Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menuntut Balas?
Setelah Rangga berada didalam kamarnya, dia langsung membanting tubuhnya ketempat tidur, dengan sepatu masih melekat dikakinya. Bayangan Berliana dicumbui dikampus tadi terlintas kembali dipikirannya. Dengan cepat dia bangkit dari tempat tidur, lalu duduk disisi tempat tidur, kedua tangannya memegang kedua sisi kepalanya, rambut yang sedikit panjang ditariknya kebelakang, mencoba untuk mengusir bayangan Berliana bercumbu dengan Adrian tadi.
" Aku punya salah apa sama kamu Liana? " Rangga berkata lirih, sekilas lalu menoleh kearah meja belajarnya, kemudian bangkit dari sisi tempat tidur, kakinya melangkah gontai menuju meja belajarnya itu.
Setelah duduk Rangga membuka sebuah buku bersampul hitam terbuat dari kulit, banyak tulisan mengenai Berliana, kecintaan terhadap Berliana tertuang semua dibuku itu.
Hubungannya yang hampir satu tahun itu harus kandas begitu saja, dengan menyaksikannya sendiri bagaimana Berliana dicumbui dikoridor kampus tadi, mungkin kalau dia tidak merasakan hawa yang kuat untuk ketempat itu, mungkin Berliana dan Adrian sudah melakukan lebih dari itu.
Sedikit ada perasaan iba dihatinya, melihat Berliana tadi diperlakukan oleh dirinya seperti itu. Bagaimana pun rasa cinta pada Berliana tak bisa surut begitu saja.
" Aku minta maaf Liana, tak seharusnya aku melakukan hal itu sama kamu, walau kamu sudah melukai perasaanku. " Rangga kembali berucap lirih, jari jemari mengetuk ngetuk buku hariannya.
" Ternyata benar ucapan kakek misterius itu, kidung syair yang tak pernah ku pelajari sebelumnya, secara spontan keluar dari mulut ini, mampu membuat wanita mencapai orgasme tanpa ku sentuh sedikit pun. " Ucap Rangga kembali, kedua tangannya sedikit diulurkan kedepan, melihat kedua tangannya yang sekarang terlihat kekar dan keras.
" Pergunakan hal itu hanya untuk memberi pelajaran saja anak muda, jangan sampai kamu melampaui batas, karena kalau tadi tidak sempat ku peringatkan, wanita itu akan mati secara perlahan, karena selalu mengeluarkan cairan dalam tubuhnya. " Tiba tiba saja kembali terdengar suara kakek misterius itu, dimana sampai saat ini belum menampakan wujudnya.
" Kakek? " Gumam Rangga, matanya menyapu ke setiap sudut ruangan.
Rangga masih menunggu ucapan dari kakek misterius itu kembali, namun suaranya tidak terdengar lagi. Buku yang tengah dipegang olehnya kemudian dibuang begitu saja ketempat sampah.
" Aku sudah memaafkan kamu Liana, namun tidak untuk menerimamu kembali, karena aku tidak mungkin menerima wanita yang sudah disentuh orang lain, sakit rasanya hati ini Liana. "
Tok... tok.. tok..
Rangga sedikit terkejut dengan suara ketokan pintunya, dia pun langsung menoleh kearah pintu.
" Rangga.. dibawah ada Berliana sudah menunggu, temuin sana! Sayang... " Kepala shopia menyembul dari balik pintu, tangannya masih memegang handle pintu.
" Tolong suruh pulang saja dia mah, aku lagi letih sekali hari ini. " Rangga mencoba menyembunyikan apa yang sudah terjadi dengan Berliana, rasanya tidak elok jika diceritakan ke orangtuanya soal kelakuan Berliana tadi dikampus.
" Jangan begitu sayang, ayo kamu temuin dia atau mamah suruh langsung keatas saja? " Shopia masih bersih kukuh untuk Rangga menemui Berliana.
Hufff, Rangga mengeluarkan kasar udara dari mulutnya.
Saat shopia membalikkan badannya dimana berencana untuk memanggil Berliana, ternyata Berliana sudah berada di belakangnya, memasang muka melas didepan Shopia.
" Maaf tante.. "
" Kamu masuk saja gih, Rangga ada dikamar. " Shopia yang belum mengetahui apa yang terjadi langsung menyuruh Berliana masuk, setelah melangkah menuruni tangga.
" Terima kasih Tante. " Shopia hanya menoleh seraya tersenyum mengangguk.
Terdengar ucapan antara ibunya dan Berliana oleh Rangga yang berada di dalam kamar.
Baru saja Rangga hendak berdiri, Berliana langsung memburu Rangga dan memeluk Rangga dengan erat.
" Tolong lepaskan Liana? Kalau tidak aku akan membuatmu tersiksa seperti tadi. " Mendengar ucapan Rangga seperti itu, Berliana melepaskan pelukannya lalu sedikit menjauh dari Rangga.
