NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terjangan Kegilaan

Hujan semakin deras. Petir menyambar di kejauhan, menerangi reruntuhan benteng markas sekte dengan kilatan cahaya yang menyeramkan. Aku berdiri di tengah lapangan terbuka, napas masih memburu setelah menghancurkan tubuh pria yang tadi kukejar. Tubuhnya hancur berkeping-keping dalam ledakan listrik yang mengerikan, tersebar seperti abu yang lenyap di bawah derasnya hujan.

Tapi aku tidak sendiri.

Puluhan anggota sekte yang berjubah hitam mulai mengerumuni tempatku berdiri. Mata mereka menyala dengan kebencian dan dendam. Mereka tidak akan membiarkan kematian rekannya begitu saja. Aku bisa merasakan aura gelap menyelimuti mereka, kekuatan kegelapan yang semakin menebal, menambah tekanan di udara.

Tanpa peringatan, mereka menyerang serentak.

Orang pertama menerjang dari depan, mengayunkan pedang besar ke arahku. Aku berkelit, dan dia hampir kehilangan keseimbangan, tapi segera mengayun lagi. Pedang itu nyaris membelah bahuku, tapi aku berhasil menangkap tangannya di detik terakhir. Petir menyambar dari tanganku, membuat tubuhnya kejang-kejang. Dengan satu tendangan, aku menghantam perutnya hingga dia terlempar beberapa meter.

Namun, sebelum aku bisa merayakan, dua orang lainnya sudah datang dari arah samping, menyerang dengan sabit dan belati. Aku berhasil menepis serangan mereka dengan tangan kosong, tapi tiba-tiba dari belakang, aku merasakan hantaman sihir gelap menghantam punggungku. Tubuhku terhempas ke depan, menghantam tanah berlumpur dengan keras. Rasa sakit menjalar di sekujur tubuhku, seolah-olah tulang belakangku dipenuhi es.

Aku meringis, tapi tidak punya waktu untuk meratapi rasa sakit itu. Gelombang serangan lainnya segera datang. Beberapa dengan senjata, beberapa dengan sihir. Kegelapan di sekelilingku semakin pekat, membuatku sulit bernapas. Aku memanggil petir lagi, namun kali ini reaksinya lebih lambat, seolah kekuatan mereka membatasi kekuatanku.

Sial. Mereka tidak bisa diremehkan.

Sebuah pedang terayun ke arah leherku, tapi aku berhasil menunduk di detik terakhir, lalu membalas dengan satu pukulan keras ke arah dadanya. Suara tulang yang retak terdengar, dan musuhku terjatuh, tapi yang lain sudah datang lagi.

Aku mulai kewalahan. Serangan datang dari semua arah depan, belakang, samping. Tubuhku sudah dipenuhi luka. Darah bercampur dengan lumpur di sekujur tubuhku, dan aku bisa merasakan beberapa tulangku patah saat sabit menghantam lenganku. Tapi tak ada waktu untuk merasa takut atau mundur. Aku terlalu jauh untuk itu.

Aku menangkis serangan lain dengan lengan yang terluka, bahkan menggunakan belati musuh yang jatuh untuk menebas lawan di depanku. Satu per satu, mereka tumbang di bawah serangan balikku yang brutal, namun mereka tidak habis-habis. Di tengah keriuhan itu, aku sempat berpikir aku terlalu ceroboh.

Namun, senyum tipis muncul di wajahku.

Di tengah semua kesulitan dan rasa sakit ini, ada sesuatu yang membara dalam diriku. Ini yang aku cari adrenalin, kekacauan, pertarungan yang benar-benar menantang! Sensasi ini begitu menggairahkan. Setiap pukulan, setiap tebasan, setiap rasa sakit membuatku merasa lebih hidup.

