Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Titik Balik Perjuangan
Dengan segala cara yang licik dan penuh tipu muslihat, Bayu terus mencari cara untuk menghancurkan gerakan mahasiswa. Namun, meskipun upaya penyusupan telah memicu ketegangan kecil di antara para anggota, Haki berhasil memperkuat kembali semangat para mahasiswa. Melihat bahwa strategi politik dan penyusupan mulai gagal, Bayu mengarahkan strateginya ke langkah terakhir: serangan fisik besar-besaran yang bertujuan untuk membubarkan gerakan ini dengan paksa, tak peduli berapa banyak yang harus dikorbankan.
Bayu Mengatur Serangan Akhir
Di sebuah ruang rapat tertutup bersama pejabat-pejabat tinggi lainnya, Bayu memaparkan rencana terakhirnya. “Mereka nggak akan menyerah. Satu-satunya cara untuk menghentikan mereka adalah dengan memukul mundur semuanya secara langsung,” kata Bayu dengan nada tegas.
Salah satu pejabat menatapnya dengan ragu. “Ini bisa membuat kita semakin kehilangan dukungan masyarakat. Mereka sudah terlalu banyak yang memihak mahasiswa.”
Namun Bayu mengabaikan kekhawatiran itu. “Kita sudah cukup bersabar. Mereka tidak hanya mengancam stabilitas, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Kita harus bertindak cepat dan tegas. Kita akan memobilisasi pasukan ke setiap titik aksi dan memastikan mereka bubar.”
Bayu mengerahkan pasukan polisi dan militer untuk menyebar di seluruh kota, dan instruksi diberikan agar mereka bertindak sekeras mungkin untuk mengendalikan para mahasiswa. Setiap kelompok mahasiswa yang mereka temukan akan dibubarkan secara paksa, dan siapapun yang melawan akan ditangkap.
Kabar yang Menyebar Cepat
Kabar tentang rencana pemerintah untuk menyerang gerakan mahasiswa menyebar dengan cepat di kalangan para aktivis. Dito, yang selalu aktif di jaringan informasi bawah tanah, mendapat kabar itu terlebih dahulu. Dengan wajah tegang, ia segera berlari menemui Haki, yang sedang mempersiapkan para mahasiswa untuk aksi selanjutnya.
“Hak, kita ada masalah besar,” kata Dito dengan napas tersengal. “Gue dapet kabar kalau Bayu udah ngegerakin pasukan buat ngebubarin kita. Ini bukan cuma di sini, tapi di semua titik aksi.”
Haki terdiam sejenak, menyadari besarnya ancaman ini. “Ini berarti mereka udah siap untuk nyerang kita dengan cara apa pun.”
Luvi, yang ikut mendengarkan, segera menyela, “Kita harus cepet kasih tahu semua orang. Kita nggak bisa biarin mereka nyerang kita tanpa kita siap-siap.”
“Benar,” jawab Haki. “Kita harus pastikan setiap kelompok siap bertahan, tapi tetap dengan cara damai. Kalau mereka menyerang kita, biarkan masyarakat yang melihat siapa sebenarnya yang bertindak brutal.”
Membangun Pertahanan di Titik-Titik Penting
Di bawah komando Haki, para mahasiswa mulai menyebarkan pesan ke seluruh titik aksi. Mereka membangun barisan pertahanan di berbagai tempat, memastikan setiap kelompok mahasiswa tahu apa yang harus mereka lakukan jika serangan datang. Pesan yang jelas diberikan kepada setiap orang: *jangan terpancing untuk melakukan kekerasan, tetap bersikap damai, dan biarkan aparat yang menunjukkan wajah asli mereka.*
Sore itu, di tengah ketegangan yang begitu kuat, ratusan mahasiswa berkumpul di sekitar gedung pemerintahan. Mereka membentuk barisan, berdiri tegak, dan bernyanyi bersama lagu-lagu perjuangan. Suara mereka bergema di tengah udara yang semakin dingin, menunjukkan kepada pemerintah bahwa mereka tidak akan mundur.
Yudi, yang berada di garis depan bersama Haki, berusaha menjaga ketenangan kelompoknya. “Kita harus siap untuk apa pun yang terjadi,” katanya dengan nada rendah kepada Haki. “Bayu nggak akan mundur kali ini.”
“Aku tahu,” jawab Haki, menatap lurus ke arah jalan di mana bayangan kendaraan militer mulai terlihat di kejauhan. “Tapi kita juga nggak akan mundur.”
Serangan Brutal yang Dimulai
Ketika senja tiba, kendaraan-kendaraan militer bergerak mendekati kerumunan. Aparat keamanan turun dengan perlengkapan lengkap: tameng, pentungan, dan gas air mata. Dalam hitungan menit, suasana yang tadinya penuh semangat berubah menjadi mencekam. Beberapa mahasiswa yang tidak siap segera mundur ketakutan, tetapi Haki dan kelompok utamanya tetap bertahan.
