“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan Baru
Setengah jam kemudian, Emi mulai merias wajah Thalia, sementara Lily menata rambutnya. Setiap sentuhan mereka profesional dan cepat, tetapi juga lembut dan penuh perhatian. Thalia mencoba menenangkan dirinya, meski hatinya masih dipenuhi kebingungan dan kekhawatiran.
Satu jam setelahnya, Thalia sudah selesai dirias dan kini berdiri tegak di depan cermin, sementara Emi dan Lily mulai bekerja. Mereka memakaikan gaun pengantin ke tubuh Thalia dengan hati-hati, dan kini gaun pengantin itu memeluk tubuhnya dengan sempurna.
Gaun itu ringan namun elegan, membuat Thalia merasa seperti seorang putri.
Thalia menghela napas. Dia tidak punya pilihan selain mengikuti arus. Saat Emi menyempurnakan kembali riasannya dan Lily menambahkan sentuhan akhir pada rambutnya, Thalia mulai merasa berbeda.
Thalia melihat dirinya di cermin. Dia hampir tidak mengenali wanita yang menatap balik kepadanya. Wajahnya bersinar dengan keanggunan dan keindahan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Gaun itu membalut tubuhnya dengan sempurna, menonjolkan kecantikan alaminya.
"Kau luar biasa." Emi dan Lily serempak mengatakan kekagumannya.
"Kau benar-benar cantik, Thalia," kata Emi dengan mata berkilauan sekali lagi. "Dimitrei pasti akan terpesona."
CEKLEK
Ketika pintu kamar terbuka, Dimitrei berdiri di ambang pintu dengan mata yang terpaku karena melihat Thalia yang sudah berdandan layaknya pengantin.
Thalia menoleh pada Dimitrei dan mereka saling menatap sejenak. "Dimi, mereka ..."
"Ayo, kita harus bicara sebentar," potong Dimitrei.
Thalia mengangguk pelan dan mengangkat gaun pengantinnya agar bisa berjalan lebih lebar.
"Tak perlu keluar, biar mereka yang keluar. Kita akan bicara di kamar ini saja," kata Dimitrei.
Thalia berhenti melangkah dan mengangguk kembali. Sedangkan Emi dan Lily langsung berjalan keluar dari kamar itu. Lalu Dimitrei menutup pintu kamar dan mendekati Thalia.
"Aku tak akan memaksamu melakukan ini, Thalia. Tapi aku tetap akan menawarkan sebuah kontrak baru padamu, namun kau boleh menolaknya jika kau tak berkenan. Ini kontrak sebuah pernikahan dan kurasa itu bukan hal yang mudah bagimu. Ini perkara serius, tapi aku bisa memastikan bahwa kau akan mendapat fasilitas apa pun sebagai istriku meskipun ini hanya status kontrak."
Thalia mendengarkan penjelasan Dimitrei dengan seksama sembari berpikir langkah apa yang akan dia ambil selanjutnya.
"Aku belum bisa memberikanmu kontraknya sekarang, karena kau tahu sendiri keadaan di luar seperti apa. Bagaimana? Apakah kau bersedia menjalani kontrak baru denganku? Tapi sebagai istri kontrakku, bukan pacar lagi," ucap Dimitrei dengan wajah serius.
Thalia mengangguk tanpa berpikir panjang dan itu membuat Dimitrei sedikit kaget. "Kau yakin?" Dimitrei bertanya kembali pada Thalia untuk meyakinkan wanita itu.
"Ya, aku yakin. Aku tahu posisimu saat ini. Kau tak punya pilihan selain mengikuti perintah ayah angkatmu." Thalia tersenyum tipis.
Dimitrei terpaku sejenak melihat sikap tenang Thalia di saat yang runyam seperti ini. Di matanya Thalia adalah wanita yang selalu bisa menempatkan diri dan mengambil keputusan cepat dalam keadaan apa pun.
Dan Dimitrei bahkan tak pernah berdebat panjang lebar dengan wanita itu yang memiliki kontrol diri yang cukup luar biasa. Bahkan Thalia sama sekali tak pernah menggoda Dimitrei, tak seperti yang dilakukan oleh beberapa wanita yang pernah dekat dengan Dimitrei.
Thalia tahu di mana batasannya dan tak pernah mencari celah untuk merayu Dimitrei di saat pria itu begitu perhatian padanya dan memberikan banyak fasilitas yang melimpah padanya.
Thalia tetap menjadi pribadi yang humble dan sama sekali tak besar kepala pada siapa pun. Hingga membuat keberadaaannya di perusahaan, disukai oleh banyak pegawai, meskipun mungkin ada beberapa yang iri dengan statusnya sebagai kekasih Dimitrei.
Ntar malam pertama dalih hanya kontrak pula,??hemmm