Elvander Daniel : Stay To Love You
Mata yang kosong sambil tersenyum perih menatap gelang biru muda yang ada di tangan kirinya. Gelang yang sudah perempuan cantik itu gunakan selama tiga tahun terakhir semenjak lulus sekolah menengah atas. Hellena Alexa, perempuan berumur 20 tahun dengan rambut hitam berkilau menambah pesona pada dirinya. Ia sedang menunggu seseorang di cafe yang dulu sering ia kunjungi sepulang sekolah. “Maaf ya, kamu jadi nunggu lama banget. Jalanan macet tadi jadi ya gitu deh” Ucap Yosea sambil mengipasi wajahnya yang kepanasan sambil duduk dihadapan Hellena.
"Gapapa, aku juga belum lama kok.” Jawab Hellena mengalihkan pandangannya dari gelang biru itu.
“Kamu masih pakai gelang itu? Aku kira ga kamu pakai lagi.” Hellena hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan sahabatnya yang baru ia temui lagi setelah satu tahun terakhir. Semenjak Hellena pindah ke Yogyakarta, mereka memang sudah jarang bertemu namun sekarang mungkin akan setiap hari karena Hellena memutuskan kembali ke Jakarta untuk kuliah setelah berpikir panjang dan dukungan dari kedua orang tuanya.
“Hm, aku tinggal di rumah lama bareng Jonathan. Mama nyuruh dia buat lanjut sekolah aja disini sekalian buat jagain aku.” Ucap Hellena mengalihkan topik obrolan. Yosea hanya mengangguk menanggapi. Mereka berbincang cukup lama, hanya berdua. Mungkin ini menjadi salah satu cara membuat Hellena melupakan segala hal di masa lalu yang sampai saat ini masih menghantuinya.
Sesampai di rumah, Hellena langsung merebahkan tubuh di kasur empuk miliknya.”Kamu lagi ngapain disana? Aku malah balik lagi ke Jakarta padahal bisa aja aku kuliahnya di Yogya. Kenapa aku harus balik lagi kesini ya?”. Gelang biru yang sedang perempuan itu tatap tidak akan berubah menjadi apapun, tidak ada adegan sulap seperti topi hitam panjang mengeluarkan kelinci atau tirai hitam dengan seribu kejutan.
“Aku akan baik baik aja disini. Aku akan coba bangkit, kasian kamu juga kalo aku kaya gini terus hehe” Ucapnya sekali lagi lalu bangkit keluar dari kamar menuju dapur untuk memasak makan malam.
Kebetulan Jonathan masih ada kegiatan di luar sama teman-temannya sehingga ia tidak harus terburu-buru untuk menyiapkan santapan makan malam mereka. Hellena sudah hampir seminggu di Jakarta sedangkan Jonathan sudah sebulan semenjak ajaran baru telah dimulai. Hellena sesekali melirik ponsel yang terus berdering sejak tadi diatas meja makan, perempuan itu masih sibuk memasak dan ia berpikir kalaupun itu telepon penting pasti akan berdering lagi tapi nyatanya nihil.
Ia adalah tipikal orang yang tidak suka di telepon jika tidak dikirimi pesan terlebih dahulu, hal ini berlaku untuk orang-orang yang tidak terlalu dekat dengannya. “Kakak, kamu lagi masak apa? Aromanya sampai ke ruang tengah lho”. Jonathan tiba-tiba masuk ke dapur sambil menenteng tas di pundak kirinya.
“Kamu kenapa tiba-tiba ada disini? Katanya kegiatan sampai jam 7.” Tanya Hellena sambil menata makanan di atas meja makan.
"Kegiatannya selesai lebih cepat, Kak. Oh ya,Jonathan bawa temen ke rumah, dia ada di ruang tamu.”
“Cewek? Pacar kamu?”
“Apaan sih, Kak! Teman doang, lagian sekolah baru sebulan masa udah punya pacar aja. Gimana sih.” Sanggah Jonathan dengan cepat walau wajah memerah menahan malu.
Hellena hanya bisa tersenyum menanggapi tingkah adiknya lalu berjalan menuju ruang tamu menghampiri teman Jonathan. Gadis cantik tersenyum saat melihat kedatangan Hellena.
“Temannya Jonathan ya?” Tanya Hellena membuka pembicaraan.
“Iya, Kak. Kenalin namaku Zefanya, Kak.” Gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyalim Hellena dan disambut dengan baik.
“Hellena.” Sambung Hellena.
“Oh ya. Zefanya sekalian makan malam sama kita ya. Jo, ajak Zefanya ke meja makan ya? Kakak mau ke atas dulu sebentar ganti baju.” Mereka bertiga makan sambil bercanda gurau. Hellena dapat melihat bahwa Jonathan dan Zefanya tidak hanya akan berteman saja di kemudian hari karena adiknya itu tidak pernah berteman dengan perempuan terkecuali Jonathan mendekati karena suatu tujuan yaitu memiliki hubungan?
