NovelToon NovelToon
Bukan Gadis Biasa

Bukan Gadis Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga
Popularitas:23.5k
Nilai: 5
Nama Author: emmarisma

Leona Subroto tinggal di sebuah perkampungan kumuh, Dia dikenal sebagai bu guru yang baik hati. Orang-orang di sekelilingnya tidak ada yang tahu siapa dia. Sampai suatu hari pertemuannya dengan pria kaya bernama Abizar membuat semua tabir hidup Leona terungkap. Bagaimana kehidupan Leona ke depannya? Simak Selengkapnya di sini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22. Menghajar Preman

"Leona, Leona. Kamu benar-benar membuatku ingin segera memilikimu," kata Abizar berterus terang. Namun, sedetik kemudian pria itu melirik ke arah Napoleon dan Gio yang masih terus mengamatinya.

"Baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Aku takut dipukul lagi, tapi berhati-hatilah saat berkendara."

Abizar mengacak acak rambut Leona dengan lembut. Lalu dia ikut masuk ke mobil Keynan. Leona menggerutu sembari berjalan ke motornya. Sedangkan Napoleon sudah dibuat naik darah lagi dengan kelakuan pria itu.

"Dari sejak culun sampai sekarang dia tetap ba*ingan sejati."

"Sudahlah, Leon. Benar yang oma Welas katakan. Leona berhak bahagia. Kita hanya perlu mengawasinya dari jauh. Jika laki-laki itu berani menyakiti Leona, baru kita keroyok dia," kata Gio. Napoleon mendengus lalu meninggalkan Gio. Leona sudah pergi beberapa saat yang lalu. Gio lantas mengejar Napoleon.

"Woi, Leon, tunggu!"

Leona mengikuti mobil Keynan dari belakang. Sejak tadi mata Abizar tidak lepas menatap Leona dari spion.

"Kak, kita jadi ke rumah sakit?" tanya Lisa.

"Ke apartemenku saja. Kalian turunkan aku di jalan. Pakai alasan apapun untuk pergi. Aku akan menahannya supaya dia mau merawatku," kata Abizar dengan santai. Namun, dia sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari Leona.

Saat ini mereka ada di lampu merah. Leona berhenti tepat di samping mobil Keynan. Lisa menatap sahabatnya dengan kagum.

"Leona sejak dulu selalu luar biasa. Padahal motor itu sangat berat, tapi dia seperti tidak merasakan apa-apa."

"Memang sejak kapan Leona bisa naik motor?" tanya Abizar.

Lisa menatap sahabatnya dan tersenyum, "Ehm, aku tidak terlalu ingat. Tapi yang jelas dia sudah naik motor itu sejak dia kelas tiga SMA."

Leona sama sekali tidak tahu jika dijadikan bahan pembicaraan. Matanya justru fokus pada sepasang anak kecil yang sedang menjajakan tisu. Tanpa berpikir panjang, Leona memanggil kedua anak itu.

"Dek, sini." Kedua bocah itu menghampiri Leona dengan senyum polosnya.

"Kakak mau beli tisu?" tanya si anak laki-laki. Tampaknya mereka dua bersaudara, sedang anak perempuan yang lebih kecil terlihat malu-malu.

"Berapa harganya?"

"Yang ini 5000, Kak. Kalau yang ini 15.000." Anak itu dengan antusias menunjukkan dua jenis tisu pada Leona. Leona melirik digital display timer yang tinggal beberapa detik akhirnya meminta kedua bocah itu untuk menunggunya. Leona menunjuk satu tempat dan kedua bocah itu dengan patuh mengikuti instruksi Leona.

Leona menoleh ke mobil Keynan. Dia mengetuk kaca jendela Abizar. Setelah Abizar menurunkan kaca jendelanya, Leona dengan singkat dia menjelaskan perlu berhenti di sana sebentar. Leona tidak menunggu jawaban Abizar. Dia segera berbelok menuju ke tempat dua bocah tadi.

"Gimana, nih?" tanya Keynan.

"Ikutin lah, Kak. Biar kalian tahu, dia itu sebaik apa," kata Lisa dengan bangga.

Keynan pun segera membelokkan mobilnya dan berhenti tak jauh dari Leona.

Leona turun dari motornya dan menghampiri kedua bocah itu.

