Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang tersakiti (14)
Kenzie pun tersipu malu ketika Leo memiliki perasaan khawatir terhadapnya. "Inikah yang dinamakan jatuh cinta," batin Kenzie penuh dengan perasaan bahagia.
"Zie ...!"
Pemilik nama itu pun menoleh.
"Maaf, bisakah kamu mengambilkanku jeruk." Kata Leo.
"Oh, tentu." Seulas senyum menghiasi wajah Kenzie, kenyataannya bukan itu yang ingin didengar olehnya. Melainkan kalimat lain di mana sudah dinanti-nantikan.
"Sepertinya aku yang terlalu berharap," batin Kenzie dengan hati kecewa.
Wajah tampak berbeda dari sebelumnya, meski begitu ia pun tak ingin memperlihatkannya pada sosok lelaki yang tengah berbaring.
"Leo, bolehkah aku bertanya?” Dengan sedikit keberanian akhirnya Kenzie pun memberanikan diri untuk membuat pertanyaan.
"Aku bisa mendengarkanmu, memangnya apa yang ingin kamu tanyakan, hum."
Sejenak Kenzie mengatur napas, setelah yakin lantas mulai membuka mulutnya. "Maaf jika sedikit membuatmu tidak nyaman," ucap Kenzie.
"Katakan, apa yang ingin kamu katakan, sehingga berpikir jika aku tidak nyaman nantinya." Jawab Leo.
"Di mana keluargamu, atau kekasihmu?" tanya Kenzie dan akhirnya apa yang membuatnya terganggu, akhirnya bisa disampaikan.
"Kenapa, hum." Bukannya Leo menjawab justru balik mengutarakan apa yang ingin segera ia dengar.
"Tidak, tidak ada. Itu karena sedikit takut jika kekasihmu tahu kamu bersama denganku," ujar Kenzie menjelaskan.
Leo pun lekas tersenyum, karena tidak tahan dengan keluguan wanita yang kini berada di sampingnya. "Apa ada yang lucu?"
Lagi, bukannya Leo menjawab justru mencubit hidung Kenzie dengan menggelengkan kepalanya, ia merasa jika cukup terhibur dan bahagia ketika bersama seseorang di sampingnya kini. "Jika aku mengatakan tidak memiliki, maukah kamu menjadi dari bagian itu." Jawab Leo.
"Mak-sud kamu," ucap Kenzie.
"Aku tidak memiliki kekasih dan orang tuaku sudah lama meninggal. Lantas, apakah kamu sudah cukup puas dengan pernyataan ini," ujar Leo.
"Puas, setidaknya aku tidak mengganggu hubungan seseorang." Jawab Kenzie dengan perasaan lega.
Sejenak Kenzie pun menghela napas. Merasa jika dirinya beruntung karena Leo tidak memiliki seseorang di hatinya. "Syukurlah kalau begitu," batin Kenzie.
"Sekarang giliranmu untuk mengatakan kepadaku seperti apa yang kamu tanyakan tadi padaku," ucap Leo yang kini tengah menunggu jawaban dari Kenzie.
Gugup, hatinya terlalu gelisah. Bahkan Kenzie tidak mampu untuk sekadar menatap pria tersebut. Kenyataannya tak seperti bayangannya hingga sekarang sulit untuk menjabarkan kejujuran itu. "Maaf," lirih Kenzie.
"Maaf, untuk apa!" ucap Leo dengan wajah bingung karena seketika keadaan menjadi canggung.
"Maaf, kalau pertanyaan ini membuatmu tidak nyaman." Elena langsung pergi setelah berucap. Sedangkan Leo dengan segala kebingungannya mencoba memahami. Namun, tetap saja ia tidak mengerti akan itu semua.
"Ada apa dengannya? Kenapa tiba-tiba pergi begitu saja," gumam Kenzie.
Di taman, Kenzie berusaha menenangkan hatinya yang kalut, dilema dengan perasaan tak berujung ini. Ia senang ketika mendengar jika Leo masih sendiri, tetapi pada saat lelaki tersebut mempertanyakan soal dirinya sendiri. Hati serta pikirannya seketika teringat seseorang.
"Pada saat aku mencintai seseorang, kenapa justru aku mengingat dia!" Dalam keadaan frustrasi Kenzie berbicara, mengusap wajahnya dengan kasar.
