"Kita sudah ditakdirkan untuk bertemu. Kamu adalah milikku. Kita akan bersatu selamanya. Maukah kamu menjadi ratu dan permaisuri ku, Lia?" ucap Mahesa.
Dia di lamar oleh Mahesa. Pemuda tampan itu dari bangsa jin. Seorang pangeran dari negeri tak terlihat.
Bagimana ini...?
Apa yang harus Lia lakukan...?
Apakah dia mesti menerima lamaran Mahesa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minaaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25 Menyelamatkan Iteung
Pada akhirnya Lia menceritakan semua kejadian aneh yang dia alami dalam mimpinya secara rinci kepada suami gaibnya itu.
Mahesa tampak serius mendengar dan mencoba untuk memahami arti mimpi Dahlia sampai selesai..
"Apakah kanda tahu apa arti mimpi aku itu?" tanya Lia di akhir ceritanya.
Mahesa menarik napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Lia .
Sebenarnya Mahesa enggan untuk bercerita. Akan tetapi, dia juga tak bisa membiarkan Lia istri nya itu tidak merasa tenang sebelum memperoleh jawaban yang memuaskan hati gadis itu.
"Dinda, Iteung teman kamu itu akan di jadikan target selanjutnya", ujar Mahesa berucap tenang.
"Hah,... target? Target apa kanda? Apa maksud kanda target pembunuhan seperti yang ada di film - film itu, kah?" ujar Lia bertanya dengan polosnya.
Mahesa tersenyum melihat kepolosan istri nya itu. "Bukan, Dinda. Target pesugihan", jawab Mahesa.
"Apa? Ya Allah,....Astaghfirullah,...!",
Tanpa sadar, kalimat itu lah yang terucap dari mulut Lia. Matanya terbelalak tak percaya, shock mendengar teman nya menjadi target pesugihan selanjutnya dari lelaki yang merupakan majikan mereka.
"Kanda,.... tolong lah Iteung, kanda. Tolong lah teman Dinda. Hanya dia saja teman Dinda satu - satunya. Dia sudah sangat baik terhadap Dinda selama ini. Dia itu sudah seperti saudara Dinda ", ucap Lia memelas memohon pada suami nya.
Lagi - lagi Mahesa menghela nafas panjang.
"Dinda,... tadi Dinda bilang Dinda sudah menarik dan menyeretnya dan Iteung tidak jadi terjun ke jurang,kan?", tanya Mahesa, Lia mengangguk.
"Berarti Dinda bisa bernapas lega karena semua itu tak akan terjadi. Dan ketahuilah,. Hanya Dinda saja yang bisa menyelamatkan Iteung dari niat jahat Pak Karso dan menghentikan semua itu".
"Sekarang apa Dinda sudah mengerti?", tanya Mahesa. Lia mengangguk.
"Nah, kalau begitu ayo kita tidur lagi!", perintah Mahesa. Lia menurut perintah suaminya dan kembali tidur.
Selang satu jam kemudian,... Mahesa kembali membangunkan Lia untuk solat subuh sebelum pemuda jin itu lenyap dari pandangan mata.
***
Hari ini dilalui Lia seperti biasa. Namun sejak hari itu juga dia selalu memperhatikan gerak gerik Iteung dan juga gerak gerik Pak Karso.
Lia mengawasi Iteung dengan cermat dan teliti. Semakin lama, terlihat lah perubahan pada diri teman nya itu.
Wajah Iteung dari hari ke hari dalam pandangan Lia berubah pucat. Dan semakin pucat hingga hari ini, dia dan Iteung kebetulan berada di dapur. Temannya itu datang ke dapur karena ada waktu senggang.
"Teung, kamu kenapa? Wajah kamu kok pucat banget?" tanya Lia.
"Hah,... emang terlihat sekali ya?" tanya Iteung penasaran.
Lia menganggukkan kepalanya. "Iya, wajah kamu pucat seperti mayat hidup saja ", Ujar Lia.
"iya, Lia. Akhir - akhir ini aku merasa agak lemes ", ucap Iteung.
"Minum tolak angin aja, teung. Siapa tahu kamu masuk angin", ujar Lia.
"Hmm, ...iya, Lia ", jawab Iteung.
Iteung berlalu pergi meninggalkan dapur dengan tatapan cemas Lia yang merasa khawatir terhadap temannya.
Sore harinya,..
Lia keluar mencari Iteung. Dia berniat minta di temani Iteung untuk mencari bakso. Lia sedang ingin menikmati hidangan daging yang di giling dan di bentuk bulat - bulat seperti bola pingpong itu.
"Iteung!", panggil Lia saat melihat gadis itu.
Iteung menoleh dan tersenyum padanya.. Wajah gadis itu semakin pucat dari pada tadi pagi. "Eh Lia,...ada apa kamu memanggil ku?" tanya Iteung. Dia berjalan ingin mendatangi Lia namun langkah nya terhuyung.
