Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 Tempat Untuk Pulang
***
"Foto?"
"Iya. Ayo cepat naik ke atas bebatuan itu."
Adam meraih tangan Ayna, dan mereka berjalan menuju ke bebatuan itu. Menurut informasi Ayna, tempat itu adalah tempat saksi bisu cinta ayah dan ibunya bersemi. tempat itu juga tempat dimana ayahnya melamar ibunya.
"Ayo dimulai. 1, 2, 3!"
Foto-foto mulai terambil di kamera Adam. Sejujurnya Ayna tidak tahu bagaimana harus bergaya karena ia juga jarang memegang handphonenya.
"A-Anu... Mas. Banyak yang ngeliat kita..." Ayna merasa kurang nyaman saat banyak sepasang mata yang melihat mereka. Bisik-bisik pun saling bersahutan.
"Bodo amat. Lah kita kesini apa harus dengan izin mereka? Dikira ini tempat wisata punya nenek moyang mereka apa." Adam juga menyadari tatapan-tatapan itu, tapi ia cuek saja.
"I-Iya sih... Tapi ngga nyaman saja..." cicit Ayna.
Adam mengernyitkan dahinya. Ia sedang memikirkan sesuatu. Dan sebuah ide muncul di dirinya.
"Ayna."
"Ya?"
Adam tidak menjawab lagi. Ia langsung menarik pinggang Ayna dan mendekatkan wajahnya ke wajah Ayna. wanita itu terkejut dengan apa yang dilakukan suaminya.
"M-Mas..."
"Ayo senyum. 1, 2, 3!"
***
"W-Waahhh bagus sekali hasilnya! Keren ya handphonenya! Ada harga ada kualitas kalau kayak gini!"
Ayna menatap pukau ke hasil foto yang diambil Adam. Betapa jernih serta presisi hasilnya itu.
"Oh ya Mas. Kenapa Mas Adam jarang foto diri sendiri? Ini saya lihat ngga ada foto mas Adam sendiri. Malah kebanyakan pemandangan dari jendela kantor, terus... Ini kebun?" tanya Ayna saat melihat galeri Adam.
"Seperti yang kamu tahu. Aku ngga suka mengabadikan diri sendiri. Malas."
"Aaahhh iya, jawaban khasnya mas Adam ya. Dari dulu ngga berubah hehehe." ucap Ayna.
"Nah itu tahu. Pokok kalau ngga penting, ngapain juga kan? tapi kalau foto istri sendiri, malah sangat penting." Adam mengedipkan matanya ke istrinya, berusaha menggoda Ayna.
"Iihhhh Maaassss... Maluuuu..." saking malunya, Ayna menutup wajahnya yang merah merona.
"Halah halaaahh... Istriku kenapa nutup muka begini? Sini dong sayang... Suamimu ini mau lihat mukamu." Adam berusaha menarik kedua tangan Ayna.
"Aaahhh Maaassss...."
"Hahahahaha."
Tubuh Ayna diangkat tinggi-tinggi oleh Adam. Lalu berputar di pinggir sungai itu, dengan latar belakang air terjun. Betapa bahagianya pasangan muda itu.
"Eh le, nduk. Mreneo." (le : panggilan nak kepada laki-laki, nduk : perempuan, mreneo : kemarilah)
Sekumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu memanggil mereka berdua. Adam yang mendengarnya bersungut-sungut. Padahal ia sedang menikmati suasana bahagia nan intim bersama istrinya.
"Apa sih? Ganggu saja."
Adam menurunkan Ayna, dan ia bergandengan bersama sang istri.
"Kenapa ya pak Bu?" tanya Adam sopan.
"Heeee ini loh, mereka sudah disini! Ayo foto-foto!"
"Mana? Mana? Wuaaahhh, buk! Ganteng banget lakinya! Mas mas, minta WA nya dong!"
"Aku sek!"
"Mbak ayu. Nanti rencana kemana? Mas temenin ya?"
"Cah ayu, ikut saya yuk."
Adam dan Ayna langsung melotot. Ini... Grup apa-apaan? Kenapa kebanyakan ibu dan bapak disini menggoda mereka berdua.
"M-Mas... Gimana ini? Saya-... Aaakkhhh!"
BRRUUKK
"Sayang!"
Tiba-tiba saja, salah satu wanita mendorong Ayna sampai jatuh.
GREEBB
"Mas. Ayo loh, foto ba-..."
CTAASSS
"Apa-apaan ini? Siapa kalian hah sok akrab?"
Adam mulai murka. Terlebih lagi melihat sang istri yang didorong sampai jatuh. Segera ia mendekati istrinya dan menanyakan keadaannya.
"Sayang, kamu ngga apa-apa? Ada yang luka?" tanya Adam.