“Kamu nanti pulang sendiri atau ada yang jemput? Kalau ga ada biar Kakak antar aja pulangnya.”
“Nanti di jemput sama Abang, Kak. Tadi dia ada urusan dadakan makanya ga bisa jemput langsung di sekolah dan kebetulan Jonathan ngajakin kesini daripada aku sendirian nungguin di sekolah.”
“Oh gitu. Ya udah, Kakak tinggal dulu ya. Kakak mau mandi dulu, udah lengket banget nih badan.” Zefanya mengangguk mengerti lalu mengikuti Jonathan dari belakang menuju ruang tengah.
Ponsel gadis itu bergetar menerima notifikasi pesan. “Jo, abang aku udah di depan. Aku pamit pulang ya, sampein salam dan ucapan terima kasih sama kakakmu ya."
"Oke, kamu hati-hati ya kalo udah sampai kabarin aku juga.” Zefanya mengacungkan jempol pada Jonathan lalu melambaikan tangan. Jonathan menatap motor hitam yang mulai menjauh dari pekarangan rumahnya. Ia masuk ke dalam lalu merebahkan dirinya di sofa merah empuk masih dengan seragam lengkapnya.
“Zefanya udah pulang?”
“Udah, barusan.”
"Kamu mandi, jangan dibiasain keringatan kaya gitu ga mandi kasian tempat tidurmu ketempelan bau keringat.”
“Iya, aku mandi sekarang.” Sahut Jonathan beranjak dari sofa dengan wajah cemberutnya. Padahal ia masih mau bersantai sambil menunggu notifikasi dari Zefanya.
Padahal gadis itu baru beberapa menit yang lalu berpamitan, tidak mungkin sampai dengan kecepatan cahaya. Hellena memperhatikan gerak-gerik adik semata wayangnya itu, ternyata bocah yang selalu ia buat menangis sekarang sudah tahu jatuh cinta. Jonathan tidak mengatakan hal itu tapi siapa yang tidak bisa menebak dari wajah memerah dan setiap detik memeriksa layar ponsel seperti itu. Di lain dimensi, Zefanya merajuk kepada abangnya karena sedari rumah Jonathan sampai sekarang dia masih mengejeknya.
“Apasih, Bang? Aku sama dia cuman temenan doang.” Sahutnya sambil bergegas masuk ke dalam rumah.
“Temen apa demen?” Ejek Daniel sekali lagi hingga membuat wajah adiknya merah padam.
"Kalian kenapa sih? Suara kedengaran sampai dalam lho.” Tanya Renata, Bunda Daniel dan Zefanya.
"Anak kesayangan Bunda tuh main ke rumah temen cowoknya.”
“Enggak, Bun. Salah Abang tuh adek ga dijemput tepat waktu, dia malah pergi ga tau kemana untungnya ada Jonathan, dia ajak Zefa ke rumahnya dulu sekalian nungguin Abang jemput daripada Zefa sendirian di sekolah sampai malam gini. Jonathan baik banget dan disana juga ga cuman berdua tapi bertiga sama kakaknya Jonathan.” Jelas Zefanya panjang lebar membuat Renata gemas melihatnya.
“Kamu kemana malah ninggalin adik kamu sendirian di sekolah?”
“Tadi ada urusan dulu, Bun. Udah ah, Daniel mau mandi dulu, lengket banget nih badan, bye bye Bunda cantik.” Daniel bergegas menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua.
Dia selalu menjahili adiknya dengan segala tingkah sampai pernah membuat Zefanya menangis dan tidak mau menegurnya seminggu. Alhasil uang jajannya dipotong selama sebulan oleh Tanu dan membuat Daniel sedikit jera menjahili Zefanya yang selalu cepu kepada ayah Mereka.
Daniel cukup sibuk sekarang di kampusnya, kebanyakan jika menjadi senior hanya disibukkan dengan kerja praktek atau tugas akhir tapi dirinya menyibukkan diri dengan menjadi ketua panitia untuk penyambutan mahasiswa baru di kampusnya selama seminggu. Ini merupakan tahun terakhir angkatan mereka untuk bisa berpartisipasi dalam segala kegiatan dan kepengurusan di kampus karena setelah itu mereka harus fokus untuk mempersiapkan penelitian apa yang akan mereka gunakan sebagai kajian tugas akhir.
Sembari membaringkan tubuhnya ke ranjang besar miliknya, Ia kembali menatap ponselnya lebih tepat menatap nomor tidak bertuan itu yang tadi sore ia telepon berkali-kali tapi tidak dijawab. “Awas aja nih bocah besok kalau ketemu” Kesal Daniel lalu menaruh kembali ponselnya ke atas nakas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments