seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ganas nya!
Tanda tanya memenuhi hati alya Sejak pertama kali melihat bias panikan di wajah Juno . Intuisinya menuntun untuk segera menyusun sang kekasih sudah berlari lebih dahulu . Namun , beberapa petugas yang berjaga menghalangi tepat di depan pintu masuk . Alhasil Alya harus menunggu hingga mereka lengah , lalu diam-diam menyusup ke dalam Swalayan tanpa pengetahuan Wahana petugas yang berjaga .
Ketika memasuki ruangan berkabut asap itu , harus disuguhi pemandangan tak biasa, tidak pernah sebelumnya Alia melihat Juno begitu panik dan ketakutan . Kekasihnya itu adalah lelaki yang dingin dan datar . Menghadapi suasana seperti apapun ia selalu bersikap tenang dan berpikir jernih.
Bahkan saat Alya mengalami kecelakaan mobil di dekat sekolah dan luka cukup parah satu tahun yang lalu , juno begitu tenang membawanya ke rumah sakit . Sama sekali tidak ada kepanikan meskipun Darah segar mengucur dari hidung , itu luka-luka lainnya .
Namun dengan sisil Mengapa sangat berbeda ?
Bahkan di saat gadis belah itu sudah mendapat penanganan dokter di ruangan IGD , Juno masih saja harus dalam kepanikan . Kakinya bergerak mondar-mandir di depan pintu dengan wajah cemas gugup yang tak dapat ditutupi
Sesekali ia mengusap wajah , lalu menghembuskan nafas ke udara dengan sorot mata nanar
Tanpa sadar dua tangan Alya mengepal , matanya terpejam menahan sesak di dada , masih Terngiang dengan teriakan Juna sepanjang perjalanan menuju rumah sakit tadi. Berulang-ulang ia mendesak niko untuk mempercepat laju kendaraannya . Sebuah sikap bagi Aulia yang terlalu berlebihan.
"Duduk dulu Juno! Sisil pasti baik_baik saja" Niko membuka suara saat beberapa menit terdiam
Namun tak ada respon apapun dari Juno, raganya ada di sana tetapi hati dan pikirannya seolah pergi ke tempat lain.
"Niko bener Juno, lagian kamu nggak perlu sepanik ini, Sisil tidak terluka sedikitpun, dia hanya pingsan"
Juna hanya melirik selintas , salat tidak memperdulikan ucapan Alya
Kepanikan itu akhirnya terurai dengan pintu kaca yang terbuka , disusul dengan kemunculan seorang pria berjas warna putih , Juna langsung menghampiri sang dokter.
"Bagaimana, dok? Tanyanya, sedikit menuntut sebuah jawaban
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, kemungkinan pasien pingsan karena terlalu banyak menghirup asap sampai kesulitan bernafas"
Bimbang yang sedari tadi jelas dalam raut wajah Juna seketika hilang . Menghelan nafas berulang-ulang
"Terima kasih , Dokter"
"Sama-sama. Setelah ini pasien boleh pulang"
Ketika dokter berlalu, Juno kembali menunjukkan gestur yang bagi Alya cukup aneh. Lelaki itu beberapa kali mengintip adalah melalui jendela kaca, seolah sedang berusaha melihat Sisil yang terbaring di ranjang pasien dengan kain berwarna hijau sebagai pembatas ruangan.
***
bBelum ada kata yang terucap dari cari mulut Sisil sejak meninggalkan rumah sakit. kembakaran di Swalayan tadi menciptakan rasa Takut berlebihan , tubuhnya masih gemetar seolah asap Dan Api masih menjalar di sekeliling.
Dia terpejam sesaat menghembuskan nafas perlahan demi mengurai sesak yang mengaepung dada. Setidaknya ia harus bersyukur bisa selamat , setelah sempat mengira segalanya akan berakhir dalam panasnya kobaran api .
Namun , Apa yang tersaji jauh lebih menyakitkan di hadapannya dibandingkan berada di tengah lautan api . Sisil harus jadi penonton kemesraan suaminya dengan wanita lain.
"hanya fokus mengemudi Sayang , kamu benar-benar tidak apa-apa kan ?" Tangan Alya mengulur itu lengan kekasihnya . Memijat dengan gerakan perlahan . Sementara Juna tak memberikan respon berlebihan atas segala perhatian Alya . Ia hanya fokus mengemudi.