"Ngga ada Mas, Alhamdulillah. Cuma sshhh aduh perih..."
Jari kelingking kaki kiri Ayna terluka karena tergesek bebatuan kecil.
"Lihat apa yang sudah kalian lakukan? Sudah tahu kalian ini berumur, tapi kenapa bertingkah layaknya orang birahi hah?!" teriak Adam pada sekumpulan itu.
"Le. Toh dia ngga apa-apa kok itu-..."
"NGGA APA-APA APANYA? ISTRIKU INI TERLUKA! MAU SAMPAI SEBAGAIMANA LAGI KALIAN MELUKAI ISTRIKU HA?!"
Habis sudah kesabaran Adam. Ia benar-benar marah. Sedangkan Ayna hanya diam. Ia setuju dengan ucapan suaminya. Masih beruntung tidak terkena kaki kanannya. Kalau kena, bisa-bisa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
SREETT
"Kalian sudah mengganggu bahkan melukai istri orang. Tunggu sampai pihak keamanan datang tak lama lagi. Jawablah sebisanya kalian kalau mampu."
Adam segera meninggalkan tempat itu sembari menggendong Ayna dan tas-tas mereka. Baru ada berapa langkah, beberapa pihak keamanan polisi dan tempat wisata datang dan menginterogasi sekelompok itu. Bahkan mereka tidak bisa berkutik.
"Hah? Kapan polisi itu datang? Kok..."
"Aku sudah menghubunginya diam-diam sayang. Aman sudah semuanya. Ayo kita kembali ke hotel."
"Uhm."
***
Sesampainya mereka di hotel, tiada satupun kata yang keluar dari Adam. Auranya begitu berat dan tidak mengenakkan. Ayna yang baru keluar dari kamar mandi pun bingung bagaimana menenangkan suaminya. Ia tahu kalau suaminya sedang memikirkan masalah tadi. Bahkan pria itu juga membelakangi Ayna sembari duduk bersila di atas ranjang. Wajahnya pun dingin tertekuk masam.
"Mas."
"Hmm."
'Heuuhhh, kalau kesal begini pasti jawabannya singkat sudah.' batin Ayna merana.
"Mas masih kesal?"
"Hmm."
Ayna menggelengkan kepalanya. Ia tertatih-tatih mendekati ranjang, menaikinya, lalu mendekati Adam.
"Mas."
"Hmmm."
'Kok imut ya? Seperti anak bayi ngambek. Godain ngga ya? Tapi nanti tambah ngambek hmmm...'
Ayna mengulurkan kedua tangannya, mengelus punggung lebar Adam. Adam langsung merasakan reaksi geli dan tersengat di saat yang bersamaan.
Tangan Ayna tak berhenti bergerilya begitu saja. Tangannya tepat berhenti di atas pundak Adam lalu memijatnya. Kali ini pula, barulah Adam merasa nyaman dan raut wajahnya kembali seperti semula.
"Sudah merasa nyaman?" tanya Ayna lembut.
"Ya, sudah."
'Finally! Kembali lagi!' sorak Ayna.
"Sudah ya Mas, jangan dipikirkan lagi. Toh mereka juga sudah dapat hukumannya. Di black list dari tempat itu pula. jangan dipikirkan lagi ya." hibur Ayna.
"Ayna. Gimana aku ngga kepikiran? Kau hampir digoda oleh om-om kurang ajar itu. Apalagi dia mau merangkul kamu. Sebagai suami ya marah lah aku! Ini lagi, tante-tante itu! Sudah seperti wanita kurang belaian saja! Benar-benar sudah!"
Adam mengomel karena memikirkan Ayna yang hampir digoda, juga dirinya sendiri yang digoda serta dipaksa.
"Biasalah. Kalau bapak-bapak dan ibu-ibu begitu itu, apalagi kelompok arisan. Kalau ketemu yang bening beeehhh, cuci mata rasanya." timpal Ayna.
"Sepertinya iya, mereka lagi arisan. Terus dapat liburan kesana pula. Aaiiihh, aku hampir lupa kalau kelompok arisan begitu itu."
"Hehehe."
"Oh ya, darimana kamu tahu kalau anggota arisan seperti itu, sayang?" tanya Adam.
"Hmm, sederhana sih. Saya tahu dari bibi Yuliana sewaktu arisan di rumah terus..."
Tiba-tiba Ayna terdiam. Ia bingung apakah harus melanjutkan perkataannya.
"Kenapa memangnya Ayna? Sayang?" saking khawatirnya, Adam menoleh ke belakang. Terlihat Ayna yang meringis.
"Eerrr... Gimana ya saya mau jelaskannya ya?"
"Ha?"
"Itu... Mau saya lanjutkan ucapannya tapi saya ragu." ucap Ayna.
"Ngomong saja. Lagian kan cuma ada kita berdua disini." balas Adam.
