KEHADIRANMU MENGUBAH HIDUPKU bukan sedekar bicara tentang Cinta biasa namun tentang perjalanan hidup yang mereka lalui.
Diambil dari sebuah kita nyata perjalanan Hidup sebuah keluarga yang berasal dari keluarga miskin. Perselisihan dalam rumah tangga membuat Anak mereka yang baru lahir menjalani kehidupan tanpa seorang ayah. Sampai anaknya tumbuh dewasa. Perjalanan sebuah keluarga ini tidaklah mudah deraian air mata berbaur dalam setiap langkah mereka. Kehidupan yang penuh perjuangan untuk sebuah keluarga kecil tanpa adanya kepala keluarga. Mereka lalui dengan ikhlas hingga mereka menemukan kebahagiaan yang sedikit demi sedikit mereka dapatkan dan membuat mereka semua bahagia.
Bagaimanakah perjalanan kisahnya?
Ikuti terus Kisah ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SitiKomariyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan Suami
Mereka begitu bahagia akan segera mempunyai momongan. Begitu juga dengan Fitri anak Kusno.
“ Hore, fitri mau punya adek. Nanti fitri jadi ada teman buat main ya pak,” ucap fitri sembri loncat kegirangan.
“ Iya, nanti kalau adek udah diluar kamu jaga baik-baik ya nak,” jawab marni.
“ Iya bu, Fitri pasti akan jaga adek. Nanti kalau adek udah besar bisa mainan ayunan bareng Fitri,” Fitri menjawab dengan senyum bahagia diwajahnya.
Marni tersenyum melihat anak Kusno yang polos, dan kini menjadi anak marni juga. Marni menyayangi Fitri seperti anaknya sendiri, ia mencurahkan kasih sayang seperti ibu yang mengandungnya. Begitu juga Fitri, sangat bahagia mempunyai ibu tiri sebaik Marni.
Beberapa bulan telah berlalu, saat masuk 7 bulan Marni mengidam ingin makan pisang goreng buatan suaminya. Karena Marni mengerti jika suaminya sedang sibuk jadi ia memutuskan untuk pulang kerumah, sesampainya dirumah ia disambut oleh ibunya. Tentu saja dengan senang hati ibunya membuatkan pisang goreng yang diminta Marni.
Waktu sudah hampir sore, Marni izin pulang kerumah suaminya. Sesampainya dirumah suaminya belum pulang, segera ia masak dan beberes rumah, tak lupa ia jemput Fitri yang ia titipkan pada mertuanya.
“ Nak maaf ya menunggu lama, ayok kita pulang ibu sudah masak ayam buat kamu. Tadi ibu juga bawa pisang goreng, sebentar lagi bapak pulang,” ucap Marni semabari mengelus kepala fitri.
“Baik bu, ayo kita pulang. Nek Fitri pulang dulu ya, besok futri main lagi," ucap fitri menghampiri neneknya untuk berpamitan.
“Maaf bu Marni sudah merepotkan ibu, kita pamit pulang dulu,” ucap marni sambil mencium tangan mertuanya.
“ Iya nak, hati-hati dijalan. Kalau jenuh dirumah kesini saja, disini ramai banyak adik-adik iparmu,” jawab ibu mertua marni sedikit mengelus perut marni yang sudah terlihat besar.
Marni pulang berjalan kaki bersama fitri, rumah marni dan mertuanya hanya berselang lima rumah saja, rumah marni terletak di paling ujung. Sesampainya dirumah Kusno sudah dirumah. Segera ia membuatkan kopi untuk suaminya dan menghilangkan pisang goreng.
“Marni kamu dapat dari mana pisangnya, bukankah ditempat kita tidak punya pisang. Itu sebabnya aku tak menggorengkan pisang untukmu," ucap kusno yang sedang menikmati kopi buatan istrinya.
“Aku tadi pulang mas, aku kepengen banget makan pisang goreng. Tadi ibu yang goreng mas," jawab marni lembut.
“Lain kali jangan pergi kemana-mana ya dek, kalau mamas belum pulang," ucap kusno.
Marni hanya menganggukkan kepalanya, karena hari sudah masuk ba'da magrib, mereka sholat berjamaah. Selesai sholat mereka berbincang-bincang dan bersenda gurau dengan fitri. Esok harinya, pagi-pagi buta marni sudah bangun dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anaknya.
Selesai sarapan Kusno berangkat kerja diladang bersama tetangganya membajak sawah.
“Hati- hati mas kerjanya," ucap marni sembari mencium tangan suaminya yang akan berangkat kerja.
“ Iya dek, jangan lupa anaknya dibangunin. Tadi aku tak tega mau membangunkannya,” jawab kusno, yang kemudian mengambil sepeda lalu berangkat.
