Menikah secara tiba-tiba dengan Dean membuat Ara memasuki babak baru kehidupannya.
Pernikahan yang awalnya ia kira akan membawanya keluar dari neraka penderitaan, namun, tak disangka ia malah memasuki neraka baru. Neraka yang diciptakan oleh Dean, suaminya yang ternyata sangat membencinya.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Ara dapat menyelamatkan pernikahannya atau menyerah dengan perlakuan Dean?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalu Unaiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 15
From : D
“Temui saya di parkiran”
Ara membaca pesan singkat melalui pop-up message, terlalu gugup untuk membuka pesan tersebut. Ara menghela nafas. pesan pertama dari Dean sejak ia mengenal laki-laki itu.
Sedikit terkejut, pasalnya Ara sedang berusaha menghindari Dean, kejadian semalam masih sangat jelas di ingatan Ara, dan bertemu Dean sekarang rasanya bukan ide yang bagus.
Untuk sesaat Ara mengabaikan pesan tersebut, sampai matanya menangkap sosok Bima, sekretaris Dean datang menghampirinya. Keadaan ruangan masih sepi, jam makan siang masih lima belas menit lagi.
“Pak Dean meminta saya untuk menjemput mbak Ara. Sekalian bawa barang-barang mbak Ara,” ucap Bima tanpa berbasa-basi.
Tanpa membuat Bima menunggu lama, Ara segera membereskan barang bawaannya. Dan segera mengikuti Bima yang ternyata mengantarkannya ke parkiran.
“Pak Dean sudah menunggu di dalam mobil.” Ara mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih pada Bima.
Ara mengetok kaca mobil memastikan bahwa ia tidak salah mengenali mobil Dean, dan benar saja laki-laki itu menurunkan kaca jendela mobil sebentar lalu kembali menaikkannya.
Ara segera masuk, memakai seat belt dan duduk dengan tenang.
Dean mulai menjalankan mobil, beberapa saat hening masih menguasa keduanya. Dean terlihat sangat serius menyetir. Ara sebenarnya ingin bertanya kemana tujuan mereka saat ini namun, ia urungkan.
“kita ke rumah sakit, jenguk Papa kamu.” Akhirnya Dean membuka suara, Ara memang berniat mengunjungi rumah sakit saat ia pulang kerja nanti. Tidak disangka Dean punya inisiatif sendiri untuk mengajaknya pergi bersama.
“saya harap kamu tidak mempermalukan saya di depan keluarga kamu,” ucap Dean
Ara menoleh ke arah Dean, hendak bertanya.
"masalah di antara kita jangan sampai diketahui orang lain, apa lagi keluarga kamu," jelas Dean singkat.
"maksud kamu, kita pura-pura hubungan kita baik-baik saja?" tanya Ara
Dean menoleh, "kamu bisa menganggapnya begitu." Laki-laki itu kembali fokus menyetir.
Ara hanya mengangguk, tanpa Dean mintapun ia akan melakukan hal itu.
Dalam perjalanan mereka mampir untuk membeli buah, tidak enak rasanya datang menjenguk dengan tangan kosong.
***
"Keadaan Papa sudah sangat mendingan, itu juga berkat bantuan nak Dean. Sekali lagi, Papa ucapkan terima kasih.” keadaan Papa Ara terlihat sudah lebih baik dari kemaren
Di rumah sakit sudah ada Rio dan Mama Ara. Sejak mereka datang kedua orang tua Ara terlihat lebih baik dari biasanya, cara mereka menyambut Ara jauh lebih hangat dari saat Ara berkunjung kemaren. Tentu Ara tahu hal itu dilakukan untuk menjaga nama baik keluarga di depan Dean persis seperti yang sedang ia dan Dean lakukan saat ini.
Tangan Dean yang sejak tadi menggengam tangannya terasa sangat berlebihan.
Ara dan Dean duduk di sofa bersama dengan Rio yang duduk di single sofa di sebelah kanan Ara, sedangkan Mama Ara duduk di kursi di samping Ranjang menemani suaminya.
“saya tidak menyangka orang seperti Dean akan menyetujui sebuah perjodohan,” seru Rio sedikit menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Dean.
“mungkin karna saya terlalu sibuk untuk dapat menemukan seorang istri, jadi saya menerima siapa saja yang dipilihakan orang tua. Saya lebih suka menuruti orang tua, ya kan sayang...” balas Dean sambil menatap Ara di akhir kalimatnya.
"saya menerima siapa saja yang dipilihkan orang tua" Ara mengulangi kalimat itu di dalam kepalanya
Ara membalas tatapan Dean lalu melihat ke arah Rio, sejak ia dan Dean datang ia merasakan tatapan tak suka dari Rio untuk Dean, bahkan Rio tidak mencoba menyembunyikan ketidaksukannya itu. Tidak biasanya Rio bersikap seperti itu.
“Ara sepertinya beruntung mendapatkan suami penurut seperti anda, bukan begitu?” Rio kembali beruara.
“sepertinya yang anda lihat,” balas Dean sambil merangkul bahu Ara. Ara tidak tau harus bersikap seperti apa sekarang ini, mungkin bagi orang lain obrolan seperti ini terlihat biasa, namun, bagi Ara yang cukup mengenal sedua laki-laki ini merasakan sesuatu yang mengganjal.
“oh ya, saya dengar anda yang akan memimpin perusahaan setelah ini,” sambung Dean
“sama seperti anda saya sedang mencoba menjadi anak yang penurut” balas Rio.
Rio sepertinya memang tidak menyukai Dean.
Dean hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian laki-laki itu tersenyum miring ke arah Rio, Ara tidak akan salah jika mengira ada sesuatu yang salah antara Dean dan Rio, terlihat jelas dari kepalan tangan Rio yang sejak tadi tidak mengendur.
Merasa suasana semakin canggung Ara memilih mengusulkan untuk pulang pada Dean yang diiyakan laki-laki itu, mereka lalu berpamitan pada kedua orang tua Ara juga Rio.
“Dasar keluarga penjilat,” ucap Dean sesaat setelah keluar dari ruangan.
Ara tau maksud dari ucapan Dean, ia mengerti arah ucapan laki-laki itu. namun ia hanya diam, tidak menanggapi. Dean berjalan dengan langkah cepat tanpa memperdulikan Ara dibelakangnya yang kesulitan menyesuaikan kecepatan jalannya dengan langkah-langkah lebar Dean.
Benar saja laki-laki itu meninggalkan Ara di rumah sakit tanpa mengatakan apa-apa, laki-laki itu melajukan mobil sebelum Ara berhasil menggapai pintu mobil.
Ara memang tidak mengharapkan perlakuan baik dari Dean, seharusnya ia sudah menyiapkan diri untuk setiap sikap Dean termasuk yang ini.