IG ☞ @embunpagi544
Elang dan Senja terpaksa harus menikah setelah mereka berdua merasakan patah hati.
Kala itu, lamaran Elang di tolak oleh wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya untuk ketiga kalinya, bahkan saat itu juga kekasihnya memutuskan hubungan mereka. Dari situlah awal mula penyebab kecelakaan yang Elang alami sehingga mengakibatkan nyawa seorang kakek melayang.
Untuk menebus kesalahannya, Elang terpaksa menikahi cucu angkat kakek tersebut yang bernama Senja. Seorang gadis yang memiliki nasib yang serupa dengannya. Gadis tersebut di khianati oleh kekasih dan juga sahabatnya. Yang lebih menyedihkan lagi, mereka mengkhianatinya selama bertahun-tahun!
Akankah pernikahan terpaksa ini akan membuat keduanya mampu untuk saling mengobati luka yang di torehkan oleh masa lalu mereka? Atau sebaliknya, hanya akan menambah luka satu sama lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 ( Jangan keras kepala)
Setelah kedua orang tuanya keluar dari kamarnya, Elang mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Bagiamana keadaannya?" tanyanya pada seseorang di balik telepon.
"Hem. Saya sudah menyuruh orang mengantar pakaian buat dia," ucapnya lagi.
"Baik tuan muda bibi mengerti, sepertinya itu yang mengantar pakaian buat nona Senja sudah datang," sahut bi Sum, orang yang di hubungi oleh Elang.
"Iya tuan," bi Sum langsung meletakkan gagang telepon lalu membuka pintu apartemen.
Benar dugaannya, beberapa orang datang dengan masing-masing membawa beberapa paper bag berisi pakaian lengkap dengan aksesorisnya.
"Kami di suruh tuan muda untuk mengantarkan ini semua bi," ucap salah satu dari mereka.
"Oh baiklah, kalian bisa meletakkannya di ruang tamu. Biar nanti saya yang membawanya ke atas," sahut bi Sum ramah mempersilahkan mereka masuk ke dalam.
Senja baru saja turun dari tangga melihat heran kepada mereka yang sibuk memasukkan paper bag paper bag tersebut.
"Nona kenapa turun? Jika butuh sesuatu bisa panggil saja bibi," ucap Bibi.
"Saya haus bi, makanya saya turun," sahut Senja.
Mereka yang membawa pakaian suruhan Elang, terpesona melihat Senja yang mengenakan kemeja milik Elang yang kebesaran di badannya, membuatnya terlihat seksi.
Senja cuek tak mempedulikan mereka yang masih sibuk membawa masuk paper bag-paper bag besar dan langsung menuju ke dapur untuk mengambil minum. Ia tak sadar jika baju yang ia kenakan saat ini membuatnya terlihat seksi.
"Jaga mata kalian! Dia nona muda. Kalau tuan muda tahu, habis kalian!" bi Sum memperingatkan.
Mereka pun langsung menundukkan kepala mereka.
Senja kembali ke ruang tamu setelah orang-orang itu pergi. Dihampirinya bi Sum yang sedang memeriksa isi paper bag satu persatu.
"Apa itu bi?" tanya Senja sembari mendekatinya.
"Oh, ini pakaian yang tuan muda kirim buat nona. Nona bisa memakainya," jawab Bibi.
"Sebanyak ini?" tanya Senja heran, padahal ia cukup di pinjami sayu baju saja atau bisa pakai bajunya kembali setelah kering. Kalau sebanyak itu, seperti ia akan tinggal lama di sana. Tidak! Sena tak mau merepotkan tuan muda yang belum di kenalnya tersebut.
"Bibi bawa ke atas ya Non, biar Nona bisa langsung ganti," ujar bibi.
"Saya bantu bi," tawar Senja.
Setelah semua paper bag masuk ke dalam kamar Elang dan bibi pergi melanjutkan pekerjaannya, Senja mencoba membuka salah satu paper bag itu. Diambilnya dress yang sangat bagus.
Meskipun, Senja tak jarang atau hampir tak pernah memakai barang mahal, tapi dia tahu dress yang ada ditangannya merupakan dress rancangan seorang designer ternama yang harganya tentu saja mahal.
Senja kembali memasukkan dress tersebut, mencoba mencari baju yang sederhana saja untuk ia pakai, namun tak ia temukan. Semuanya merupakan branded ternama dan kebanyakan hasil rancangan designer kelas Internasional.
"Seleranya lumayan juga, modelnya bagus-bagus. Sayang mahal," gumam Senja.
Senja tak memilih satupun dari baju-baju itu. Bukan karena tak suka, tapi jika si tuan muda itu memintanya untuk mengganti rugi, tentu saja ia tak akan mampu membayarnya.
Untuk menghindari segala kemungkinan yang terjadi, akhirnya Senja tetap memakai kemeja warna putih milik Elang. Menunggu sampai bajunya kering, lalu ia berencana akan pergi dari sana.
🌼🌼🌼
Sore harinya....
