"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. RENCANA KE MALL.
Pak Herman terus melajukan kendaraanya menuju kearah toko kue milik Nadia dengan sangat hati-hati.
Nadia sesekali menepuki
punggungnya saat pria parubaya sedikit terlihat oleng saat mengemudikan kendaraan.
"Kalau bapak sudah tidak sanggup, bapak boleh pulang. Nanti Nadia nerusin pake taxi saja,"
ucap Nadia sedikit merasa takut dengan kondisi pak Herman seperti itu.
"Insyah Allah bapak masih sanggup kok Non. Jadi Nona tenang saja ya," balas pak Herman kini mulai fokus.
Nadia hanya bisa pasrah dan terus berdoa dalam hati semoga di beri keselamatan supaya mereka berdua tiba dengan selamat di tempat
tujuan.
Tidak lama kemudian, kini kendaraan yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan toko kue milik Nadia. Nadia segera turun dan
membuka helm.
"Ini helmnya sekalian ongkosnya," Nadia memberi helm sekalian uang kertas berwarna merah pada pak Herman.
Pak herman mengambil helm sekaligus mengambil uang dari tangan Nadia.
Pak Herman merogoh saku bajunya dan mengeluarkan beberapa pecahan uang puluhan ribu dari dalam sana.
"Ni kembalianya," ucap Pak Herman
menyodorkan satu uang kertas pecahan lima puluh ribuh dan empat pecahan sepuluh ribuh kepada Nadia.
"Itu untuk bapak saja buat beli obat di apotik. Dan ingat, bapak harus istirahat yang banyak dan jangan dulu narik sebelum kondisi kesehatan bapak benar-benar pulih," Nadia
mengingatkan pak Herman seperti seorang anak mengingatkan ayahnya.
"Tapi ini terlalu banyak Non. Masa setiap mengantar Nons selalu dapat bonus lebih," balas pak Herman
merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa pak, ambil saja. Itu sudah jadi rezeky bapak dan Nadia iklas. Kalau begitu Nadia masuk dulu ya pak!,"
"Alhamdulillah, terima kasih banyak Non!, Semoga Allah selalu melindungi Nona Nadia," balas pak Herman.
"Aamiin," kalau begitu sampai jumpa pak," Nadia berbalik dan melangkah menuju kearah pintu masuk toko kuenya.
Sepeninggalan Nadia, pak Herman pun menghidupkan kembali mesin motornya dan pergi meninggalkan tempat itu.
Setelah tiba di depan pintu, Nadia segera memutar gagang pintu toko dan sedikit mendorongnya.
Nadia tahu kalau Rita sahabatnya sudah datang duluan dengan kain gorden yang terbuka di bagian depan pajangan kue mereka.
Nadia langsung melangkah menuju kearah dapur karena dia tahu pasti Rita berada disana.
"Pagi Rit!," ucap Nadia sambil meletakkan tas kecilnya diatas meja.
"Pagi juga Nona Nadia!, Kirain hari ini Nona Nadia masih cuti. Soalnya semalam Nona langsung mematikan sambungan telepon tanpa memberi tahu pada Saya kalau pagi ini Anda
akan datang ke toko," balas Rita sesaat menghentikan kerjaanya mengocok adonan kue yang belum
sepenuhnya menggumpal dengan rata dalam loyan.
"Semalam itu maaf!, Handphoneku terjatuh karena melihat Tuan Dave berdiri di depanku hanya dengan mengenakan handuk," tanpa sadar Nadia dengan apa yang dia ucapkan.
"Apa!, Melihat Tuan Dave langsung seperti itu?, Dimana? masa pemandangan seindah itu Nona
tidak memberi tahukan padaku, apa boleh Saya melihatnya juga?" Rita dengan rada-rada gimana gitu sembari cengegesan.
Seketika itu juga Nadia menutup mulutnya dan melotot kearah Rita.
"Astaga kenapa mulut ini lemes bangat sih...hiii," Nadia menggerutuki dirinya sendiri.
"Kenapa Nona hanya diam saja. Seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu dariku," tatap Rita heran.
"Mana ada Aku menyembunyikan sesuatu darimu, itu hanya perasaanmu saja. Ah sudahlah, mari Aku bantuin supaya kerjaan kita
hari ini cepat kelar" Nadia mencoba mendekati Rita untuk mengalihkan pertanya Rita selanjutnya.
Keduanya pun memulai membuat kue seperti biasa hingga tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi.