Yang terpikir oleh Rangga, Berliana akan takut dengan ucapannya itu, lalu pergi dari kamarnya, tapi ternyata setelah melepaskan pelukannya dan menjauh darinya. Berliana melepaskan kancing kemeja satu persatu, dengan bergaya eksotis menghampiri Rangga kembali.
" Aku sama sekali tidak keberatan dengan kamu memperlakukan ku seperti tadi. Aku hanya ingin kamu memaafkan aku, itu saja. "
" Stop Liana...! Jangan sampai aku berbuat kasar sama kamu. " Tangan Rangga mengarah kedepan berliana, namun apa yang terjadi setelah tangan Rangga mengarah kedepan, tubuh Berliana terjungkal kebelakangan, untungnya saat terjungkal tubuh Berliana menimpa sofa yang berada dikamar itu. Jadi tidak ada cidera parah ditubuhnya. Hanya saja terlihat sangat shock.
Hah!
Rangga sedikit terkejut, karena tidak ada niat untuk mencelakai Berliana, hanya menyuruhnya untuk berhenti.
" Kamu! " Berliana menunjuk kearah Rangga lalu pergi berlalu dari kamar Rangga.
" Maafkan aku Liana. " Kata kata yang seharusnya bukan terucap dari mulutnya, karena tidak ada salah sedikit pun darinya, mengalun pelan begitu saja dari mulutnya.
Selama berpacaran dengan Berliana, Rangga tidak sedikit berbuat kasar padanya, bahkan Berliana diperlakukan dengan sangat baik, kadang Rangga suka memberikan sebuah kejutan, membuat puisi lalu diselipkan diantara buket bunga.
Rangga berpikir Berliana akan suka diperlakukan seperti itu, tapi ternyata apa yang dipikirkan dan lakukannya itu salah, Berliana sama sekali tidak menyukai diperlakukan seperti itu dan itu sangat jelas terdengar dari mulutnya saat dikampus tadi.
Rangga Kembali duduk, merapatkan kedua telapak tangannya, lalu diletakan didepan mulutnya dengan kedua sikut tertopang dikedua paha. Lamunannya menerawang kembali dimana dia berusaha membuat Berliana bahagia.
Jika kamu tidak suka diperlakukan seperti itu, kenapa kamu tidak pernah bilang, kamu memilih berselingkuh, dari pada berbicara jujur padaku, ucap Rangga dalam batinnya, pandangan tertuju kearah pintu dimana Berliana berlalu pergi melalui pintu itu.
" Rangga, kenapa Berliana pulang begitu saja? sampai tidak berpamitan sama mamah. " Shopia menghampiri anaknya, dari tatapannya sangat ingin tahu apa yang sudah terjadi dengan mereka.
" Berliana berselingkuh mah. " Akhirnya Rangga bercerita jujur.
" Selingkuh? Kamu melihatnya sendiri atau kata orang lain? " Tanya shopia, yang kini sudah duduk disamping rangga.
" Aku menyaksikannya sendiri mah! itu rasanya sakit sekali, dari itu aku tidak ingin kembali lagi sama dia, tapi aku sudah memaafkan kesalahannya itu kok mah. " Rangga hanya mengutarakan kalau Berliana selingkuh saja, untuk menceritakan soal dia berbuat mesum dikampus, Rangga tak ingin mengatakan hal itu. Bagaimana pun Rangga tidak ingin membuka aib orang lain, apa lagi itu adalah bekas pacarnya sendiri, wanita yang masih dicintai oleh Rangga.
" Oh begitu, mamah mengerti kalau begitu, kalau kamu tidak bercerita, mana mamah tahu soal itu. " Ucap shopia seraya mengelus elus pundak Rangga.
" Sabar ya, wanita sangat banyak didunia ini, kamu jangan berlarut larut dalam kesedihan hanya karena patah hati, itu tandanya juga kalau dia bukan wanita yang baik buat kamu. " Shopia kembali berkata seraya tersenyum dengan lembut, berusaha memberi kekuatan pada anaknya itu.
" Iya mah. " Rangga pun menyunggingkan senyum terus perlahan mengangguk.
" Mamah tinggal ya? "
" Iya mah, makasih ya. "
" Sama sama sayang. "
Sementara itu didalam mobil yang dikendarai Berliana, dia menatap arah jalanan didepannya, wajah penuh dendam, mata hatinya sudah gelap, padahal kesalahan itu berasal dari dirinya sendiri.
" Suatu saat aku akan balas kamu Rangga! " Ucap Berliana seraya memukul pelan setir mobil, tatapannya tajam mengarah kedepan. Dihatinya bertekad akan berguru ke suatu tempat untuk membalas dendam pada Rangga.
Jangan hanya karena kamu punya kesaktian saat ini, kamu memperlakukan kasar seperti tadi, sialan kamu Rangga! laki laki kutu buku!! Norak! " Umpat Berliana dalam hatinya.
Satu bulan kemudian..