“Jangan takut!” seru Haki, suaranya menggema di tengah kerumunan. “Kita akan bertahan dengan damai. Jangan biarkan mereka memancing kita!”
Tanpa peringatan lebih lanjut, aparat mulai menyerang. Gas air mata ditembakkan secara brutal ke arah mahasiswa, menciptakan kabut tebal yang menyengat mata dan menyesakkan napas. Luvi, yang berdiri di samping Haki, segera mengenakan masker dan membantu mahasiswa lain untuk melindungi diri.
“Pakai masker kalian!” teriak Luvi, sambil membagikan masker cadangan kepada mahasiswa lain.
Di bawah serangan gas air mata yang menyiksa, Haki berusaha menjaga ketenangan kelompoknya. Namun, ketika aparat mulai maju dengan pentungan dan memukul mundur mahasiswa yang berada di depan, situasi menjadi semakin kacau.
Yudi, yang sudah terluka karena mencoba melindungi teman-temannya, masih bertahan di garis depan. “Kita nggak boleh kalah di sini, Hak!”
Haki mengangguk, meskipun napasnya terasa berat. Dia tahu bahwa pertahanan mereka mulai melemah, tetapi dia juga tahu bahwa mereka harus terus bertahan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa mereka tidak akan menyerah.
Kehadiran Masyarakat yang Mengguncang
Saat aparat semakin agresif, masyarakat yang menonton di sekitar lokasi mulai bergerak maju untuk membantu mahasiswa. Banyak dari mereka yang awalnya hanya menonton, kini maju dengan berani, berusaha melindungi mahasiswa dari serangan brutal aparat. Mereka membawa air, masker, dan bahkan makanan, membantu mahasiswa yang terluka atau kelelahan.
“Ini udah nggak bisa dibiarkan!” teriak seorang ibu paruh baya sambil membagikan air kepada mahasiswa. “Anak-anak ini berjuang buat kita semua, dan pemerintah malah nyerang mereka.”
Beberapa warga lainnya mulai berteriak dan membentuk barisan bersama mahasiswa, menunjukkan solidaritas mereka. Aparat yang awalnya berniat untuk membubarkan kerumunan mahasiswa kini menghadapi massa yang jauh lebih besar. Mereka tidak hanya berhadapan dengan mahasiswa, tetapi juga dengan masyarakat yang bersatu melawan mereka.
Bayu Terpojok
Dari jauh, Bayu menyaksikan kejadian ini dengan kemarahan yang membara. Dia tidak menyangka bahwa serangan brutalnya justru memperkuat dukungan masyarakat terhadap gerakan Haki. Dalam frustrasinya, Bayu mengeluarkan instruksi yang lebih keras kepada aparat, memerintahkan mereka untuk menangkap Haki dan pemimpin lainnya tanpa peduli dampak yang akan terjadi.
Namun, masyarakat tidak tinggal diam. Mereka melindungi Haki dan teman-temannya, menghalangi aparat yang mencoba mendekati kelompok tersebut. Dengan sikap damai namun teguh, mereka menghadang aparat, membuat Bayu semakin kehilangan kendali atas situasi.
Aksi Solidaritas Nasional
Di seluruh negeri, berita tentang serangan brutal ini menyebar dengan cepat. Media independen dan video-video yang direkam masyarakat menunjukkan kebenaran, memperlihatkan bagaimana aparat bertindak dengan kekerasan terhadap mahasiswa yang tidak bersenjata. Dukungan untuk Haki dan kelompoknya semakin kuat, dengan aksi solidaritas yang muncul di berbagai kota.
Di media sosial, tagar #BersamaMahasiswa dan #PerjuanganTanpaKekerasan menjadi tren nasional. Orang-orang dari berbagai kalangan mulai turun ke jalan, bergabung dalam protes damai yang mendukung gerakan mahasiswa. Mereka berdiri bersama, menunjukkan bahwa kekuatan rakyat tidak bisa dihancurkan begitu saja.
Malam yang Penuh Harapan
Ketika malam semakin larut, aparat akhirnya mundur, menyadari bahwa mereka tidak lagi bisa mengendalikan situasi. Haki dan teman-temannya, meskipun lelah dan terluka, merasakan kemenangan yang begitu dekat. Mereka tahu bahwa perjuangan ini belum selesai, tetapi mereka telah menunjukkan kepada seluruh negeri bahwa mereka tidak bisa dihancurkan dengan mudah.
Di tengah sorak-sorai masyarakat dan mahasiswa yang saling berpelukan, Haki menatap langit malam yang penuh bintang. Dia tahu bahwa pertempuran ini belum berakhir, tetapi dia juga tahu bahwa mereka telah menanamkan benih perubahan yang akan terus tumbuh.