Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #3
Beberapa menit kemudian.
Anaya terbangun dari tidurnya, dia segera mengedarkan pandangan dan ternyata kamar tersebut sudah kosong hanya ada dirinya saja disana. Dia kembali mengingat betapa hancurnya ketika pria asing itu merenggut segalanya dari kehidupan Anaya.
Anaya segera mencari baju dan dia hanya menemukan beberapa lembar uang serta sepucuk surat di atas meja. Naya mengambil surat tersebut dengan tangan gemetaran, dia mulai membacanya di bawah sinaran lilin.
'Aku sudah memberikan bonus untukmu, ternyata pilihan anak buahku tidak salah dan untuk pakaianmu, aku sudah menyiapkan di dalam lemari. Maaf jika permainanku kasar itu dikarenakan aku terbakar oleh gai*rah pemberontakanmu. Kamu benar-benar pintar dalam mempermainkan situasi dan meningkatkan kegai*rahan.'
Naya merobek surat tersebut dan dia membuang uang itu ke lantai.
"Aku tidak butuh ini! Aku hanya menginginkan sesuatu yang sudah Anda renggut dariku! Aku hanya ingin itu! Aku tidak mau apapun!" Anaya berteriak seperti kesetanan, dia sudah sangat frustasi dengan semua yang menimpanya.
"Hiks... Ayah, Ibu maafkan aku." Naya menunduk.
Dia mencoba beranjak dari ranjang meskipun bagian kantung Semar nya terasa perih dan sakit, Naya akan segera kembali ke toko dan dia akan menanyakan semuanya kepada Rosa.
Selesai berganti dan Naya memakai gaun yang ada di lemari, dia segera berjalan keluar dari dalam kamar dengan langkah tertatih. Entah apa yang saat ini harus Naya lakukan setelah kehormatannya terenggut oleh pria asing yang bahkan dia tidak tahu bagaimana wajahnya. Naya sangat menyesal karena dia mengabaikan keraguan hatinya saat hendak pergi mengantarkan buket bunga, Naya tidak hanya siapa yang harus disalahkan dalam hal ini.
Di dalam mobil.
Pria asing yang sudah melecehkan Naya sedang berkutat dengan laptop karena jam makan siang sudah selesai, ponsel miliknya berdering dan dia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo? Aku sedang sibuk, jangan menggangguku." ucapnya setelah panggilan tersambung.
📱"Halo, Bos. Maaf, wanita yang saya pesan'kan untuk Anda ada sedikit keterlambatan. Dia akan datang satu jam lagi dan Anda masih tetap mau menunggunya atau tidak?"
Permainan jari di atas keyboard laptop tiba-tiba terhenti saat pria itu mendengar ucapan asistennya.
"Apa? Terlambat? Bukannya dia sudah datang tadi?''
📱"Kapan, Bos? Dia baru saja menghubungiku dan mengatakan jika dirinya sedang ada di salon jadi akan datang terlambat." ucap sang Asisten .
Pria itu segera mematikan sambungan telepon dan meminta putar balik ke hotel yang tadi menjadi tempatnya memadu kasih dengan wanita yang dia kira wanita B*O.
Sesampainya di hotel.
Pria itu langsung menuju kamar dan bergegas menghidupkan saklar, betapa terkejutnya ketika dia melihat uang yang dia letakkan diatas meja berhamburan di lantai dan surat yang dia tuliskan juga terkoyak.
Pria itu berjalan ke ranjang, dia ingin memastikan jika wanita itu benar wanita B*O.
Matanya melotot, jantungnya berdetak semakin kencang dan tangannya terulur untuk membuka selimut yang menutupi sprei bernoda darah.
"Noda darah? Berarti, wanita itu?" pria tersebut yang tak lain adalah Abimanyu Pamungkas menjambak rambut dengan kasar.
Dia harus mencari wanita itu dan bertanggungjawab atas perbuatannya, Abi bukanlah pria yang tega menyakiti hati wanita tidak bersalah apalagi wanita itu tidak tahu apa-apa seperti wanita yang telah dia lecehkan.
Saat Abi ingin pergi, dia melihat gelang di bawah tempat tidur. Abi pun segera mengambilnya dan dia yakin jika gelang itu milik wanita yang sudah dia lecehkan.
''Aku yakin ini gelang miliknya, aku akan mencarimu dan pasti aku akan menemukanmu." gumam Abi menggenggam gelang tersebut lalu memasukkan ke dalam kantung celana, dia pergi dari kamar tersebut untuk mengerahkan anak buahnya agar mencari jejak dan informasi tentang Anaya.
