Naina harus menyembunyikan fakta bahwa dokter Nickolas Carter adalah seorang pria yang impoten. Sementara Nick harus menyembunyikan fakta bahwa Naina adalah seorang wanita malam.
Dalam perjanjian tersembunyi itu mereka terikat sebuah pernikahan.
"Buat aku sembuh, setelahnya aku akan melepaskanmu," kata Nick.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA Bab 3 - Manja dan Nakal
Glek! Naina menelan ludahnya dengan kasar, jika dipikir-pikir dia tidak akan sanggup menyentuh senjata sang Dokter.
Astaga! rasanya Naina bahkan ingin menjerit, namun yang dia tunjukkan adalah senyum yang menggoda, meski tangannya merayap turun ke bawah sana, namun tatapannya tetap lurus ke arah dua manik coklat milik sang dokter.
Hingga akhirnya tahgan itu tiba di tempat tujuan.
"Iya, masih kecil," ucap Naina, lalu mengigit bibir bawahnya gemas sendiri. Dia telah cukup banyak menyentuh senjata para pria hidung belang, dan yang paling lembut adalah senjata milik dokter Nickolas.
Tapi rasanya dia masih tidak percaya bahwa benda itu sepenuhnya matti, jadi Naina makin membelainya lembut meski masih memakai penutup.
Harusnya jika normal sekarang benda itu telah membesar, tapi tidak, tetap lembut seperti squishy.
"Lembut," kata Naina sekali lagi, malah jadi lucu. Andai semua pria seperti ini pasti tak akan ada namanya pria hidung belang.
Dan mendengar ucapan Naina, Nickolas tidak merasa tersinggung sedikitpun. Sebab memang inilah kondisinya. Terjadi sejak 2 tahun lalu, semenjak dia memergoki calon istrinya berhubungan badan dengan pria lain, padahal pernikahan mereka sudah di depan mata.
Rasa jijik dan trauma itu membuat Nickolas kehilangan semua gairrah, awalnya dia pun tak menyadari penyakit ini, namun 1 tahun terakhir baru merasakannya. Segala pengobatan telah dia tempuh, meski dilakukan secara diam-diam. Karena baginya kondisi seperti ini adalah aib.
Karena itulah saat dia melihat Naina di Club Malam Paradise, Nickolas seperti menemukan solusi.
Nick tidak melarang Naina yang sedang menggerayangi tubuhnya, dia justru bergerak untuk mengambil dompet di saku celana. Lalu mengeluarkan sebuah kartu berwarna platinum di dalam sana, kartu dengan limit yang tak biasa.
"Gunakan kartu ini untuk membeli apapun yang kamu mau, aku akan senang jika kamu banyak membeli lingerie," kata Nickolas.
Naina perlahan melerai pelukannya pada sang dokter saat mendengar kalimat itu, pembayaran seperti ini memang sudah biasa dia terima, karena itulah Naina tidak merasa terkejut. Hanya saja ini sangat berbeda, sebab dia langsung diberi sebuah kartu kredit.
"Kamu juga masih memiliki tunggakan di rumah sakit kan? bayarlah dengan ini," timpal Nickolas kemudian.
"Terima kasih, Dok. Tambah sayang deh," kata Naina, mode nakal.
"Kamu benar-benar berbeda, tapi itu bagus," balas Nick dengan bibir tersenyum kecil.
"Aku akan kembali ke rumah sakit, ingat, di sana kita harus bersikap profesional," kata Nick.
"Siap Sayangh," balas Naina, sudah memegang kartu kredit kini dia jadi bekerja secara ugal-ugalan, bukan hanya memanjakan tubuh sang Tuan, namun juga memanjakan indra pendengarannya.
Nick kemudian mengambil satu langkah mundur hendak keluar, namun Naina buru-buru menahan kemeja pria tersebut agar berhenti menjauh.
"Kenapa?" tanya Nick.
"Jangan pergi-pergi begitu saja, kita kan baru saja menikah. Setidaknya cium dulu," jawab Naina.
Nick terdiam, seketika ingat percumbuan panas wanita sialan itu. Membuatnya makin mundur dan menjauh dari Naina. Namun saat ingat dia ingin sembuh, Nick kembali maju dan memeluk pinggang gadis tersebut.
Dengan kasar Nick pun mencium bibir Naina. Tapi tentu saja, sentuhan seperti ini telah biasa Naina dapatkan, jadi dia bisa langsung mengimbangi. Meski sesekali melenguh dan terengah untuk mencari udara.
Nick bahkan tanpa sadar mengigit bibir Naina hingga sedikit berdarrah.
Mencari gairrah namun tak kunjung dia temukan.
"Dokh, pelan-pelan sajah," kata Naina saat ciuman itu terlepas. Nickolas hampir saja frustasi, namun melihat Naina yang manja dan nakal seperti ini justru membuatnya tersenyum.
Naina seperti air yang melenyapkan api amarahnya.
"Sudah sanah pergilah," kata Naina lagi dengan nafas yang terengah. Bibirnya tersenyum, dia mendorong dada Nickolas agar segera pergi.
Pria itu pun menurut, Naina mendorong punggung sang dokter hingga mereka sama-sama keluar.
"Saat pulang nanti kita lakukan lagih," timpal Naina, lalu menggeliat manja sendiri.
Nick hanya mengangguk, rasanya ingin tertawa namun dia tahan.