Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Kampus
Di kampus Al Jovano, Zea menunggu di luar kelas setelah Al Jovano masuk kelas, Zea mengerjakan tugasnya sendiri sembari minum jus di kantin, namun tiba-tiba datang seorang laki-laki dan duduk di hadapannya.
"Hay?? Gak masuk?? " Tanya Pemuda itu sok akrab, Zea menoleh pada sumber suara lalu hanya mengangguk dan kembali mengerjakan tugasnya.
"Aku Bong Ho, kamu siapa?? " Tanya Orang itu sambil mengulurkan tangannya pada Zea yang masih sibuk mengerjakan tugasnya.
Zea hanya tersenyum lalu menjawab tanpa mengambil tangan pemuda itu, " Zea. " Jawabnya singkat.
"Nama yang indah seperti artinya sesuatu yang bersinar seperti dirimu." Kata Bong Ho namun tak di tanggapi oleh Zea.
Zea tak begitu suka gaya pemuda dihadapannya yang terlihat begitu percaya diri saat menghadapi perempuan untuk pertama kalinya.
Saat Zea tengah sibuk mengetik tugas di layarnya tiba-tiba dari jauh Al Jovano datang dan di dorong oleh seorang teman laki-lakinya.
"Al, Maaf apakah kamu tadi menelfon ku??" Tanya Zea khawatir.
"Tidak kebetulan Seojin main ke kantin jadi sekalian mengantar ku. " Ucap Al Jovano lalu menuju pada Zea setelah mengucapkan terimakasih pada temannya.
Pandangan Al Jovano tertuju pada Bong Ho, teman di kelasnya yang sering membolos, "Bong Ho? Ngapain?? " Tanya Al Jovano penasaran.
"Tak apa-apa aku hanya sedang lewat dan melihat seorang wanita bersinar sendirian, rupanya itu saudaramu? She very beauty. " Ucap Bong Ho jujur, membuat Al Jovano kesal.
"Dia bukan saudaraku. " Kata Al Jovano sambil meraih tangan Zea yang masih sibuk mengetik.
"Lalu??" Bong Ho penasaran.
"She is my wife. " Kata Al Jovano sambil menunjukan cincin pernikahan mereka.
"Hahaha sangat tidak mungkin, kamu terlalu kecil untuk jadi suaminya." Ejek Bong Ho pada Al Jovano hingga Al Jovano meremas tangannya kuat, Al Jovano kesal saat orang tak mempercayai hubungan seriusnya.
"Dia benar, Al my husband, My Al is My life, stop menertawakannya. " Ucap Zea lalu menutup Layarnya dan memasukan ke tas.
Zea bangkit lalu berdiri mendorong kursi roda Al Jovano, meninggal pemuda aneh yang sok akrab tadi. Zea mengecup pipi Al Jovano untuk menghilangkan amarah suami brondongnya itu.
"Besok aku Ke kampus sendiri saja. "Ucap Al Jovano sambil mendongak ke Zea yang berdiri.
"Tidak boleh, kecuali kakimu sudah sembuh, sabar ya, sebentar lagi kamu akan terapi jika sudah tidak ada keluhan lagi. " Ucap Zea masih sambil membawa Al Jovano pergi.
"Ckkk, Aku bisa gila jika ternyata di luar sana banyak yang melihat dirimu. " Umpat Al Jovano kesal.
"Stttt, sudah I love you more, ingat sampai banyak brondong atau pun pria mapan yang lain mata dan hati ini hanya melihatmu. " Kata Zea yang langsung membuat Al Jovano tersenyum dan nyaman.
"Zee kamu pakai cadar aja sih, biar tak banyak yang lihat kamu." Kata Al Jovano yang justru di jawab tawa oleh Zea.
"Aku bukan orang yang berani untuk itu, kelakuanku belum mencerminkan, jika karena banyak yang melihat besok aku pakai masker. " Jawab Zea lalu berhenti di sebuah bangku taman dan mengunci kursi roda Al Jovano.
"Aku pun kandang juga merasa tak suka saat melihat wanita lain menatap dirimu kagum, kamu masih duduk di kursi roda saja banyak yang mengagumi, bagaimana jika kamu sudah bisa tegak berjalan, mungkin aku akan melakukan perawatan ekstra agar tak kalah dengan wanita seusiamu." Kata Zea jujur.
Yah mereka sama-sama menarik bagi lawan jenis, Zea semenjak di Korea lebih sering melakukan perawatan tujuannya agar seiring usianya bertambah wajahnya masih bisa mengimbangi Al Jovano.
Zea tak suka saat tetangga juga teman-teman Al Jovano menatap Al Jovano penuh minat dan pesona, Zea ingin mengimbanginya agar usianya tak akan menjadi masalah di kemudian hari.
"Ckkk tapi aku masih kesal sama Bong Bong itu, dia sengaja membolos untuk bisa menemui mu saat aku tidak ada. " Kata Al Jovano.
"Coba Zee, Bong Cebong tadi sama Aku gantengan mana?? " Tanya Al Jovano mendadak sensi lagi.
"Hahaha jujur Bong Ho memang tampan, gagah, tinggi dan kas Korea, kalau Cebong tentu itu anak katak. " Jawab Zea yang memicu amarah di wajah Al Jovano.
"Terus jawaban dari pertanyaanku???" Al Jovano menarik Zea ke pangkuannya sambil memeluk Zea posesif.
"Hahaha galak amat sih? Tentu saja My Al paling segalanya di mata ini. " Ucap Zea sambil tertawa, sengaja menjawab seperti tadi agar Al Jovano kesal.
"Awas kamu, kalau udah sembuh habis kamu. " Kata Al Jovano meremas pinggang Zea gemas.
"Pulang Yuk, Pengen gini di kamar." Ucap Al Jovano parau yang langsung di jawab jeweran di telinganya oleh Zea.
"Jangan Malas, masih ada mata kuliah lagi, jangan sia-siakan perjuanganku meninggalkan Sanja. " Kesal Zea lalu bangkit dan pindah dari pangkuan Al Jovano.
"Ckkk aku juga cemburu pada Sanja. " Kata Al Jovano masam yang justru membuat Zea tertawa, bagaimana bisa suaminya itu cemburu pada seekor kuda pikir Zea.
"Kamu lucu, cemburu kok pada kuda, Aneh. " Ucap Zea kemudian.
"Ya iya lah, Sanja sudah pernah kamu naiki sementara aku gak pernah!!" Jawab Al Jovano yang langsung membuat Zea memerah.
"Ishhh mesum, gak jelas! Udah masuk yuk. " Zea mendorong Al Jovano sambil menahan malu, lagi-lagi Al Jovano mengungkit masalah itu.
Zea sedikit bergidik saat sekelebat bayangan adegan yang Al Jovano pikirkan dan inginkan muncul di kepalanya, "Astagaa, otak suciku, pasti sudah terkontaminasi. " Batin Zea.
***
Up sedikit ya, author baru sakit, mohon doanya dan dukungannya ya. 🙏🙏🙏