Santi sigadis kecil yang tidak menyangka akan menjadi PSK di masa remajanya. Menjadi seorang wanita yang dipandang hina. Semua itu ia lakukan demi ego dan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23_Rencana Menikah yang Tak Terduga
“Kamu mau kan menikah kan si Santi dengan Mbah Jarwo orang terkaya di kampung ini?” ujar Mak Erot.
Burhan kembali terdiam.
“Jika Mbah Jarwo menikah dengan anakmu si Santi, itu artinya kamu menjadi mertua dari orang paling kaya di kampung ini. Dan itu akan memudahkan mu untuk meminang si Dewi. Memangnya kamu enggak mau menikah dengan Dewi?”
“Mau sekali Mak, aku mau sekali menikah dengan Dewi. Baiklah Mak, Burhan bersedia menikahkan Santi dengan Mbah Jarwo.” sahut Burhan bersemangat.
“Nah, uang bagiannya yang lima puluh juta bisa kamu buat modal menikah dengan si Dewi.”
Wajah Burhan mulai berubah menjadi cerah.
“Benar juga ya Mak, kenapa Burhan tidak kepikiran sampai ke situ.”
“Nah makanya itu, sekarang kamu setuju kan?” tanya Mak Erot.
“Setuju, Mak setuju,” ucap Burhan antusias.
Sedangkan kakek Bayan hanya geleng-geleng kepala saja, ia tidak begitu setuju kalau Santi menikah dengan Mbah Jarwo yang terkenal gila perempuan itu, tetapi jika istri dan Burhan yang merupakan ayah Santi sudah setuju, dia mau apalagi.
“Bapak mau pergi dulu ke warung,” Bayan bangkit dari tempat duduknya.
“Ngapain pak ke warung, kan sudah ngopi?” tanya Mak Erot.
“Bapak mau bincang-bincang sama bapak-bapak lainnya,” ujar Bayan.
“Ya sudah,” ujar Mak Erot sedikit tidak suka.
Bayan pun pergi dengan mengendarai Supra kesayangannya ke warung tetangga, di sana biasanya ada bapak-bapak yang ngumpul. Menurut Bayan daripada mendengar usulan buruk istrinya, mending Bayan bincang-bincang dengan bapak-bapak lainnya di warung kopi.
“Nah sekarang pergi ke kamar, bujuk anakmu Santi, beri tahu kepadanya kalau dia akan menikah dengan Mbah Jarwo juragan kambing.”
“Apa tidak emak saja yang beritahu Santi?”
“Kamu kan ayahnya, kamu saja yang beritahu.”
“Tapi Burhan enggak deket sama Santi Mak, meskipun Burhan ayahnya.”
“Ahh dasar kamu memang tidak berguna."
“Santi… Santi…” teriak Mak Erot.
Santi memperlama untuk menyahut, agar ia tidak ketahuan sedang menguping.
“Dasar anak budeg. Jangan-jangan dia sudah tidur lagi.”
“Woiiii Santi… kamu dengar tidak,” Mak Erot menaikkan suaranya satu oktaf.
“Iya denger Nek,” ujar Santi kemudian datang menemui Mak Erot di ruang tamu.
“Kamu ini dipanggil lama sekali datangnya, kamu tidur ya?” tanya Mak Erot sewot.
Santi hanya menunduk, “ada apa Nek?”
“Duduk,” perintah Mak Erot.
Santi duduk tepat di hadapan Mak Erot.
“Rencananya ayah mu mau menikahkan kamu dengan pria kaya-raya, biar hidupmu enggak susah,” ujar Mak Erot.
Santi yang sudah mendengar semua pembicaraan Burhan dan Mak Erot tidak kaget lagi. Tapi meski begitu tetap ia berpura-pura tidak tahu.
“Menikah Nek? Dengan siapa?” Santi bertanya lemah.
“Sama mbah Jarwo, juragan kambing.”
“Riski enggak setuju kalau mbak nikah sama Mbah Jarwo,” tiba-tiba Riski yang baru pulang dari kebun menyela pembicaraan neneknya.
“Hei... anak kecil, kamu tidak diajarin emak mu ya sopan-santun, memotong pembicaraan orang tua saja,” bentak Mak Erot.
“Pokoknya Riski enggak setuju kalau mbak Santi nikah sama Mbah Jarwo, enggak setuju,” ujar Riski.
“Mbak jangan mau ya,“ bujuk Riski langsung duduk di samping mbaknya.
Santi hanya menatap iba kepada Riski.
“Mbak jangan mau, Riski kenal Mbah Jarwo, dia itu punya enam istri, dan mbak nanti jadi yang ke tujuh, Mbah Jarwo juga suka mabuk dan kasar, Riski saja pernah dimarahin Mbah Jarwo karena memegang kambing miliknya yang tengah makan di Padang rumput. Jangan mau ya mbak,” bujuk Riski lagi.
“Hei... kau anak kecil, jangan ikut campur, pergi ke dapur, cuci piring,“ perintah Mak Erot.
“Enggak mau, aku harus dengar dulu kalau mbak Santi menolak pernikahan itu,”
“Memangnya sekaya apa Mbah Jarwo nek?” tanya Santi.