"Hai, kalian."

"Kakak mau beli tisu?"

"Kalau kakak beli semua tisunya, gimana?"

Wajah anak perempuan itu tampak senang. "Kakak serius?"

Leona mengangguk. Setelah itu dia baru ingat belum berkenalan dengan kedua bocah itu, lalu Leona pun bertanya, "Oh, ya, kalau boleh tahu siapa nama kalian?"

"Aku Mahesa, dia Sinar, adikku, Kak."

"Ok. Jadi berapa harga semua tisunya?"

Mahesa menggaruk kepalanya. Dia tampak bingung. Leona tersenyum menatap bocah itu. "Bingung, yah? Sini kakak bantu hitung." Mahesa menurunkan dagangannya. Namun, saat dia akan memulai menghitung, tiba-tiba ada dua pria dewasa berpakaian seperti preman mendekati Mahesa.

"Heh, bocil. Mana duit setorannya?"

Sinar menjatuhkan kantong plastik ditangannya. Dia bersembunyi di belakang Mahesa dengan tubuh gemetaran. Jelas sekali mereka terlihat sering diintimidasi.

"Aku belum laku, Bang."

"Alah, jangan bohong."

Salah satu pria mendorong bahu Mahesa. Karena tenaga pria itu cukup kuat, Mahesa terdorong ke belakang dan Sinar pun ikut terhuyung ke belakang. Beruntung Leona dengan cepat bisa menahan dua bocah itu. Dia lantas melirik kedua preman itu dengan kesal.

"Wah, cewek cantik, nih, Bang." kedua preman tadi menatap Leona dengan mata rakus. Abizar yang berada di dalam mobil langsung keluar. Bagaimana bisa dia membiarkan gadis pujaan hatinya dilecehkan oleh dua pria jelek itu.

"Hei, kalian! Beraninya lawan anak kecil sama perempuan. Kalau berani, sini maju. Mau jadi jagoan kalian?" Abizar berdiri di depan Mahesa. Leona yang semula memasang wajah dingin langsung mengendurkan ekspresinya.

"Kalau iya, kenapa? Lo mau jadi pahlawan kesiangan?"

"Udah, Bang, hajar aja."

Kedua pria itu maju hendak menyerang Abizar. Abizar langsung mengambil ancang-ancang, ia mengangkat kakinya dan menendang kedua pria itu dengan gerakan dwi chagi*. Leona seketika mematung. Sudut bibirnya berkedut melihat aksi pria itu.

Tak lama datang dua orang berpakaian rapi memakai jas. Keduanya mengangguk hormat pada Abizar, sebelum akhirnya membekuk kedua preman itu dengan mudah. Mahesa menatap Abizar dengan penuh kekaguman.

"Kamu ga papa?" Abizar langsung berbalik dan memegang kedua bahu Leona. Leona menggeleng dengan linglung, Lisa berdecak dari dalam mobil.

"Temen kakak, tuh, suka cari kesempatan," ucap Lisa kesal.

"Itu namanya proses mengikis jarak. Menumbuhkan ke*ntiman."

"Issh, macam kakak tahu aja," gerutu Lisa. Keynan menggelengkan kepalanya melihat adiknya kesal sendiri. Dia lantas menjalankan mobilnya meninggalkan Abizar dan Leona.

"Loh, kok kita pergi?"

"Kita udah ga diperlukan. Kedua preman tadi tanpa sengaja sudah membantu Abizar untuk dekat sama Leona. Jadi sebaiknya kita pergi aja."

Lisa langsung mengirim pesan pada Leona. Begitu juga dengan Keynan. Mereka sepakat memakai alasan yang sama untuk meninggalkan Abizar di sana.

Tak lama ponsel Leona bergetar di tas, begitu juga dengan ponsel Abizar yang berada di sakunya. Leona membaca pesan Lisa, sedang Abizar tidak berniat membuka ponselnya. Sepintas tadi dia melihat mobil Keynan berlalu. Leona mengusap dahinya. Abizar menggigit bibirnya menahan senyum.

"Kalian tidak apa-apa, kan?" Abizar tiba-tiba mengalihkan perhatiannya pada Mahesa dan Sinar. Mahesa menggeleng dengan kuat.

Sinar menatap Abizar dengan tatapan memuja. Selain tampan Abizar juga sangat keren. Pantaslah jika bocah perempuan itu terpesona.