" Rangga..! " Rangga menoleh ke sumber suara yang memanggilnya. Terlihat Berry salah satu teman kampus menghampiri. Saat mereka sudah berdekatan keduanya melakukan sebuah tos.
" Lo udah denger berita tentang Berliana? " Tanya berry.
Rangga hanya menggeleng.
" Ini lo mau kemana? " Tanya Berry kembali, tangannya menunjuk kearah Rangga, saru tangannya lagi merogoh kantong celananya.
" Kantin. "
" Ya udah gw akan ceritain nanti dikantin, kebetulan memang lagi laper nih. " Ucap Berry seraya merangkul pundak Rangga untuk mengajaknya ke kantin.
Sejujurnya Rangga tidak ingin mendengar cerita tentang Berliana lagi, selama dua Minggu ini Liana menghilang dari kampus, menurut keterangan yang beredar Berliana memutuskan untuk berhenti kuliah dan memilih untuk hidup dikampung neneknya, di desa Wonosari malang, jaraknya cukup jauh dari desa susukan, kisaran 872 km jarak tempuhnya.
" Jadi gini Ga, menurut kabar terbaru, Berliana pergi ke gunung untuk mencari guru, iya tepatnya gunung itu berada di dekat desa Wonosari, gunung apa ya namanya? Oh, gw inget sekarang nama gunung itu Arjuna. "
" Lo kata siapa? " Pertanyaan yang terucap dari mulut Rangga terdengar bernada malas.
" Si Adrian anak fakultas teknik, dia cerita soal itu ke si Beno, dari Beno nyampe deh berita ke gw, bang.. ! " Berry memanggil pelayan kantin untuk menghampiri dirinya setelah sedikit bercerita.
" Lalu apa hubungannya dengan gw Berry? gw udah putus sebulan yang lalu. Jadi ya gw sama dia sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. " Ucap Rangga berkata bernada sedikit acuh menanggapi cerita Berry itu. Iya, Rangga sudah bisa melupakan Berliana saat ini.
" Yang gw dengar dari Adrian. Nah gw ceritain ke lo nih, karena bagaimana pun lo mantannya dia kan? "
" Adrian apa Beno? "
" Iyaaa, Beno dari Adrian, ah sama ajalah. "
" Iya mas? " Pelayan kantin sudah berada dihadapan Rangga dan Berry pun sedikit membungkuk sopan.
" Sebentar, Ga! lo pesen apa? "
" Gw pesen gado gado sama es jeruk mas. " Ucap Rangga yang melempar pertanyaan dari Berry ke pelayan kantin.
" Oke. Mas pesenan samain aja ya, saya juga pesenan gado gado sama es jeruk. " Kata Beno pada pelayan kantin.
" Baik mas. " Lalu pelayan kantin itu berlalu dari hadapan mereka.
" Nah, menurut info lagi, kalau Berliana ke Gunung sendoro itu, ingin menuntut balas sama Lo katanya. " Setelah pelayan kantin berlalu, Berry kembali meneruskan ceritanya.
" Hah! Apa!? " Rangga terkejut mendengar cerita dari Berry seperti itu.
Apa tidak cukup dengan aku diam selama ini, atas perbuat kamu Berliana? kamu merasa seolah olah paling tersakiti dan ingin membalas dendam padaku, lucu sekali Berliana, Rangga berucap dalam hatinya.
" Yeh kenapa jadi bengong. " Ucap Berry yang melihat Rangga yang tadi sempat terkejut, sekarang terlihat melamun.
" Ya sudah biar ajalah, suka suka dia. Pastinya gw tahu dia sudah ngarang cerita ke orang orang kalau gw udah berbuat kasar sama dia. " Rangga menyandarkan punggungnya ke bangku kantin berjenis kayu itu, melipat kedua lengan didepan dadanya.
" Memang apa yang sebenarnya terjadi sih Ga? "
" Suatu saat lo akan tahu sebenarnya apa yang terjadi, saat ini gw lagi malas cerita. "
" Permisi. " Pesenan mereka pun datang, pelayan kantin meletakan pesenan mereka di meja.
" Ada tambahan lagi mas? " Tanya pelayan kantin itu masih berdiri dihadapan mereka, setelah meletakan pesanan.
" Cukup mas, makasih ya. " Ucap Berry.
" Kalau begitu saya tinggal ya mas. "
" Eh jangan dong, aku lagi sayang sayangnya kok ditinggal... " Beno menirukan gaya wanita, pelayan kantin sedikit mengerutkan keningnya.
" Apa sih? hahaha.. " Rangga yang merasa lucu dengan ucapan Berry dia pun tertawa lebar.
" Hahaha.. ngga kok mas, just kidding, silahkan dilanjut ya. " Ujar Beno pun akhirnya tertawa terbahak.
Setelah berhenti tertawa Rangga meraih sendok dan garpu, ketika sedang mengaduk gado gado, Rangga bersuara dalam hatinya.
Jangan buat seekor kucing yang terlihat lucu berubah menjadi seekor singa lapar Liana.