Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Celaka.
Siang hari itu persiapan untuk acara nanti malam sudah siap sedia. Banyak para anggota yang membantu jalannya persiapan hingga semua beres lebih cepat.
Saat ini rona wajah takjub sekaligus bahagia Dilan nyatanya adalah hal paling membahagiakan dalam hati Bang Rama.
Untuk acara syukuran sekelas empat bulanan, Dilan merasa acara tersebut sudah sangat mewah. Wajar saja, selama ini dirinya nyaris tidak pernah hidup bergelimang harta. Jangankan untuk bergelimang harta, bisa makan nasi 'waras' atau sisa makanan yang di panaskan saja sudah merupakan hal sangat di syukuri.
Harus di akui bahwa dirinya bisa menikmati makanan enak saat bersama Bang Rama. Senyum haru itu pun pudar menjadi tangis. Tak sanggup melihat keindahan itu, refleks Dilan memeluk Bang Rama dan menangis pada dada bidang suaminya itu.
"Eehh.. kenapa ini?? Apa ada yang tidak bagus?? Biar Abang ganti decor nya..!!" Kata Bang Rama panik sendiri melihat istrinya menangis.
"Kelak jika Abang ingin menikah lagi dan menemukan wanita yang Abang cintai, tolong ceraikan Dilan baik-baik..!! Tapi jangan duakan Dilan." Ucap Dilan sambil menangis.
Bang Rama mencubit gemas bibir mungil Dilan. "Iki omong opo to yooo..!!!!! Jangan ngelantur kemana-mana bicaranya..!!!"
Para anggota yang mendengarnya tersenyum geli melihat tingkah Ibu Danton yang sedang terbawa suasana.
Bang Rama menggeleng tersenyum tipis. Paham dengan keadaan istrinya, ia pun balik membalas pelukan Dilan. "Sebejat-bejatnya Abang.. Abang tidak pernah ingin mendua. Pernikahan adalah ibadah terpanjang dua insan manusia dan pernikahan adalah hal yang sakral dan suci. Satu istri saja sudah lebih dari cukup. Sudah punya istri cantik, sebentar lagi akan hadir anak yang lucu, kurang apalagi?"
Dilan tak bisa menjawab apapun, sepertinya kali ini dirinya sungguh jatuh hati pada Bang Rama meskipun dalam hatinya masih merasakan takut.
-_-_-_-_-
Tak hentinya perasaan Dilan takjub melihat sosok Letnan Rama. Pria itu bahkan membacakan ayat suci untuk bayi di dalam kandungannya. Suara indah terlantun mendayu membuat hatinya ikut menangis.
Sembari membaca ayat suci, tangan Bang Rama terus mengusap perut Dilan hingga bacaan tersebut usai.
Sedari tadi Papa Hanggar yang juga turut berada disana tak melepaskan pandangan melihat putranya. Sebersit paras wajah mendiang istri keduanya ada pada paras wajah Bang Rama.
'Lihatlah dek, putramu sungguh meratukan istrinya. Tidak seperti Mas yang hanya bisa menyakiti perasaanmu. Sungguh Mas meminta maaf atas segala salah yang pernah Mas lakukan padamu. Hidup adalah sebuah pilihan. Mas memang mencintaimu, secinta itu cinta Mas untukmu juga untuk Arlian. Tapi Mas juga tidak bisa memahami betapa hati Mas di penuhi dengan nama Arlian. Kini anakmu sudah menjadi pria dewasa, gagah, berwibawa dan penuh cinta. Sifat kerasnya tidak mengurangi kelembutannya dalam menjaga dan mendidik istrinya. Terima kasih hadiah untukku darimu, sayang..!!'
Acara pun berlanjut dengan aman dan tentram. Raut wajah bahagia calon ayah tak lepas sedikit pun dari Bang Rama.
...
Usai acara, Dilan duduk perlahan. Ia mengusap punggungnya. Agaknya kini Dilan mulai merasa lelah.
Bang Rama yang paham rasa lelah Dilan segera menghampiri dan membawa sepiring nasi.
"Makan dulu ya..!!"
"Dilan sudah makan, Bang." Tolak Dilan.
"Sedikit tapi sering..!! Tadi kamu makan terlalu sedikit." Bagai tak menerima penolakan, Bang Rama segera menyuapi Dilan.
Mau tidak mau, Dilan pun membuka mulutnya. Nyatanya sungguh nikmat melahap makanan langsung dari tangan suami hingga tanpa sadar nasi di piring tersebut habis tak bersisa.
"Alhamdulillah, habis. Sebenarnya perutmu lapar, tapi kenapa sulit sekali makan." Ujar Bang Rama.
