Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panggilan video
Hujan sudah mengguyur kota sejak sore dan terus berlanjut hingga malam. Suara tetesannya di jendela memberikan ketenangan yang biasanya membuat Hellena ingin langsung terlelap. Namun, malam ini tidak ada waktu untuk beristirahat. Tugas yang menumpuk menuntutnya untuk diselesaikan. Matanya terasa berat karenA kantuk, tapi pandangannya tetap fokus pada layar laptop, meski tugasnya baru selesai setengah. Kertas-kertas berserakan di meja, sementara secangkir kopi yang sudah dingin tergeletak di sampingnya, tanda perjuangannya yang belum selesai.
"Tugas kamu belum selesai?" tanya Daniel, suaranya terdengar sedikit khawatir melalui panggilan video.
"Belum, masih banyak ini. Aku ga tau bisa selesai apa enggak, mana tinggal beberapa jam lagi." jawab Hellena, suaranya terdengar lelah sambil sesekali melirik layar laptop yang masih dipenuhi tugas.
Hellena hanya menghela napas, merasa terhibur sedikit tapi tetap khawatir dengan tenggat waktu yang semakin dekat.
Tidak hanya Hellena yang berjibaku dengan tugasnya, Daniel juga tengah sibuk dengan laptopnya. Ia sedang melakukan revisi pada drAft proposal, yang membuatnya cukup stres. Berkali-kali ia menatap layar, mengubah kata-kata, menambahkan argumen, lalu menghapusnya lagi.
"Makin dilihat, makin berasa salah semua," gumam Daniel sambil mengacak rambutnya dengan frustasi.
Hellena tersenyum kecil di layar, "Sama, aku juga kayak gitu. Lama-lama semua kelihatan salah, padahal udah bener."
"Ya, mungkin kita berdua butuh liburan setelah ini deh, Sayang." Daniel tertawa tipis, berusaha mencairkan suasana meski rasa penat begitu terasa.
Hellena hanya menggeleng menanggapi ucapan kekasihnya, Daniel. Tanpa banyak bicara, matanya kembali fokus menatap layar laptop, sementara tangan kanannya sibuk mencoret-coret kertas dengan rumus-rumus fisika yang terlihat rumit. Tugasnya kali ini cukup menguras energi, terlebih karena ia harus menyelesaikan dua sekaligus: bahasa Indonesia dan fisika.
"Aku kira, udah kuliah nggak bakal ketemu lagi sama yang beginian," gumam Hellena dalam hati sambil mengerutkan kening.
Pelajaran bahasa Indonesia ternyata masih menghantuinya, meski kini dengan fokus lebih akademis, membuat Hellena menyadari bahwa pelajaran ini memang penting, bahkan di tingkat perkuliahan.
Satu jam berlalu, tugas bahasa Indonesia akhirnya selesai. Hellena menghela napas lega, tapi di balik itu, tugas fisika masih menanti seperti bom waktu yang siap membuat kepalanya pecah kapan saja.
Daniel, yang dari tadi memperhatikan gerak-gerik Hellena, tak bisa menahan diri untuk memberikan perhatian lebih. "Kamu kalo capek, istirahat dulu sebentar," tegurnya lembut melalui panggilan video, menyadari betapa lelahnya Hellena yang terus mengucek matanya.
Hellena tersenyum tipis, meski matanya terlihat berat. "Iya, bentar lagi, kok." jawabnya pelan, meski ia tahu tugas fisika itu masih panjang dan membutuhkan fokus penuh.
"Kamu udah makan?" tanya Hellena sambil memijat pelipisnya yang mulai terasa lelah.
"Udah, tapi laper lagi. Kayaknya aku mau masak mie instan deh," jawab Daniel, mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Ya udah, masak sana," balas Hellena, mencoba menyemangati meskipun pikirannya masih berkutat pada tugas yang belum selesai.
Sepeninggal Daniel, Hellena kembali fokus pada tugas fisikanya. Baru masuk ke beberapa soal saja, otaknya sudah mulai terasa buntu. Padahal ini masih awal, pikirnya, bagaimana nanti saat semester berikutnya kalau materi fisika semakin sulit? Ia sedikit menghela napas, mencoba menahan rasa putus asa yang mulai merayap. "Fisikanya bikin pusing..." gumamnya, membayangkan tantangan yang lebih kompleks di semester mendatang.
Pintu kamar Hellena diketuk dari luar, suara lembut terdengar sebelum pintu sedikit terbuka. Tentu saja itu Jonathan, adik lelakinya yang selalu usil.
"Nih, ada titipan," katanya sambil menyerahkan sebuah kresek putih.
"Titipan apa?" Hellena mengerutkan kening, penasaran.
"Minuman, tadi ada ojek di depan dari Bang Daniel katanya." Jonathan tertawa kecil, meledek seperti biasanya.
Hellena menerima kresek putih itu, dan saat melihat isinya, senyum kecil tersungging di wajahnya. Di dalamnya ada minuman matcha yang sering ia beli bersama Daniel. Rasanya begitu familiar, membawa kenangan hangat tentang kebersamaan mereka.
Perasaan buruk yang sejak tadi membebani Hellena perlahan memudar, berganti dengan kehangatan yang merambat di hatinya. Daniel selalu punya cara untuk membuatnya merasa lebih baik, bahkan lewat hal sederhana seperti minuman matcha favorit mereka. Perhatian kecil dari Daniel, dengan segala kejutannya, membuat Hellena tersenyum dan sejenak melupakan lelahnya tugas yang menumpuk.
"Minumannya udah sampe?"
Hellena terkekeh pelan mendengar suara Daniel di ujung telepon. "Iya, udah nyampe. Tapi kan kalo bilang dulu aku jadi ga kaget."
Daniel tertawa, "Yah, kalo bilang dulu malah ga seru dong. Minum, biar semangat lagi nugasnya. Kamu minum, aku makan, haha. Lucu banget kan?"
Hellena tersenyum, merasa sedikit lebih ringan. "Iya, iya, makasih ya, Sayang. Kamu emang paling bisa bikin aku semangat."
"Oh iya, besok aku sama Zefa mau bikin kue bareng di rumah," ujar Hellena sambil memikirkan rencana akhir pekan yang sudah ia dan temannya susun.
Kebetulan besok adalah akhir pekan, jadi mereka berencana untuk mencoba membuat kue dari resep yang sedang viral di media sosial. Kue tersebut memang sedang jadi tren, dan Hellena sudah penasaran ingin mencobanya sejak beberapa waktu lalu.
"Aku mau ikutan tapi besok udah ada janji sama mereka Diego, udah lama juga ga ngumpul semenjak sibuk revisian sama tanding futsal."
"Iya, gapapa. Aku mau lanjut nugas dulu, tinggal dua nomer lagi aja ini." jawab Hellena dengan lembut, pikirannya kembali berperang dengan rumus.
Daniel sesekali memperhatikan Hellena yang serius mengerjakan tugasnya. Ia tersenyum gemas melihat Hellena yang tampak sangat lucu dengan bando pink di kepalanya. Setelah beberapa saat, Daniel kembali ke dapur untuk menyelesaikan masakannya. Meskipun Hellena masih tenggelam dalam tugasnya, suasana menjadi sedikit lebih ringan berkat perhatian dan dukungan kecil dari Daniel.
Dengan senyuman penuh kasih, Daniel menyadari betapa pentingnya mendukung satu sama lain dalam setiap langkah, tidak peduli seberapa kecil atau besar tantangannya. Dan di tengah segala kesibukan, mereka tahu bahwa kebersamaan dan saling mendukung adalah hal yang paling berharga.