Selepas suaminya berangkat tak lupa ia membangunkan fitri untuk segera mandi dan sarapan. Selesai mandi dan sarapan seperti biasa Firti main kerumah neneknya. Sementara Marni membersihkan halaman rumah depan dan memberi makan ayam miliknya.
Setelah waktu Zuhur, ia pergi main ketempat tetangga samping rumahnya. Mereka keasyikan bercerita satu sama lain hingga ia lupa jika hari sudah hampir ashar. Tanpa diketahui marni suaminya sudah pulang kerumah.
Entah kesambet setan dari mana Kusno berteriak memanggil Marni. Marni begitu kaget mendengar suara suaminya berteriak memanggil dirinya. Marni segera pulang dan menyudahi perbincangan dengan tetangganya.
"I..iya mas, ada apa kok tumben jam segini susah pulang?," tanya marni lembut namun sejujurnya hati begitu takut jika kusno marah padanya.
Tanpa fikir panjang baru saja marni masuk kerumah, Kusno menyiramkan air minum hangat yang baru di awanya dari dapur kekepala Marni. Sontak saja marni berteriak, karena air masih sedikit terasa panas.
“ Ada apa mas, apa salahku padamu sampai kamu menyiramku begini. Aku hanya main sebentar di tetangga sebelah mas, rumah juga sudah aku bereskan. Aku salah apa mas!," jawab marni dengan sedih dan kecewa pada suaminya.
Air mata mulai mengalir membasahi pelupuk mata dan pipinya.
“ Aku sudah pesan padamu jangan main kemana-mana, apa kau tak mendengarkan pesan suamimu marni !! Kau malah pergi asyik ngobrol dengan tetangga, apa setiap hari kamu begini jika aku tidak ada dirumah!! ," ucap Kusno dengan nada tinggi wajah penuh amarah.
Marni yang tak biasa melihat suaminya bersikap kasar padanya kini berubah. Sekarang barulah marni mulai melihat sikap buruk suaminya. Marni berlari masuk kekamar, ia menangis sejadi-jadinya. Ia tak menyangka hanya masalah kecil yang ia buat, bisa membuat Kusno marah padanya. Esok harinya marni seperti biasa tetap menyediakan sarapan dan kopi untuk suaminya. Meski hatinya masih terasa amat sakit karena sikap suaminya.
Namun ia yakin itu hanya marah sesaat suaminya saja. Kusno bangun dari tidurnya segera menyantap hidangan yang disediakan istri dan berlalu pergi tanpa berpamitan.
Dada marni terasa sesak melihat suami ya seperti itu. Marni hanya pasrah dengan hidupnya. Saat sore hari marni menunggu kepulangan suaminya.
Ia mendekati suaminya dan segera meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat. Karena tak ingin melihat istrinya besedih kusno memaafkan marni dan memeluk marni. Kusno mengingatkan Marni agar tak mengulangi kesalahannya. Marni menganggukkan kepalanya sambil memeluk erat suami tercintanya.
Beberapa minggu telah berlalu sudah tiba masa dimana Marni akan melahirkan. Sebelum melahirkan Marni minta tinggal ditempat ibunya selama melahirkan. Kusno mengiyakan keinginan istrinya. Baru tiga hari dirumah ibunya, Marni merasakan mulas diperutnya.
“ Kusno istrimu mau melahirkan, cepat panggil dukun bayi,"ucap ibu marni pada kusno.
Kusno dengan sigap mengambil sepeda dan menggayuhnya dengan kencang. Menjemput dukun bayi. Ditahun 1990 masih banyak orang kampung menggunakan dukun bayi dibandingkan mencari bidan.
Sesampainya dirumah, bdan kusno gemetar melihat istrinya yang akan melahirkan. Ia duduk disamping istrinya untuk memberinya semangat saat melahirkan.
“ Ayo mar, terus mar ,terus. Sedikit lagi mar, ayo sedikit lagi mar. Kamu pasti bisa sedikit lagi mar," ucap dukun bayi pada marni.
“ Kamu pasti bisa dek, kamu pasti bisa. Semangat dek," ucap kusno sambil mengecup kening istrinya.
Beberapa saat kemudian terdengarlah tangisan bayi yang begitu nyaring.
“ Oek, oek, oek," suara bayi yang baru saja dilahirkan marni kedunia.
Terlihat bayi mungil yang sedang diurus oleh dukun bayi, betapa bahagianya mereka setelah melihat anaknya begitu terlihat imut dan Cantik. Harapan Kusno ingin mempunyai anak perempuan akhirnya terwujud.
“ Terimakasih dek kamu sudah melahirkan anak yang cantik untukku,” ucap Kusno sembari mengelus kening marni dan mencium tangannya.