisa dia melewatkan tentang hal ini di masa lalu. Fitnah yang begitu kejam menimpa Aruni.

Seperti tak pernah puas untuk mengetahui semuanya, setelah dari Imperial college university, Gionino pergi ke luar kota. Menemui asisten pribadi sang ibu yang kini telah pensiun di usianya yang senja.

Gionino seperti tengah menyusuri semua luka Aruni di masa lalu, luka yang hari ini dia rasakan dengan jelas.

"Tuan Gionino," sapa asisten Maya. Setelah mama Anita jatuh sakit, asisten Maya pun tidak bekerja lagi di keluarga Abraham. Tugasnya digantikan oleh dokter Hana.

Asisten Maya cukup terkejut ketika melihat tuan Gionino datang, terlebih tuan Gionino datang dengan raut wajah yang tak mampu dia baca. Sorot mata nampak kosong, wajah dingin dan tubuh lunglai seperti tak bertenaga.

Datang ke sana Gionino langsung disambut dengan hormat, namun Gio enggan masuk, dia hanya duduk di teras rumah milik asisten Maya.

Waktu sudah menjelang sore.

"Maaf Tuan, bagaimana keadaan nyonya Anita? Apa beliau baik-baik saja?" tanya asisten Maya, dia pikir kedatangan tuan Gionino ada sangkut pautnya dengan keadaan nyonya Anita.

"Aku datang bukan untuk membicarakan tentang Mama. Aku datang untuk bertanya tentang Aruni," ucap Gionino.

Asisten Maya langsung membeku ketika mendengar satu nama itu, beberapa detik kemudian dia langsung bersimpuh di hadapan tuan Gionino.

Jika tuan Gionino sudah membahas tentang hal ini, dia tak akan mampu menyembunyikannya lagi.

"Katakan ... kejahatan apa saja yang telah dilakukan Mama pada Aruni," titah Gionino dengan lirih, dia benar-benar pria yang merasa putus asa.

Dengan kepala yang menunduk asisten Maya mengatakan semua hal yang terjadi di masa lalu. Tentang Aruni yang dikeluarkan dari kampusnya, diblacklist dari semua perusahaan, bahkan dipaksa untuk menikahi Hendra.

Dan detik itu juga jatuhlah air mata Gionino ...