Demi menyekolahkan dang adik ke jenjang yang lebih tinggi, Cahaya rela merantau ke kota menjadi pembantu sekaligus pengasuh untuk seorang anak kecil yang memiliki luka batin. Untuk menaklukkan anak kecil yang keras kepala sekaligus nakal, Cahaya harus ekstra sabar dan memutar otak untuk mendapatkan hatinya.
Namun, siapa sangka. Sang majikan menaruh hati padanya, akan tetapi tidak mudah bagi mereka berdua bila ingin bersatu, ada tembok penghalang yang tinggi dan juga jalanan terjal serta berliku yang harus mereka lewati.
akankah majikannya berhasil mewujudkan cintanya dan membangunnya? ataukah pupus karena begitu besar rintangannya? simak yuk, guys ceritanya... !
Happy reading 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembantu baru
Dengan perlahan, Cahaya menuruni anak tangga sambil mengajak Bima mengobrol. Sejatinya Bima adalah anak yang pandai berbicara dan berinteraksi dengan orang lain, apalagi kalau orang itu dirasa membuatnya nyaman.
Kesannya, Cahaya lebih cepat mengambil hati Bima, tetapi butuh persiapan yang cukup matang dan juga Cahaya harus banyak mengumpulkan informasi mengenai karakter Bima. Anak-anak tetaplah anak, jangan menganggapnya sebagai orang dewasa walaupun cara bicaranya berbeda dengan anak pada umumnya, memberi luka sekecil apapun pada anak kecil akan di ingat sampai kapanpun itu.
Sesekali Bima tertawa, Cahaya yang agak polos bersanding dengan Bima yang cerdik, tentu saja Cahaya mudah di kerjai.
"Mbak, tahu nggak? Kenapa cicak diam-diam merayap?" Tanya Bima.
"Ya kalau diam-diam ngutang, itu manusia namanya, Den." Jawab Cahaya.
"Eittsss... Salah..!" Ucap Bima.
"Terus apa dong?" Tanya Cahaya.
"Kalau diam-diam manjat, itu monyet namanya." Jawab Bima.
"Kayak yang di belakang mbak sekarang ya?" Goda Cahaya.
Pukkk..
"Sembarangan..!" Bima menepuk pundak Cahaya karena tak terima. Sedangkan Cahaya sendiri terkekeh, di belakang punggungnya Bima memasang wajah cemberutnya.
Tanpa mereka sadari, dari bawah Sagara menatap interaksi keduanya, pun dengan Kiki yang sedang duduk di ruang keluarga. Senyum Bima sebelum cemberut dapat mereka lihat setelah sekian lamanya, untuk pertama kalinya Bima bisa tersenyum lepas, bukan marah-marah atau meraung-raung seperti biasanya.
Cahaya mendudukkan Bima di kursi meja makan, ia berlari kearah kamarnya mengambil kain jarik agar saat Bima ikut ke dapur ia tak kesusahan. Setelah mendapatkan apa yang dia butuhkan, Cahaya kembali menggendong Bima dan melilitkan kain jarik yang panjang ke belakang tubuh Bima, kemudian ia mengikatnya sampai kainnya kuat dan tidak mudah lepas.
"Ya, butuh bantuan?" Tanya Lela.
"Eh, enggak kok ceu. Ceu Lela fokus aja sama kerjaan Ceu Lela, Yaya bisa sendiri kok." Jawab Cahaya.
Lela menganggukkan kepalanya, dia menatap makanan diatas meja yang sudah siap di santap. Sagara dan Kiki berjalan kearah meja makan secara bersamaan, sedangkan Bima ikut Cahaya memasak bubur yang cukup memakan waktu.
"Lela..!" Panggil Sagara.
Lela yang sedang mengambilkan piring pun gegas menghampiri majikannya, ia membungkukkan badannya sambil meletakkan piringnya diatas meja.
"Panggil pembantu baru itu kesini, biar Bima gak ngerecokin di dapur." Ucap Sagara.
"Em, mohon maaf Tuan Sagara. Menurut saya, lebih baik biarkan Den Bima ikut Cahaya di dapur, saya sudah menjelaskan semuanya pada Cahaya apa saja yang bersangkutan dengan Den Bima. Jadi, biasanya anak kecil akan manja kalau sedang sakit, takutnya Den Bima tak nyaman dan..." Lela tak melanjutkan ucapannya, karena Sagara segera memotongnya.