"Iteung..!", pekik Lia.
Lia langsung menangkap tubuh Iteung yang hampir saja jatuh ke lantai.
"Astagafirullahal,.... hampir saja,..! Bawa saja ke mes, Lia , biar Iteung beristirahat dulu di sana!", ucap Enah dengan wajah panik.
"Iya, mbak. Aku pergi dulu ya Mba ", ucap Lia berjalan sambil memapah tubuh Iteung yang terlihat lemah menuju ke mes.
"Iya,...hati - hati Lia!", teriak Enah dengan wajah cemas.
Lia memapah Iteung yang kini terlihat setengah sadar. Untung saja gadis itu masih bisa berjalan meski lemas sehingga tidak perlu di gotong seperti Lia waktu itu.
Sampai di depan kamar Iteung,..Lia merogoh kantong celana Iteung untuk mencari kunci kamar. Lia berhasil menemukan kunci kamar Iteung sehingga mereka berdua bisa masuk ke dalam.
Dengan hati - hati, Lia merebahkan tubuh Iteung di atas tempat tidur.
"Teung,...Iteung ", panggil Lia menepuk pipi Iteung agar gadis itu tetap sadar.
Mahesa yang berada di tempat itu dapat melihat ada sesuatu yang tidak beres pada teman istri nya itu. Seperti ada sebuah kekuatan gaib yang menyelimuti gadis itu dan kekuatan itu tidak baik. Auranya sangat gelap.
Mahesa meniup ubun - ubun Iteung sehingga beberapa saat kemudian gadis itu terbangun.
"Sshhh,.... aku kenapa, Lia?", tanya Iteung sambil mencoba bangkit. Dia ingin duduk karena merasa tubuhnya lelah berbaring.
"Hati-hati, Teung. Tadi kamu hampir pingsan. Tubuh kamu demam, kenapa sih masih maksakan diri kerja?", ucap Lia. Tangan nya bergerak meraba kening Iteung untuk mengecek suhu tubuh Iteung.
"Aku nggak papa, Lia. Memang tadi kepalaku pusing banget," ujar Iteung.
"Ya udah,...kamu istirahat saja dulu di sini. Apa kamu tidak apa-apa kalau aku tinggal?" tanya Lia pada Iteung.
"Iya, tinggal aja Lia, aku nggak papa. Lagi pula aku mau tidur sebentar untuk istirahat", ujar Iteung.
"Oh ya udah, kalau gitu aku pergi dulu. Kalau ada apa, kamu tinggal. Panggil aku aja", ucap Lia. Iteung menganggukkan kepalanya lalu memejamkan mata.
***
Lia meninggalkan Iteung seorang diri di kamar nya untuk beristirahat. Tak lama kemudian,... Pak Karso, majikan mereka tiba di tempat itu dengan alasan ingin menjenguk Iteung. Lia menjadi cemas.
Kecemasan Lia semakin besar ketika melihat lelaki itu datang dengan menenteng rantang yang berisi Dengan cepat Lia mendatangi kamar Iteung. Dia takut terjadi sesuatu Iteung. Kekhawatiran Lia menjadi satu dengan kecemasan di hatinya akan nasib temannya itu.
"Kanda,...", bisik Lia dengan hati resah.
"Jangan khawatir, Dinda.. Aku akan menolong teman mu itu. Sebisa mungkin kanda akan mencegah teman kamu itu agar tidak memakan apapun yang di berikan oleh majikan kamu itu. Kanda akan mencobanya pergi dari sini secepatnya ", bisik Mahesa.
Lia menatap cemas ke arah Iteung yang kini duduk di hadapan Pak Karso.
"Nak Iteung,... bapak dengar kamu sakit? Bapak jadi cemas. Apa perlu bapak panggilkan dokter, ya?", ucap Pak Karso dengan raut wajah khawatir.
Iteung menggeleng lemah. Kepala nya masih terasa pusing. "Tak perlu, pak. Iteung hanya merasa pusing. Mungkin masuk angin", ucapnya.
"Apa kamu belum makan, Nak?", tanya pak Karso penuh perhatian.
Iteung menggeleng pelan.
"Pantas saja, kamu terlihat lesu. Wahh,..
kebetulan tadi bapak habis belajar masak rendang. Mungkin hasilnya tidak seenak masakan Enah. Tapi ini yang buat bapak sendiri loh. Dicoba ya, Teung", ucap Pak Karso lemah lembut penuh perhatian pada Iteung.
Lia terus menatap Pak Karso dan juga Iteung secara bergantian. Hatinya cemas, jangan sampai Iteung makan makanan dari lelaki itu. Bisa celaka. Lia terus memutar akal bagaimana cara menyelamatkan Iteung.
Hayo...! Apa yang akan dilakukan Lia dan Mahesa?
Ikuti terus kelanjutan ceritanya di episode berikutnya. Dan bantu like dan subscribe nya para readers yang Budiman 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...