Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis 28 Tidak ingin di bantah
Suasana hening itu tidak berlangsung lama saat sepasang suami istri masuk ke dalam ruang rawat Mia. Alam melangkah cepat mendekati Mia, tanpa melihat sekelilingnya. Sedangkan Clara berjalan pelan dengan wajah yang menunduk. Dia sempat melihat Fiona tadi, dan gadis itu selalu menjadi yang pertama membela Mia saat dia dan teman-temannya melakukan sesuatu yang burukpada Mia.
“Alam, Clara”. Kening Fiona berkerut, dia terkejut melihat dua oarang itu tiba-tiba ada di hadapannya setelah bertahu-tahun mereka tidak pernah bertemu lagi.
“Kamu nggak apa-apa, Mi”, pertanyaan yang sama yang sudah Mia dengar berkali-kali hari ini.
“Nggak apa-apa, Cuma lecet sedikit kok”, katanya mengangkat tangannya yang di perban sambil tersenyum. Manik gelap Donny semakin menatapnya tajam, bagaimana dia selalu bisa mengatakan kalau dia tidak apa-apa sedangkan perban membalut tubuhnya di kepala lenagn dan kakinya.
“Kenapa kalian bisa ada di sini?” tanya Fiona yang sudah sejak tadi penasaran. Clara membuang muka saat Alam menatapnya, lalu ke luar dari ruangan itu membuat Fiona semakin penasaran.
“Maafin Clara ya, Mi. Aku nyusul dia dulu”. Alam pun keluar menyusul Clara. Fiona memeluk Mia lalu sedikit menundukkan kepalanya pada Donny lalu menyusul kedua teman satu Universitasnya itu. Alex memberi kode pada Mia lalu juga menundukan kepalanya pada Donny dan keluar menyusul Fiona.
Donny berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati tempat tidur Mia, gadis itu memberi senyuman termanisnya pada suaminya. Tapi tatapan Donny tidak berubah sama sekali.
“Hari ini terakhir kali kamu naik motor, Mia”. Gadis itu menunduk, dia tahu laki-laki itu pasti sangat marah melihatnya terluka.
“Dan saya tidak mau di bantah”.
“Mas”. Donny berhenti saat Mia memanggilnya. Laki-laki itu berbalik dan mendekat.
“Maaf”, Ucapnya dengan suara yang sangat pelan. Hati Donny meleleh, tatapannya melembut. Laki-laki itu menarik nafas sebelum berbicara, “Kamu tahu, saya sangat khawatir tadi melihat kamu berluruman darah. Saya fikir kamu terluka sangat parah”.
“Saya tidak akan memaafkan diri saya yang tidak bisa menjaga kamu dengan baik jika sesuatu terjadi sama kamu”. Mia tersenyum, hatinya tersentuh. Entah kenapa dia ingn membiarkan laki-laki itu menjaga dan melindunginya. Padahal sebelumnya dia tidak akan membiarkan siapapun memberikan perhatian yang lebih padanya. Termasuk Alam, laki-laki itu tidak pernah bisa menembus hatinya sebesar apapun perhatian yang dia berika pada Mia.
“Kamu istirahat saja, sebentar Bu Mira akan membawakan makan malam untuk kamu”. Mia menggeleng, “Aku mau pulang”.
“Tapi kamu masih harus di rawat, Mi”.
“Aku nggak apa-apa kok, Mas. hanya lecet sedikit, di rawat di rumah juga bisa”. Donny membuang nafasnya, baru beberapa saat yang lalu dia mengatakan tidak ingin di bantah dan sekarang gadis itu malah membantahnya lagi.
“Berhenti bilang kamu tidak apa-apa, Mia. Kamu terluka dan kamu butuh perawatan, dan di rumah sakit ini kamu bisa mendapatkan perawatan yang kamu butuhkan”. Suara Donny sedikit meninggi, dia benar-benar kesal sekarang. Gadis itu menunduk lagi, dia tidak suka berada di rumah sakit, walaupun kamar ini tampak mewah tetap saja ini adalah rumah sakit.
“Tolong dengarkan saya”. Kali ini suaranya kembali melembut. “Tapi aku nggak suka ada di sini, aku nggak akan bisa tidur karena mimpi buruk”. Suaranya terdengar sangat lirih, seperti sedang menahan isak tangis. Donny menjadi iba melihatnya, mengingat reaksi berlebihan Fiona tadi mungkin saja gadis itu memiliki trauma dengan rumah sakit.
