Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" kenapa kalau kalian masih ragu, dan berpikir kalau aku musuh yang menyusup, kalian membawaku kesini." ucap kiran dari arah tangga, bu anggun dan pak perabu kaget melihat kearah tangga ternyata ada kiran yang sedang berjalan menuruni tangga.
" sayang." ucap bu anggun dengan nada terdengar panik.
" aku akan pergi jika kalian belum percaya padaku." ucap kiran seraya terus berjalan menuruni tangga, bu anggun panik mendengar jika kiran akan pergi..
" jangan tinggalin mamah lagi sayang, mamah dan papah bukan tidak percaya, tapi kita hanya ingin memastikan saja." ucap bu anggun memegang tangan kiran, sedangkan pak perabu hanya diam tidak bersuara..
" apa bedanya." jawab kiran sangat kecewa dengan apa yang dilakukan pak perabu dan bu anggun, karna mereka melakukannya tanpa sepengetahuan kiran.
kiran melepas genggaman tangan bu anggun, dan berjalan kembali ke atas untuk kembali ke kamar. bu anggun segera mengejar kiran dengan air mata yang sudah bercucuran keluar..
" sayang tunggu mamah." ucap bu anggun sedikit berlari, mengejar langkah kiran, sedangkan pak perabu duduk kembali di sofa, dan menghembuskan nafas kasarnya.
yang ada di dalam pikiran pak perabu. biarlah bu anggun yang menjelaskan semua pada kiran, karna mereka sesama wanita.
sedangkan di lantai atas, kiran langsung masuk kamar tanpa menutup pintu karna bu anggun masih mengikutinya.
" sayang dengerin mamah dulu." ucap bu anggun masuk ke dalam kamar kiran dengan nafas yang naik turun.
" aku akan pergi dari sini, jika kalian sudah yakin, dan bisa terima aku disini, dengan senang hati aku akan kembai lagi." kiran berucap sambil membuka lemari yang berisi pakaian lamanya. bu anggun semakin panik saat melihat kiran memasuk kan baju kedalam tasnya.
" sayang mamah mohon, jangan tinggalin mamah." ucap bu anggun sambil memeluk kiran yang masih memasukkan baju ke dalam tas.
" apa gunanya aku disini, jika hasil tes DNA kita tidak memiliki kecocokan, aku yakin nanti kalian juga akan mengusirku." jawab kiran, bu anggun menggeleng tidak membenarkan ucapan kiran.
" tidak sayang, biarpun hasil tes DNA tidak menunjukan kamu adalah anak mamah, kamu akan tetap mamah jadikan anak mamah."
kiran melepas pelukan bu anggun, dan menatap mata bu anggun yang sembab.
" kenapa sampai seperti itu, aku hanya orang kampung, aku juga sangat lusuh, bahkan keluarga mantan suamiku sangat jijik saat hidup 1 rumah denganku." kiran berucap sambil menatap mata bu anggun.
" tidak. mamah bukan mereka, mamah juga sangat menyayangi kamu dari saat kita bertemu di pasar tadi pagi, mamah janji akan memperlakukan kamu dengan sangat baik. dan mamah akan mengangkat kamu menjadi anak mamah kalau ternyata kamu bukan anak kandung mamah." bu anggun menjawab dengan air mata yang terus menetes.
" orang kaya sama saja bagiku, dan aku lebih senang hidup di desa, biarpun tidak ada yang menyukaiku tapi mereka tidak mengeluarkan kata-kata kasar, yang menyakiti hatiku."
kiran kembali menghadap ke lemari yang berisi pakaiannya, kiran sebenarnya merasa sakit saat melihat bu anggun menangis dan mengiba padanya.
" sayang. sekali lagi mamah mohon jangan tinggalin mamah." ucap bu anggun berlutut dan memohon saat menyadari keras kepalanya kiran, sedangkan kiran langsung membangun kan bu anggun, kiran memeluk bu anggun, kiran menangis karna sudah tidak kuat menahan sesak saat bu anggun melakukan hal yang menyakitkan.