Sementara Anaya, dia sudah berganti pakaian dengan hanya menggunakan celana jeans panjang dan baju kemeja. Dia terpaksa memakai uang tips yang telah Rosa berikan padanya tadi.
Anaya sampai di toko dan Kedatangannya di sambut oleh Rosa yang terlihat sangat khawatir.
"Naya! Naya, apa kamu baik-baik saja?" Rosa memegang pundak Naya.
Naya hanya diam saja.
"Naya, maafkan saya karena sudah memberikan alamat yang salah. Saya ingat tadi angkanya nol ternyata enam, saya benar-benar merasa bersalah. Maafkan saya, Naya." Rosa menggenggam jemari Naya.
"Jadi Ibu tidak sengaja?"
Rosa mengangguk dengan cepat. "Apa kamar yang kamu kunjungi ada pemiliknya? Apa dia marah? Apa dia berbuat jahat padamu?"
Naya menghela nafas dan kemudian menggeleng diselingi senyum tipis.
"Syukurlah." Rosa mengelus dadanya karena lega, tetapi ada hal yang dia herankan mengenai pakaian Anaya.
"Naya, kenapa pakaian kamu ganti?"
Anaya menjadi gugup harus menjawab apa, dia tidak ingin kejelekannya terkuak dan akhirnya dia dipecat ataupun namanya akan jelek meskipun hanya unsur ketidaksengajaan.
"Ini, Bu. Tadi, tadi saya disiram dengan minuman. Iya, pemilik kamar itu sempat marah karena saya mengatakan jika buket bunga itu saya antar untuk surprise ulang istrinya dan ternyata dia belum punya istri lalu wanita yang ada bersamanya marah dan menyiram saya menggunakan Jus." ucap Naya diselimuti kebohongan.
"Astaga." Rosa menghembuskan nafas berat.
"Tidak masalah, Bu. Hanya saja saya sudah memakai uang tips yang Ibu berikan untuk membeli baju baru."
"Gak pa-pa, Nay. Ini semua juga salah saya, kamu boleh kembali bekerja."
Rosalinda berlalu dan Naya kembali bekerja.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Malam harinya.
Anaya kembali diselimuti oleh rasa hina dan benci terhadap dirinya sendiri, dia tidak menyangka jika alur hidupnya akan berubah sangat rumit begini setelah dia dilecehkan oleh pria lain yang sama sekali tidak dia kenal.
Anaya menatap rembulan malam dari jendela kamar, dia meratapi nasibnya yang pasti entah bagaimana dimasa depan.
"Pria itu mengeluarkan benihnya berkali-kali di rahimku, aku tidak tahu dia pakai pengaman atau tidak. Jika dia tidak memakai pengaman, bagaimana denganku nanti? Aku takut hamil." Naya kembali menangis.
Beberapa saat kemudian.
"Naya! Nay! Ayo waktunya makan malam!" teriak Rohimah memanggil Naya karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam.
"Iya, Bi. Sebentar!" Anaya segera menghapus air mata dan beranjak dari duduknya.
Anaya keluar dari kamar berjalan menuju meja makan dimana disana sudah ada Sarah dan sang Bibi. Naya duduk di kursi dengan lesu, tidak seperti biasanya.
"Kamu kenapa? Sakit?" Rohimah berbasa-basi.
"Cuma kelelahan saja, Bi." jawab Naya seadanya.
"Tumben wajah kamu lesu dan pucat, Nay? Kamu seperti habis bergelut dengan seorang pria."
"Uhuk." Naya yang hendak minum langsung terbatuk karena mendengar perkataan Sarah.
Rohimah menyenggol lengan Sarah karena merasa jika Sarah sudah sangat keterlaluan, biar bagaimanapun Rohimah tidak ingin keluarganya menanggung malu jika Anaya benar menjadi pemuas laki-laki hidung belang.
"Nay, meskipun kamu berpikir jika uang kamu habis gitu-gitu saja jangan pernah kamu menjadi pemuas pria hidung belang. Jika Bibi sampai mengetahuinya maka Bibi tidak akan memaafkanmu dan akan mengusirmu dari rumah ini. Bibi juga tidak akan menganggapmu sebagai keponakan."
Naya hanya mengangguk.
Mereka pun kembali melanjutkan makan malam bersama dengan Naya yang terus dibayangi oleh rasa bersalah.
•
•
**TBC