"Tidak, aku tidak bisa menerima ini semua." Mengusap air matanya yang jatuh tanpa izin. Lalu, pergi dengan wajah diliputi oleh kemarahan serta kebencian.
Brak!
Suara pintu dibukanya dengan kasar hingga menimbulkan suara keras dan mengejutkan seseorang. Walau tidak bisa mendengar, tetapi melihat sosok wanita yang berdiri cukup membuatnya tahu jika ada kemarahan meliputi Kenzie.
Wajah lelaki yang kini sedang menatap merasa bingung karena Kenzie pulang membawa kemarahan.
"Apa kamu sudah puas?"
Masih cukup lambat untuk mengerti maksud dari kalimat tersebut. "Apa yang kamu bicarakan," ucap Ardi dengan wajah penuh kebingungan.
Akhirnya Kenzie memilih mengalah dan mengambil ponselnya. "Kamu lelaki tak berguna di mana selalu membuatku dalam kesulitan." Kata Kenzie lewat ponselnya.
Kini Ardi mengerti dan langsung mengambil alat pendengarnya dan memasang, meski rasanya tidak nyaman ia pun akan berusaha menahan.
"Apa yang kamu mau?" tanya Ardi dengan tatapan penuh.
"Apa aku harus berterima kasih kepadamu karena pernikahan ini," ujar Kenzie.
"Jadi, apa yang kamu mau? Bukankah aku sudah memberimu kebebasan untuk berpisah!" Dengan tegas Ardi menjawab, seolah semua ini adalah kesalahannya.
"Pada saat aku menyukai seseorang dan begitupun sebaliknya, tapi kenapa wajahmu muncul di depan mataku Huh, kenapa!" Kenzie pun tak sanggup membendung air matanya hingga tangisannya pecah.
"Aku seorang lelaki dengan banyak kekurangan, aku tuli dan tidak dapat mendengar sama sekali. Lantas, apa yang ingin kamu dengar dariku sekarang."
"Kamu jahat Ardi, kamu jahat. Aku bersusah payah membencimu, tapi kenapa justru sikap baikmu membuatku terjebak dalam sebuah kesalahan. Sekarang apa yang harus aku lakukan, katakan aku harus bagaimana!"
Situasi di mana sebuah perasaan terungkap. Namun, Kenzie yang tak mampu menahan hatinya yang terbelenggu oleh kebencian, dan menumpahkannya kepada Ardi.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang? Pernahkah kamu memikirkan perasaanku sedikit saja walau pernikahan ini tanpa cinta? Pernahkah kamu memberiku kesempatan untuk menjadi seorang lelaki yang berguna ...."
Begitu juga dengan Ardi, yang kini menangis karena sudah tak mampu menahan luka di hatinya. "Kamu sekali pun tak pernah tahu menjadi aku ... tak akan pernah tahu. Di mana semua orang menganggap aku musuhnya dan sekarang kamu juga sama seperti mereka," lanjut Ardi.
"Itu karena kamu berbohong kepadaku. Jikapun jujur—,"
"Jikapun jujur itu tak ada bedanya karena yang kamu dambakan adalah lelaki sempurna dan kaya! Sedangkan aku cacat, pekerjaan pun sebatas mekanik dengan gaji kecil." Dengan cepat Ardi menyela, ia tahu bahwa seorang Kenzie tak akan mau mengakui kekalahan.
Kenzie tak bisa membalas ucapan Ardi, faktanya apa yang dikatakannya adalah benar.
"Jika pernikahan ini terus berlanjut, bukan hanya kamu yang terluka, tetapi aku juga. Jadi, besok kita pergi ke pengadilan." Ardi pun mengusap air matanya, lalu pergi dengan luka yang begitu dalam.
Beginikah rasanya tak dihargai?
Semua orang menganggap Ardi sebagai bayangan yang mana tak terlihat. Meski Kenzie menolak perpisahan, demi kebaikan masing-masing serta menghilangkan luka di hati. Ardi pun mendaftarkan ke pengadilan Agama.
"Kenapa sakit sekali, kenapa rasanya seperti ini." Kenzie pun menangis sejadi-jadinya karena tiba-tiba saja merasakan nyeri yang luar biasa di hatinya.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...