" kenapa mamah lakuin hal yang menurunkan kehormatan mamah." ucap kiran ditengah-tengah isak tangisnya.
" mamah rela lakuin apa aja asal kamu tetap disamping mamah." jawab bu anggun semakin erat memeluk kiran..
" maafin kiran mah, udah buat mamah nangis, tapi kiran sangat kecewa sama kalian yang melakukan tes DNA tanpa sepengetahuan kiran." jawab kiran.
" kamu tidak perlu minta maaf sayang, semua salah mamah dan papah, kita salah tidak meminta izin dari kamu terlebih dulu." ucap bu anggun.
" tapi apa mamah yakin, dengan ucapan mamah tadi yang akan mengangkat aku sebagai anak mamah.?" tanya kiran seraya melepaskan pelukannya dari bu anggun..
" iya sayang, mamah sangat nyaman saat berada di dekatmu, mamah bener-bener sangat menyayangimu." jawab bu anggun yakin, dengan menggenggam tangan kiran.
" mamah juga yakin jika kamu bukan musuh seperti yang papah bilang, maafin papah juga ya sayang, papah hanya tidak mau kejadian seperti dulu terulang lagi di keluarga ini." lanjut bu anggun.
" iya mah, tapi nanti aku juga mau ikut lihat hasil tes DNA nya mah jika sudah keluar hasilnya, aku juga ingin tahu apa kalian bener orang tua kandung ku apa bukan." jawab kiran.
" nanti paling lambat 3 hari hasil tes DNA itu keluar, karna papah melakukannya di rumah sakit keluarga kita."
" apa saja sebenarnya bisnis yang papah punya mah.?" kiran bertanya karna kaget mendengar jika pak perabu bukan hanya memiliki perusahaan saja.
" banyak sayang, dari hotel, restoran, rumah sakit, mall yang tadi kita kunjungi juga salah satu milik papah, dan masih banyak yang lain." jawab bu anggun dengan senyuman yang kini sudah berkembang..
" Ya Allah aku gak nyangka ternyata bisnis papah banyak."
" ya dari itu juga banyak musuh papah yang tidak suka sayang, dan ingin menyingkirkan keluarga ini, agar tidak menjadi orang nomer 1 di negara ini."
" hemmm mah aku boleh tanya gak.?" kiran tidak enak saat akan mengatakan sesuatu yang bersangkutan dengan bu anggun.
" apa sayang? pasti mamah jawab.?"
" maaf ya mah sebelumnya, tapi apa aku punya adik.?" tanya kiran sangat hati-hati karna takut menyakiti hati bu anggun.
" mamah punya kista sayang." jawab bu anggun mencoba tersenyum menerima nasibnya, sedangkan kiran kaget dan kembali memeluk bu anggun.
" gimana tadi sayang, apa meli mengajarkan menggunakan Hp dengan baik.?" ucap bu anggun mengalihkan pembicaraan.
" iya mah, bahkan meli mengajariku untuk menggunakan sosmed dan lainnya."
" bagus kalau gitu. apa kamu cocok dengan dia.?"
" iya cocok sih mah, dari obrolan kita sangat nyambung, mungkin karna kota seumuran, dan mamah nanti jangan marahin meli ya kalau meli panggil aku hanya nama." bu anggun mengelus pucuk kepala kiran dan tersenyum.
" pasti nggak sayang, kalau kamu yang minta pasti mamah turutin."
" makasih ya mah." kiran memeluk bu anggun sebagai ucapan terima kasihnya. sedangkan di pintu yang sedari awal terbuka ada pak perabu yang mengintip kedekatan mereka..
" maafin papah mah udah bikin mamah memohon agar kiran tidak pergi meninggalkan kita, papah juga yakin jika kiran bukan musuh seperti yang papah bilang, papah janji akan jaga kalian dan tidak akan membuat kalian terpisah lagi." gumam pak perabu dalam hati, dari awal bu anggun mengikuti kiran pak perabu memutukan mengikutinya, dan semua yang mereka bicarakan pak perabu juga mendengarnya.
Bersambung...