Mama Arlian yang sedang berada di sana melangkah menghampiri Bang Rama dan Dilan. Beliau mengantarkan vitamin untuk Dilan.
"Diminum teratur vitaminnya ya, ndhuk."
"Terima kasih, Ma."
Melihat Mama Arlian disana, Bang Rama pun menghindar. Suasana hatinya selalu menjadi buruk setiap ada Mama Arlian.
Tau suaminya masih belum bisa menerima kehadiran 'ibunya'. Dilan pun ikut bingung harus bersikap. Paham Bang Rama selalu khawatir padanya, ia pun akhirnya melakukan sesuatu.
"Maaa.. perut Dilan sakit sekali." Rintih Dilan sembari meremas tangan Mama mertuanya.
Mama Arlian yang tidak paham apapun akhirnya hanya bisa terpaku sejenak.
Seketika Papa Hanggar disana terbawa panik dan terkejut. Langkah Bang Rama terhenti, amarahnya hilang, pikirannya berantakan.
Dengan segala kuasa di pundak, tak peduli dirinya masih seorang Danton, Bang Rama pun memerintahkan sebisa mungkin anggota yang ada untuk 'menyelamatkan' Dilan.
"Untuk anggota.. Keluarkan perangkat berat, saya mau ke rumah sakit..!!" Perintah Bang Rama pada anggotanya.
Prada Decky masih terdiam, 'ajudan' Bang Rama itu bingung menerka arah perintah Dantonnya.
Sebenarnya Dilan merasa tidak enak hati namun semua sudah terlanjur terjadi. Dilan pun melanjutkan aksinya.
"Telingamu dengar atau tidak, Decky..!!!!!! Cepat siapkan..!!!!!" Bentak Bang Rama.
Cemas akan terjadi sesuatu pada Dilan dan kandungannya, Bang Rama segera mengangkat Dilan dan membawanya ke sofa ruang tamu untuk di baringkan, apalagi istrinya itu sudah sedemikian lemas dan nyaris pingsan.
"Si_ap..!!" Prada Decky berlari menuju motor dan melaju cepat.
Bang Rama melongok bingung sendiri melihat ajudannya. "Lhooo.. piye sih si Decky. Di suruh keluarkan mobil malah kabur." Gerutu kesal Bang Rama. "Beeer.. cepat keluarkan mobil saya..!!" Perintah Bang Rama pada 'ajudannya' yang lain.
Akhirnya Prada Jubair segera mengambil alih. Cukup lama Bang Rama menunggu akhirnya mobilnya pun siap. Tak menunggu waktu lama, Bang Rama membawa Dilan masuk ke dalam mobil sedangkan Mama Arlian dan Papa Hanggar menyusulnya di belakang dengan mobil.
"Cepat jalan..!!"
Mobil pun melaju tersendat, perlahan mobil berjalan dengan kecepatan tinggi namun kemudian berhenti dengan rem mendadak, tak berapa lama mobil Bang Rama melesat kembali.
"Stooopp Jubeeeerr..!!! Kau ini kenapa?? Mabok ya????" Bentak Bang Rama.
"Ijin Danton, saya tidak bisa kendarai mobil." Jawab Prada Jubair.
"Whaaaatt??? Longoooooorrr..!!! Kenapa kau tidak bilang dari tadiii????? Kau ingin foto kita terpampang manis di buku Yasin???" Teriak Bang Rama. "Reeeeeemm...!!!!!!!"
Prada Jubair pun menginjak rem. Bang Rama terkejut di depan gang melaju sebuah tank dengan kecepatan lambat.
"Allahu Akbar..!!!"
"Aaaaaaaaa..!!!" Jerit Dilan.
Secepatnya Bang Rama memeluk Dilan untuk melindungi istri dan calon bayinya.
braaaaaaakk..
Bunyi sirine darurat terdengar kencang. Mama Arlian terpekik kaget begitu juga dengan Papa Hanggar yang akhirnya langsung turun dari mobil.
"Dilaaaann..?????" Bang Rama ketakutan melihat Dilan benar-benar tidak sadarkan diri.
Melihat ada sebuah mobil menabrak tank yang di kendarainya, secepatnya Prada Decky turun dari tank tersebut.
"Danton???"
Prada Jubair keluar dari mobil, kepalanya terbentur kemudi.
"Bukan main.. Deeckyyyyyy.. Jubeeeeeeeerr...!!!!! Kaliaaan............."
"Marahnya nanti dulu, Ram..!!! Tolong Dilan dulu..!!" Kata Papa Hanggar pasalnya beliau tau kedua ajudan tidak akan 'selamat' jika putranya itu menanganinya sekarang.
.
.
.
.