"Nggak apa-apa, Al"
"Seharusnya kamu tidak usah masuk lagi , hampir saja kamu celaka" sesaat kemudian ekor matanya melirik ke belakang. Menekan kata celaka bentuk sindiran
"Sudah! nggak usah di bahas lagi, yang penting semua selamat!"
"Ya, kamu memang bener" ia mengulas senyum tipis, memiringkan kepala ke kanan agar dapat bersandar di bahu Juno . "Aku takut kehilangan kamu"
Tak tahan melihat kemesraan dua orang didepan nya, Sisil memilih membuang pandangan keluar jendela. Membisikan kalimat istighfar berulang-ulang dalam hati.
Kurang dari 1 jam , mereka sudah tiba di rumah . Juno Segera turun dari mobil dan membukakan pintu penumpang belakang untuk Sisil
"Nggak usah Om , saya masih bisa jalan sendiri, kok" ucapnya cepat , sebelum Juno menawarkan bantuan
"Kamu masih lemah Sisil !" Juno tak kalah Memaksa, apalagi saat pertama kali turun dari ranjang pasien , Sisil sempat terhubung ke belakang . Beruntung juno sigap menangkap tubuhnya.
"Sayang, aku aja yang bantu Sisil ke dalam , kamu bawa belanjaan saja" Alya menawarkan sedikit bantuan . Lebih tepatnya Ia tak rela jika sampai Juno terkesan terlalu Perhatian Kepada keponakannya itu
"Yakin kamu bisa ?" Ada keraguan dalam ucapan juno , apalagi untuk mencapai kamar Sisil , mereka harus melewati tangga . juno khawatir jika dua wanita itu akan terjerambah
"Aku bisa" wanita itu menggeser posisi juno yang tadi berdiri tepat di samping pintu mobil, "Ayo Sisil !" Ajaknya Seraya mengulurkan tangan
"Nggak usah Kak , saya bisa jalan sendiri, kok" tolak Sisil
"Udah nggak papa , ayo sini saya bantu!"
Tak ada penolakan lagi dari Sisil , tubuhnya yang masih terasa lemah itu terasa bangkit. Ia menyambut uluran tangan Alya
Sesekali Sisil yang melirik Juno yang sedang membuka Begasi mobil , Untung gak rapat tugas berhasil menjinakkan kobaran api sehingga barang-barang belanjaannya dapat di selamatkan
"Jalannya pelan-pelan aja ya, Sil !" wanita cantik itu mulai menuntun Sisil untuk memasuki rumah . Dia melirik Juno yang sudah dahulu menuju dapur dengan membawa kantongan belanjaan.
Sisil pun melangkahkan kakinya secara perlahan , kamu Saat memasuki rumah Iya seketika meringis pelan .Bagaimana tidak , Alya mencengkram lengannya sekuat tenaga, sementara kukunya yang tajam terbenam sempurna di lengan kanan Sisil semakin terasa kuat
Begitu tiba di kamar Iya merupakan Gadis itu di tempat tidur , mengatur bantal di belakang punggung agar Sisil dapat beristirahat
Beberapa saat kemudian , Juno memasuki kamar dengan membawa belanjaan Sisil Lainnya
"Oh iya, sil! Saya lihat Niko sangat perhatian banget sama kamu , memang kamu sudah kenal terlebih dahulu sama Niko ?" tanya Alia sengaja menajamkan suara
"Nggak kak, saya baru kenal tadi"
"Oh ya! Tadi kesannya kayak deket banget kaya udah kenal lama"
Sisil masih diam. Membuat Alya kembali berbicara , wanita itu Bahkan tak menyadari perubahan raut wajah Juna karena ucapannya
"Tumben loh, Niko mau perhatian sama orang yang baru kenal , nanya Niko ada hati sama kamu deh !" Tebak Alya dengan keyakinan penuh. "Apalagi nanti kamu akan sekolah di SMA Pelita . Kamu pasti akan ketemu Niko setiap hari".
Tak ada respon berlebihan dari sisil , ia hanya menundukkan kepala tanpa keluarkan sepatah kata pun , sementara Juno memilih keluar.
Brakkkkkk!
Suara pintu di banting keras yang berasal dari kamar sebelah buat Alia terlonjak membuat Alya terlonjak kaget.
Bersambung...