Tiba-tiba, aku mendengar suara ledakan yang aneh dari belakang. Ketika aku berbalik, aku melihatnya retakan di udara, seolah ada pintu dimensi yang terbuka. Dari dalamnya, makhluk-makhluk mengerikan mulai keluar. Mereka bukan manusia, bukan pula binatang. Bentuk mereka terlalu kacau, terlalu asing untuk dipahami. Beberapa terlihat seperti laba-laba raksasa dengan kaki panjang yang berselimut duri. Ada yang mirip ular dengan kulit bersisik hitam pekat dan mata merah menyala. Suara auman mereka menggema di seluruh tempat itu.

Mahluk-mahluk dari dunia lain.

Mereka lebih berbahaya daripada anggota sekte yang kutumbangkan tadi. Salah satu makhluk raksasa menerjangku, cakar-cakarnya yang tajam menebas ke arahku. Aku mencoba menghindar, namun terlambat. Cakar itu menembus sisi perutku, merobek kulit dan daging hingga tulangku terlihat. Darah mengalir deras, dan rasa sakit yang luar biasa langsung menghantam. Tubuhku terhuyung, tapi aku tidak punya pilihan selain terus bertarung.

Aku menghantam makhluk itu dengan tinjuku yang penuh dengan listrik, membuat tubuhnya terbakar dan jatuh ke tanah. Tapi sebelum aku bisa menarik napas, makhluk lain sudah melompat ke arahku. Mulutnya yang dipenuhi gigi tajam hampir merobek lenganku, namun aku berhasil menghantamnya dengan sisa tenaga yang kupunya.

Luka-luka di tubuhku semakin banyak, bagian-bagian tubuhku terkoyak. Lenganku hancur ketika makhluk itu menggigit, tapi regenerasiku bekerja cepat, menyatukan kembali daging dan tulang yang rusak. Meski tubuhku kembali utuh, rasa sakit itu tidak hilang begitu saja.

Pertarungan ini terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Mereka terus datang, tak ada hentinya. Aku mulai merasa benar-benar kewalahan, tapi senyum di wajahku tetap tidak hilang.

“Apa aku benar-benar terlalu bodoh?” pikirku dalam hati, saat makhluk lain kembali menyerang. “Atau mungkin... ini justru sempurna.”

Aku menikmati setiap detik kekacauan ini. Tak peduli seberapa parah luka yang kuterima, tubuhku akan pulih kembali. Tak peduli seberapa kuat musuh yang datang, aku akan menghancurkannya.

Namun aku tak punya pilihan. Aku harus bertahan. Setiap makhluk yang jatuh di bawah seranganku seolah digantikan oleh yang lain. Darah dan lumpur menutupi seluruh tubuhku, tapi aku tetap berdiri. Petir mulai menyebar dari tubuhku lagi, menari-nari di udara, menghantam setiap makhluk yang mendekat. Suara jeritan mereka bergema di telingaku, tapi aku tetap bergerak, menghancurkan apa pun yang menghalangiku.

Waktu terasa berjalan lambat. Setiap detik adalah perjuangan. Aku menghancurkan satu makhluk, hanya untuk diserang oleh yang lain. Tangan, kaki, bahkan sebagian wajahku sempat terkoyak, namun tubuhku terus menyembuhkan dengan cepat. Kekuatan regenerasi ini menjadi penyelamatku, meski tubuhku harus melalui rasa sakit yang tak terbayangkan.

Hingga akhirnya, hanya ada satu yang tersisa.

Aku berdiri di tengah lapangan yang dipenuhi darah dan sisa-sisa tubuh musuh, napas masih memburu. Sosok terakhir itu tampak gemetar di hadapanku, wajahnya pucat pasi, tapi matanya penuh kebencian. Dia berdiri di antara reruntuhan, memandangiku dengan tatapan ketakutan bercampur dendam.

Aku menatapnya dengan senyum sinis, langkahku perlahan mendekatinya. Hujan masih terus mengguyur, petir di langit menjadi saksi kekacauan yang baru saja terjadi.

Tanpa berkata apa-apa, aku berjalan mendekatinya, siap untuk menyelesaikan semuanya.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!