"Mahesa, jika kakak bayar tisu kamu sejuta, gimana? Kurang ga?"

"I_itu kebanyakan, Kak."

"Ga apa-apa. Mungkin itu juga bisa buat tambah modal kalian jualan."

"Kita mau pakai uangnya buat berobat kakek, Kak."

Leona yang semula memasang senyum hangat, tiba-tiba terdiam. Dia mengamati keduanya. Mungkin usia Mahesa baru sekitar 11-12 tahun, tapi dia terlihat sangat dewasa.

"Kakek kalian sakit?"

"Iya, Kak. Kakek punya sakit asma."

"Kalian tinggal sama kakek?"

Mahesa dan Sinar mengangguk. "Nenek sudah meninggal. Bapak sudah punya keluarga sendiri. Kalau ibu ga tahu kemana."

Leona langsung menarik Sinar dan Mahesa. Dia memeluk kedua bocah itu dengan erat. Abizar tidak tahu harus berbuat apa. Dia justru menempuk kepala Mahesa dengan lembut.

"Kalian benar-benar anak yang luar biasa. Dimana rumah kalian? Apa kakak bisa bertemu dengan kakek kalian?" tanya Leona. Meski sedikit bingung dengan sikap Leona, Mahesa tetap mengangguk sopan.

"Motor kamu biar dibawa anak buahku. Kita naik mobilku saja," kata Abizar. Leona mengangguk tanpa pikir panjang.

Abizar mengambil ponselnya dan lalu mengirimkan pesan pada bawahannya. Tak sampai lima menit dua pria berbadan tegak lainnya datang. Leona menyerahkan kunci motornya dan lalu mengajak Mahesa serta Sinar naik ke mobil Abizar.

Kedua bocah itu tampak ragu sebelum naik ke dalam mobil mewah itu, tapi Leona dengan lembut meyakinkan mereka.

"Tapi, Kak, kami bau. Nanti kami mengotori mobil ini," kata Sinar malu-malu.

"Nanti kakak akan cuci mobilnya kalau bau," kata Leona. Dia lantas menoleh ke Abizar.

"Gimana? Boleh kan mereka naik?"

"Kalau aku ga ijinin kenapa juga aku minta pengawalku buat bawa mobil ke sini," kata Abizar.

Setelah Kedua bocah itu diyakinkan. Mereka perlahan maju. Namun, belum juga menyentuh pintunya. Tiba-tiba seseorang menghardik mereka dengan keras.

"Beraninya orang kumuh seperti kalian ingin naik mobil mewah!"

1
Abil Dafiza
hduh pasti ema nya c abidzar...
nyaks 💜
waduh manusiakah??
Noey Aprilia
Haduuuhh....
Spa pula yg dtng tu???
yg pnya mbil aja sntai aja,ni mlah ngjak ribut....mnta d hjar kya'nya....
Danny Muliawati
keren cerita nya
nyaks 💜
kasian kali kau Abi 🤣🤣
Dewi kunti
teruslah berjuang
Noey Aprilia
Tiap ktmu,pst kna bogem....nsibmu y abi...berat lh prjuangnmu....
Ainisha_Shanti
kuatkan mental mu abu jika nak masuk dalam keluarga subroto
Ainisha_Shanti
pasti abang nya lisa
Dewi kunti
yuk maju lg Bi,bisa kok
jaran goyang
һᥲȷᥲr gᥲskᥒ ᑲg... ᑲᥒ𝗍іg kᥒ...🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣ᥒᥱ᥊𝗍
jaran goyang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️
jaran goyang
ȷძ᥆һ kᥙ
jaran goyang
rskᥒ 𝗍ᥙ
sella surya amanda
lanjut kak
Noey Aprilia
Hjar aja smp bbak belur,trs leona bkln mkin sbl sm km y abi....
sunshine wings
Betul nek.. 👍👍👍👍👍
🥰🥰🥰🥰🥰
nyaks 💜
aku padamu Nek 🫰😘😅
Noey Aprilia
Tuuhhh.....
udh d ksih tau y.....jgn smp leona kbur lg krna trllu trkekang....lgian mau smp kpn cba????msa msti jmblo trs...
Dewi kunti
Leona stres karena keluarga🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!