"Aku mengerti, sekarang kamu boleh kembali bekerja." Ucap Sagara dingin.
"Baik Tuan." Balas Lela tanpa panjang lebar.
Kiki tak melepaskan pandangannya kearah dapur yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat duduknya, Bima terlihat nyaman di dalam gendongan Cahaya. Terlebih lagi Cahaya yang cekatan dan juga perhatian, lebih terlihat seperti gadis yang memiliki naluri keibuan.
"Udah lama rekrut pembantu baru?" Tanya Kiki.
"Baru kemarin." Jawab Sagara sambil menyuapkan nasi ke mulutnya.
"Tapi, kayaknya pembantu itu udah bisa deket sama Bima dalam waktu yang sangat singkat, 20 Nanny yang gugur cuman satu orang yang berhasil ambil hati Bima, wah patut di acungi jempol ini mah." Puji Kiki salut pada Cahaya, bukan hal mudah padahal menaklukkan seorang Bima.
"Udah jodohnya mungkin." Sagara mengangkat kedua bahunya, bila memang Cahaya adalah pawang Bima yang berarti dia tak perlu mencari pengasuh atau pun pembantu yang mau menjaga putranya lagi.
Membuat bubur cukup memakan waktu, Cahaya melirik kearah belakang saat mendengar dengkuran halus serta tidak ada suara lagi.
"Lah, tidur kayaknya." Ucap Cahaya.
Membawa Bima ke lantai atas sepertinya Cahaya akan kesusahan, naik tidak semudah turun. Sagara berinisiatif menghampiri Cahaya ke dapur, tanpa bicara apapun dia mengambil Bima dari punggung Cahaya dan Cahaya pun melepaskan ikatan yang melilit di bagian dadanya.
"Maaf sebelumnya, Tuan. Tolong jangan sampai Den Bima bangun ya, soalnya tadi tidurnya gak lama." Ucap Cahaya.
"Hmmm." Jawab Sagara.
Sagara melangkahkan kakinya menuju lantai atas, Cahaya hanya menatap punggung Sagara dengan wajah penasarannya. Penilaiannya terhadap majikannya cukup membingungkan, kadang Sagara terlihat peduli dan kadang juga terlihat cuek pada anaknya sendiri.
Tak mau ambil pusing, Cahaya lebih memilih merebus ayam dan juga mengaduk-aduk buburnya agar tidak gosong.
*
*
Mahya dan Akbar menghubungi Rachel yang ada di luar negeri, keduanya meminta gadis itu pulang ke tanah air untuk di jodohkan dengan Sagara. Rachel pun menuruti ucapan Akbar dan Mahya, akan tetapi dia mengatakan bahwa dia harus menyelesaikan dulu urusannya di luar negeri sekitar 2 bulan lagi.
Usai menelpon, Mahya dan juga Akbar duduk berdua di ruang tengah.
"Pa, apa yang akan Papa lakuin ke anak pembangkang itu?" Tanya Mahya.
"Papa ancam buat hancurin perusahaannya, lagian itu perusahaan kecil mudah untuk Papa menghancurkannya. Lagaknya mau bikin perusahaan, kenapa gak kayak Sheila aja jadi pemilik rumah sakit terbesar di Indonesia." Ucap Akbar sambil menyesap kopi hitam miliknya.
Perusahaan Akbar memang cukup besar, dia menduduki peringkat ke 4 perusahaan terbaik di antara pebisnis lainnya. Peringkat pertama masih di duduki oleh Langit maheswara yang menjadi pemimpinnya, yang kedua adalah perusahaan Fernando dan di urutan Ketiga itu ada Nanggala Putra.
Sagara memang masih di bilang merintis dalam dunia bisnis, akan tetapi ayahnya tidak tahu kalau ia memiliki potensi untuk memajukan perusahaannya. Bahkan, Sagara sudah mengajukan kerjasama dengan Raja bisnis yang masuk jajaran 3 pebisnis terbaik.
kalau gara tau dia ditipu selama ini gimana rasanya ya. gara masih tulus mengingat relia , menyimpan namanya penuh kasih dihatinya, ngga tau aja dia 😄, dia sudah di tipu
relia sekeluarga relia bahagia dengan suami barunya.