"Iya deh. Tapi tapi... Mas Adam jangan tersinggung ya. Ini agak menghebohkan soalnya."
"Iyaaa."
Ayna mulai menarik nafasnya dalam-dalam lalu menatap Adam lurus.
"Tadi saya bilang arisan di rumah bibi kan? Nah mereka mau mengunjungi ke suatu tempat lah buat nongkrong-nongkrong. Ternyata mereka ke tempat karaoke." jelas Ayna.
"Lah. Terus mana bagian hebohnya?"
"Ya itu bagian hebohnya mas. Di tempat karaoke itu mereka berencana mau menyewa lelaki penghibur. Atau namanya... Gigolo?"
Adam yang mendengarnya langsung tertawa miris. Pikirnya, Yuliana dan Alea sama saja.
"Ibu anak sama saja. Sama-sama bejat. Hahaha."
***
Begitulah liburan mereka selama berada di air terjun juga menikmati pemandangannya. Sekarang, pasangan itu terbang kembali menuju ke Bali. Tempat bulan madu yang begitu populer di kalangan turis asing mancanegara.
Saat mereka masuk ke dalam hotel, Ayna terperangah dengan pemandangan dari atas balkon. Tepat menghadap ke arah sunset.
"Cantiknya, Ya Allah... Foto deh hehehe..."
Di saat Ayna melihat hasil tangkapan fotonya, sepasang tangan berotot memeluk dirinya dari belakang. Kalau ia tidak tahu aroma familiar ini, mungkin Ayna akan berteriak.
"M-Mas Adam..."
"Gimana? cantik kan dari atas kamar kita?" tanya Adam dengan suara berat.
"Iya. Cantik banget! Jadi pengen main di pantai." ungkap Ayna.
"Besok ya. Hari ini sudah mulai malam. Kita juga harus makan malam di bawah. Ada desert kue coklat stroberi kesukaanmu pula."
Mendengar kue kesukaannya tersedia di restoran hotel, mata Ayna langsung melebar penuh semangat membara.
"Maauuuuu!" ucap Ayna semangat.
"Hahahaha. Giliran kue kesukaanmu langsung semangat begitu ya. Ya sudah, ayo sayang."
"Iya!"
***
Begitulah sore menjelang malam itu mereka nikmati. Makan malam mewah yang begitu nikmat dan mengenyangkan mereka nikmati dengan penuh kesyukuran. Terutama Ayna. Setelah sampai pada makanan penutup favoritnya, berkali-kali ia berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa juga suami tercintanya.
'Sampai kapanpun istriku ngga akan pernah berubah. Tapi aku sangat bersyukur akan hal itu, karena dia begitu polos, sederhana dan bersahaja. Ngga heran juga banyak pelayan-pelayan di rumah kakek nenek menyukainya hmmm...'
Di kamar hotel mewah itu, Adam dan Ayna sudah tidak berbusana di balik tebalnya selimut. Karena mereka melakukan hubungan suami istri yang begitu intim.
Ayna kelelahan melayani nafsu sang suami yang begitu besar, tapi di saat yang bersamaan ia sangat menyukai jika harus melayani hasrat suami.
"Ayna." panggil Adam.
"Hmm?"
"Ngga ada. Aku kira kamu tidur."
Ayna menoleh ke atas dan ia tersenyum kepada suaminya.
"Mas bilang jangan tidur dulu. Nikmati hangatnya benih Mas, lalu jangan duduk pula biar ngga keluar benih Mas."
"Pffttt, ada-ada saja. Apa AC nya mau dikecilin? takut kamu kedinginan." tawar Adam.
"Ngga mas. sudah hangat kok di pelukan Mas."
"Mas Adam, Mas kepengen berapa anak?" tanya Ayna tiba-tiba.
"Tiba-tiba? Hmmm, tiga anak boleh." jawab Adam.
"Hehehe, sama Mas. Tapi saya pengen semuanya mirip Mas Adam." ucap Ayna.
"Mirip denganku? Kenapa ngga mirip kamu saja? Toh mereka akan manis seperti ibunya ini."
"Eehhhh, saya ngga kepikiran sampai sana sih."
Adam terkekeh mendengar jawaban istrinya. Ia semakin mempererat dekapannya, mencium ceruk leher Ayna.
"Yang penting kita harus terus berusaha dan berdoa sayang. Biar buah hati kita secepatnya hadir, ya. Dan juga kita harus melatih diri untuk menjadikan kita sendiri tempat untuk anak-anak pulang."
"Seperti Mas Adam yang jadi tempat pulang saya?" tanya Ayna.
"Ya, seperti aku ini. Kita pasti bisa sayang, menjadi sosok orang tua yang baik, juga menjadi tempat untuk mereka pulang."
~Bersambung~