Elang datang ke apartemen. Jika Senja sudah merasa baikan, ia berniat mengajaknya ke rumah untuk bertemu keluarganya malam nanti.
"Dimana dia?" tanya Elang kepada bi Sum.
"Nona Senja di kamar tuan muda. Sepertinya dia masih tidur," ucap Bibi, karena tadi saat dia ke kamar Elang untuk melihatnya Senja sedang tidur. Ia hanya menyelimutinya dan kembali bekerja.
Elang tak bertanya lebih, ia terus berjalan menuju lantai dua apartemennya.
Senja yang ternyata ketiduran, akhirnya terbangun. Ia melihat jam di dinding.
"Astaga, sudah sore!" gumamnya. Padahal rencananya ia akan langsung pergi satu atau dua jam setelah pakaiannya kering.
Senja menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan bergegas membuka pintu untuk mencari bi Sum dan menanyakan bajunya.
Tepat saat Senja membuka pintu kamar, Elang sedang berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Ia sedang mengangkat telepon dari Kendra, posisinya saat ini membelakangi pintu.
Senja tertegun tepat di pintu, menatap punggung laki-laki yang sedang membicarakan bisnis tersebut.
"Siapa dia? Apa dia pemilik apartemen mewah ini? Suaranya seperti familiar?" Batin Senja. Ia tak bisa melangkah keluar karena terhalang oleh Elang.
"Maaf tuan, bisakah tuan minggir sedikit, saya mau keluar," ucap Senja dengan sopan.
Mendengar suara Senja, Elang langsung berbalik badan.
"Kamu...?" seru Senja begitu sadar siapa laki-laki yang ada di depannya itu.
"Nanti kita bicarakan lagi," ucap Elang kepada Kendra dan langsung mematikan panggilannya.
"Siapa kamu?" tanya Senja.
Elang mengangkat satu alisnya, apa karena demam semalam membuat gadis di depannya itu amnesia, pikirnya.
"Kamu lupa?" Elang balik bertanya.
"Maksudku kenapa kamu ada di sini?" Senja meralat pertanyaannya.
"Ini apartemen saya," ucap Elang sambil melangkahkan kakinya ke depan.
Senja mundur satu langkah supaya jarak fi antara mereka tak terlalu dekat.
"Jadi yang menolong dan membawaku ke sini dia? Kenapa harus dia sih" Batin Senja hampir tak percaya.
Elang menatap Senja dari ujung kaki hingga atas kepala. Ia langsung melengos menghindari menatap Senja yang terlihat seksi mengenakan kemejanya tersebut.
"Kenapa kau belum mengganti bajumu?" tanya Elang.
Senja menunduk melihat baju yang ia pakai, memang seksi. Ia memejamkan matanya, merutuki kebodohannya yang sejak tadi tak menyadari akan hal itu.
"Baju-baju itu terlalu mahal, aku tak pantas memakainya. Aku akan mencari bajuku yang semalam dan memakainya lalu pergi," ucap Senja langsung melewati Elang untuk kemudian mencari bi Sum.
Dengan cepat Elang mencegah langkah Senja dengan memegang tangannya. Senja berhenti lalu menatap Elang.
"Pakailah baju itu, aku tak minta ganti rugi. Semua itu milikmu," ucap Elang.
"Tidak terima kasih! Saya tidak ingin merepotkan. Kamu tidak perlu mengasihani saya. Setelah ini saya akan pergi, terima kasih sudah menolong saya semalam," ucap Senja menepis tangan Elang.
"Kau tak akan pergi kemana-mana. Ini akan menjadi tempat tinggal mu. Lagi pula kamu tak punya tempat tinggal lagi bukan?"
"Saya bisa tinggal di tempat sahabat saya sementara waktu, kamu tak perlu repot-repot memikirkannya," sahut Senja sewot.
"Sahabat yang mana? Yang sudah mengkhianatimu semalam?"
Senja terdiam mendengar ucapan Elang.
"Tentu saja bukan," sahut Senja, masih ada sarah pikirnya.
"Jangan keras kepala. Tetap tinggal disini. Saya sudah berjanji terhadap kakek untuk menjaga dan menikahi mu," ujar Elang.
Senja tersentak mendengar ucapan Elang, pasalnya ia pikir laki-laki tersebut tidak bersungguh-sungguh akan menikahinya.
"Saya bukan anak kecil lagi yang harus terus di jaga. Dan juga, Kamu tidak perlu terbebani dengan permintaan kakek saya. Kamu tak harus menikahi saya. Kamu jangan khawatir, saya tidak akan menuntut kamu karena sudah menyebabkan kakek saya meninggal meskipun kamu tidak menikahi saya," jelas Senja dengan nada dingin. Kemudian ia menghentakkan kakinya keluar dari kamar tersebut meninggalkan Elang yang sudah bersusah payah menahan emosinya menghadapi dirinya yang keras kepala.
🌼🌼🌼
💠Selamat membaca...jangan kupa like, komen dan vote seikhlasnya...Terima kasih 🙏🙏
Salam hangat author 𝓔𝓶𝓫𝓾𝓷 🤗❤️❤️💠