Donny akhirnya mengalah. “Saya akan bicara dengan Dokter”, dia membelai pipi Mia lalu meninggalkannya untuk mencari Dokter Rafael.
Mia senang bukan main saat akhirnya di beri ijin untuk pulang. Lukanya memang tidak terlalu parah dan tidak harus menginap di rumah sakit. Dokter Rafael memberinya obat terbaik agar bisa sembuh lebih cepat.
“Terima kasih Dokter”, ucapnya saat Dokter Rafael selesai memeriksa semua lukanya. Pekerjaan kecil seperti ini tentu tidak harus kepala rumah sakit ini yang turun tangan, tetapi karena pasiennya adalah istri dari saudaranya sehingga itu menjadi sebuah kewajiban baginya.
“Saya belum mengenalkan kalian”. Donny mengenalkan Mia dan Rafael. Dokter Rafael merasa sangat senang melihat perhatian yang Donny berikan pada istrinya. Bahkan saat datang membawa Mia tadi siang dia melihat sisi yang lain dari Donny, itu pertama kali dia menunjukkan sisi menakutkannya pada sepupunya itu.
“Dengerin suami kamu, jangan bandel”. Mia meletakkan tangan di keningnya yang di balut perban sambil berkata “siap boss”.
Mia tidak bisa membantah saat Donny mendudukkannya dikursi roda dan mendorongnya, padahal dia masih bisa berjalan walaupun harus di papah. Donny menarik sudut bibirnya saat melihat istrinya memanyunkan bibirnya dan menurutinya walaupun dengan terpaksa.
Lagi-lagi Mia tidak berkutik saat Donny menggendongnya naik ke kamar mereka. secara refleks Mia mengalungkan tangannya di leher Donny. Dia melihat wajah itu dari sangat dekat, untuk pertama kali hatinya bergetar.
Donny mendudukkannya dangan hati-hati di tempat tidur, “Bu Mira akan menemani kamu disini”.
“Taa…” Mia baru saja mau berbicara sebelum Donny meletakkan jari di bibirnya.
“Tidak ada bantahan”, katanya tegas. Gadis itu membuang nafas kesal melihat ke arah Bu Mira yang sudah berdiri dengan sebuah nampan di tangannya.
“Mas mau balik kantor?”. Donny yang sudah beranjak kembali duduk di tempat tidur di samping gadis itu. Dia menggeleng dan tersenyum lembut, “Al dan Aaron menunggu saya di bawah”.
“Emmm….”, Donny menaikkan sebelah alisnya menunggu Mia melanjutkan ucapannya.
“Clara minta ganti rugi mobilnya yang di tabrak, tapi…”
“Al dan Aaron yang akan mengurus semuanya, kamu tidak usah memikirkan apapun. Oke”.
“Tolongin driver ojeknya ya, Mas”, pinta Mia, dia tahu Clara wanita yang tidak berperasaan. Wanita itu sama sekali tidak punya belas kasih pada siapapun, dia pasti t akan memasukkan driver itu ke penjara kalau tidak bisa membayar ganti rugi. Donny mengangguk lalu meninggalkannya bersama Bu Mira.
“Bagaimana, Al?”, Alfandy dan Donny langsung berdiri dari duduknya dan membungkuk hormat begitu melihat kedatangan Donny.
“Seperti dugaan, Tuan. Wanita itu sengaja melakukannya”. Kata Al, memberikan hasil penyelidikannya.
“Bagaimana dengan proses hukumnya”, kali ini Donny bertanya pada Aaron. “Akan di tindak lanjuti sesuai dengan hukum yang berlaku, Tuan”
“Bagus. Saya tidak mau ada yang menjamin wanita itu”.
“Lalu bagaimana dengan pemilik motor itu?”
“Dia tidak memiliki tanda pengenal dan juga surat-surat kendaraannya, jadi dia juga sedang dalam proses hukum”. Jelas Aaorn. Donny tampak berfikir sejenak, dia ingat Mia meminta padanya untuk menolong driver ojek itu. “Bantu dia, Aaron. Dan berikan motor yang baru padanya”.
“Baik, Tuan”. Jawab Al dan Aaoron bersamaan.
“Al”.
“Iya, Tuan”.
“Saya tidak mau memiliki hubungan apapun dengan putri seseorang yang sudah mencelakai istri saya”. Suara Donny terdengar sangat datar.
Alfandy mengangguk sangat mengerti maksud Tuannya “Baik, Tuan”. Donny tidak pernah mencampur urusan pribadi dengan pekerjaan, dan ini adalah yang pertama kali Donny melakukannya.