Mak Erot mulai tersenyum sebab merasa mendapatkan sinyal lampu hijau dari Santi, “sangat kaya, pokoknya kalau kamu menikah dengan Mbah Jarwo hidupmu tujuh turunan akan terjamin,”
“Tapi bukannya batas laki-laki hanya bisa menikahi empat perempuan ya nek, lalu kalau Santi yang ke tujuh apa itu tidak menyalahi aturan Nek?” Santi bertanya lagi.
Ya di mata hukum dan agama, laki-laki maksimal hanya bisa menikahi empat orang wanita, sedangkan Santi akan dijadikan istri ke tujuh.
“Tenang saja, kamu nanti sama Mbah Jarwo akan nikah siri, jadi akan aman,”
“Tapi meski nikah siri tetap tidak bisa dalam agama nek.”
“Alahhh persetan dengan agama, pokoknya kamu harus menikah sama si Mbah Jarwo,” Burhan yang tadinya hanya diam, kini ikut angkat bicara dengan nada suara yang keras.
Santi sedikit terhentak mendengar ayahnya.
“Tapi kalau nikah siri, itu artinya Santi bisa diceraikan kapan saja dan tidak dapat apa-apa” sahut Santi.
“Justru itu, makanya selama menikah kamu harus kumpulin harta sebanyak-banyaknya, baik-baik sama Mbah Jarwo biar dia kasih kamu banyak uang, terus simpankan ke nenek, jadi kalaupun Jarwo menceraikan mu, kamu sudah ada uang,” jelas Mak Erot panjang lebar, yang ada dipikirannya yang penting Santi mau dulu nikah sama Jarwo agar ia dapat uang seratus juta yang akan ia bagi dengan suami dan anaknya Burhan. Mengenai nasib Santi ia tidak ambil pusing sama sekali, toh ia juga tidak suka kepada Santi maupun adik-adiknya sebab mereka adalah anak-anak Sumi, perempuan yang tidak ia sukai menjadi menantunya.
“Ya sudah kalau begitu, Santi bersedia, asalkan Santi bertemu dengan Mbah Jarwo terlebih dahulu.” Santi meminta untuk bertemu Mbah Jarwo.
Burhan dan Mak Erot langsung sumringah, mereka bahagia sekali.
“Tenang ya cucu nenek, ini nenek telpon Mbah Jarwo dulu, bilang kalau kamu mau ketemu sama Mbah Jarwo,” Mak Erot berbicara lembut kepada Santi untuk pertama kalinya dalam hidupnya.
“Mbak..” sungut Riski, menggoyangkan tangan mbaknya, Santi.
“Tidak apa-apa, kalau mbak nikah sama Mbah Jarwo kan, nanti mbak bisa kasih kamu sepasang kambing, jadi nanti Riski bisa ternak kambing juga,” ucap Santi menenangkan adiknya.
“Riski enggak mau ternak kambing, pokoknya mbak gak boleh nikah sama Mbah Jarwo,”
“Tapi mbak mau menikah sama Mbah Jarwo, kalau kamu enggak mau ternak kambing biarlah nanti mbak kasihkan sama Ridho atau Ujang.”
“Mbak sudah enggak waras,” Riski marah, dan berlari ke luar rumah.
Santi ingin mengejar, tapi dihentikan oleh Mak Erot.
“Sudah biarkan saja adikmu, nanti juga kalau ia sudah lapar dia akan pulang. Kamu siap-siap saja, dandan yang cantik, Mbah Jarwo sebentar lagi menuju ke sini.”
Santi langsung menurut, ia pergi ke kamarnya mengambil gaun terbaik miliknya, kemudian ia pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih tubuhnya. Setelah itu ia berdandan ala kadarnya.
“Mbak sudah gi la,” sungut Riski, ia pergi ke kebun menemui Ujang dan Ridho yang tengah istirahat di rumah kebun mereka. Ternyata tadi Riski pulang ke rumah untuk mengambil parang yang ketinggalan, tapi tidak jadi sebab ia kesal kepada mbaknya.
“Ada apa emangnya bang?” tanya Ridho.
“Mbak mau menikah sama si Mbah Jarwo, laki-laki bangkotan yang gila perempuan itu,” sahut Riski kesal, ia memeluk lututnya.
“Beneran bang, Mbah Jarwo yang marahi kita karena megang kambing yang di Padang rumput itu?”
“Iya, itu si Mbah yang serem dan genit, itu akan dinikahkan sama mbak, dan mbak setuju tanpa ada penolakan sama sekali,” sahut Riski.
“Mbak bosan hidup miskin kali bang, kalau sama Mbah Jarwo kan mbak bisa hidup enak.”
“Enak apanya, palingan juga nanti habis manis sepah dibuang. Kamu tahu tidak, si Bimo pernah bilang kalau Mbah Jarwo itu sudah dua puluh kali menikah, dan
semua pernikahannya berakhir dengan perceraian,” Ridho menjelaskan.
“Pokoknya saya enggak setuju kalau Santi menikah sama Mbah Jarwo, enggak setuju,” Riski berteriak kesal.