"Nona Nadia!, persiapan bahan kue kita sudah mulai minipis. Tadi Saya lihat di dalam lemari
penyimpanan, bahan utama seperti terigu, gula, susu dan lainya tinggal sedikit," ucap Rita setelah mereka selesai mengemas kue ke dalam
topleks.
"Oh seperti itu. Selepas kita antar kue-kue ini, kita belanja ke mall sekalian cari makan disana
gimana?,".
"Kenapa harus ke mall di depan sana juga ada kok Non," balas Rita.
"Sekalian kita refreshing. Mumpung hari ini pesanan kue kita lagi kosong bukan?,".
"Iya juga si. Baiklah kalau begitu. Saya kirim pesan singkat dulu kepada Sapri untuk mengantar kue-kue ini pada pelanggan kita, setelah itu baru kita berangkat ke mall, gimana?," saran Rita.
"Itu ide yang bagus. Kalau begitu Aku siap-siap dulu ya," Nadia melangkah kearah kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum mereka
berangkat ke mall.
Sementara Rita masih tinggal disana
memainkan jari-jemarinya pada smart phonenya.
"Akhirnya selesai juga, sebaiknya Aku kedepan membawa kue-kue ini. Pas nanti Sapri datang Aku langsung memberi kue-kue ini padanya,".
Rita berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menenteng dua kantong plastik berisi topleks menuju kearah pintu keluar.
Tidak berselam lama kemudian sebuah pengendara motor berhenti di depan toko. Rita segera memberi kantongan-kantongan itu pada
si pengendara motor dan tak lupa memberi secarik kertas sebagai alamat si pemesan kue.
Setelah semua selesai, si pengendara motor pun pergi dan Rita kembali masuk kedalam toko.
"Rit apa kue-kuenya sudah kamu bagi ke Sapri," Nadia yang baru keluar dari kamar mandi.
"Baru saja Nona, semua pesanan kue sekaligus ongkirnya sudah ku kasih padanya. Eee... sampai lupa, uang hasil penjualan kemarin-kemarin sudah Saya trasfer ke no rekening Nona,".
"Terima kasih ya Rit!. Aku sudah sangat merepotkanmu,".
"Sama-sama Nona. Sudah menjadi kewajiban Saya untuk membantu Nona dalam memajukan usaha toko kue ini. Kalau begitu Saya bersih-
bersih dulu ya sebelum kita berangkat,".
"Iyalah. Aku tunggu ya, tapi jangan lama-lama entar isi dalam mall pada habis kalau kita sampai terlambat tiba disana," Nadia tertawa kecil.
"Nona Nadia bisa saja," Rita melangkah kearah kamar mandi dan tak lupa menutupnya kembali.
Sepeninggalan Rita, tiba-tiba handphone Nadia berdering yang ada di dalam tas yang sengaja dia letakkan diatas meja.
Nadia membuka tasnya dan mengeluarkan handphonenya dari dalam sana.
"Bi Ona!, tumben sekali bibi menelponku sepagi ini. Apa Rudy dan Yunita lagi tidak ada
dirumah?. Kalau mereka berdua sampai tahu kalau bi Ona sembunyi-sembunyi menghubungiku bisa-bisa beliau dapat marah dari kedua orang itu," Nadia masih menatapi layar handphone yang masih terus berdering.
"Iya bi, Ada apa?," tanya Nadia setelah sambungan telepon mereka terjalin.
"Maaf Nona kalau bibi lancang menghubungi Nona. Tapi bibi ada sesuatu yang bibi ingin serahkan pada Nona. Apa Nona bisa kerumah
sekarang?,".
"Serahkan!, Apa itu bi?, sepertinya sangat berharga. Dan apa pemilik rumah tidak akan marah jika Nadia kesana?. Bibi tahu sendiri
bukan bagaimana perlakuan mereka pada Nadia selama ini,".
"Nona tenang saja. Tuan, Nyonya dan Nona Mawar lagi keluar, jadi Nona aman jika Nona ingin kemari sekarang," balas bi Ona lagi dari dalam sana.
"Baiklah kalau begitu, Tunggu Nadia sekitar sepuluh menit lagi,".
"Baik Non," bi Ona memutuskan sambungan telepon mereka.
TERUS BERI DUKUNGAN DENGAN CARA COMENT, LIKE DAN VOTE.
DAN MOHON BANTUANYA UNTUK MENGUNJUNGI CHANELL YOUTUBE SAYA" PEWARIS TERAKHIR SANG PRESDIR" SETIAP HARI UPLOAD TERIMA KASIH.