Berawal dari permintaan sahabatnya untuk berpura-pura menjadi dirinya dan menemui pria yang akan di jodohkan kepada sahabatnya, Liviana Aurora terpaksa harus menikah dengan pria yang akan di jodohkan dengan sahabatnya itu. bukan karena pria itu tak tahu jika ia ternyata bukan calon istrinya yang asli, justru karena ia mengetahuinya sampai pria itu mengancam akan memenjarakan dirinya dengan tuduhan penipuan.
Jika di pikir-pikir Livia begitu biasa ia di sapa, bisa menepis tudingan tersebut namun rasa traumanya dengan jeruji besi mampu membuat otak cerdas Livia tak berfungsi dengan baik, hingga terpaksa ia menerima pria yang jelas-jelas tidak mencintainya dan begitu pun sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pernikahan.
Seminggu kemudian.
Malam semakin larut, mendung pun berganti hujan, namun Livia tetap tak kunjung dapat memejamkan matanya, mungkin karena besok adalah hari pernikahannya dengan Abimana.
Seperti ucapan Abimana sebelumnya, pria itu yang mengurus semua keperluan pernikahan, melalui tangan asisten pribadinya. Livia dan keluarganya hanya perlu tiba dengan selamat ke hotel tempat mereka akan melaksanakan ijab qobul, dan itu pun akan di jemput secara khusus oleh asisten Purba beserta beberapa bodyguard, sesuai dengan perintah dari Abimana.
Setelah berjuang cukup lama membolak-balikkan tubuhnya di atas tempat tidur akhirnya Livia bisa terlelap, meski hanya beberapa jam saja karena pukul lima pagi petugas MUA yang ditugaskan oleh pihak Abimana telah tiba.
Di depan semua anggota keluarganya, terutama ayah dan ibunya, Livia senantiasa menunjukkan keceriaan di wajahnya, seakan pernikahan ini adalah impian terindah baginya.
*
Duduk di singgasana bersama pria yang dicintai serta mencintainya dengan tulus merupakan impian semua wanita di dunia ini, tidak terkecuali Livia. namun kenyataannya semua itu akan tetap menjadi mimpi bagi seorang Livia, sebab kenyataannya kini ia duduk di singgasana bersama dengan pria yang tidak mencintainya dan begitu pula sebaliknya.
Meski hati merintih, bibir harus tetap tersenyum, itulah yang coba di tunjukkan Livia kini. Dihadapan semua anggota keluarganya ia harus terlihat bahagia, ia tak ingin sampai keluarganya jadi kepikiran jika tahu yang sebenarnya, kalau ternyata dirinya terintimidasi oleh ancaman seorang Abimana Putra Sanjaya hingga membawanya ke dalam drama pernikahan ini.
"Hari ini adalah hari spesial buat mas Abi. Bisakah ibu tersenyum!!!." bukannya ingin menggurui ibunya, tapi Rasya merasa perlu mengingatkan.
Ibu berdecak kesal. "Ibu tidak yakin kalau mas mu mencintai gadis itu." komentar ibu, yang sejak tadi mencoba menelisik lebih dalam body language antara Abimana dan istrinya.
"Ibu ngomong apa sih... seharusnya ibu mendoakan agar pernikahan mas Abi menjadi keluarga sakinah, mawadah, warahmah."
Rasya geleng kepala menyaksikan sikap ibu, tak habis pikir dengan jalan pikiran wanita yang telah melahirkannya tersebut. Bukannya bersyukur karena akhirnya Abimana sudah bisa move on dari mantan kekasihnya, justru bersikap kekanak-kanakan menurutnya. Ya, meskipun belum bisa memastikan seperti apa sebenarnya perasaan kakaknya, namun berani mengambil keputusan untuk menikahi gadis lain sudah cukup membuktikan bahwa Abimana sudah bisa move dari Thalia, begitu pikir Rasya.
Acara terus berlanjut, setelah ijab qobul acara dilanjutkan dengan resepsi hingga malam harinya.
nih acara kapan selesainya sih, mana kakiku sudah pegel banget lagi....Livia.
Livia mengibaskan kakinya yang mulai terasa kesemutan. berdiri menyalami satu persatu tamu undangan yang hadir malam itu cukup menguras tenaganya.
Abimana masih fokus menatap ke depan, seakan mengabsen satu persatu tamu undangan yang hadir, tanpa peduli pada gadis di sampingnya, dan itu membuat Livia ingin sekali berteriak di telinga pria itu, bahwa saat ini ia sudah sangat lelah sekali.
Setelah melewati perjuangan yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya acara resepsi pun usai. Di sepanjang perjalanan kembali ke kediaman keluarga Sanjaya, Livia sudah membayangkan mengistirahatkan tubuhnya dengan begitu nyaman, hingga tanpa sadar gadis itu menunjukkan senyum di bibirnya.
"Apa kau sudah tidak waras...???." ucapan Abimana mampu meredupkan senyum di bibir Livia.
Kalau ingin menuruti kata hati, rasanya ingin sekali Livia menyumpal mulut Abimana yang mengatai dirinya tidak waras, tapi sepertinya Livia masih menggunakan akal sehatnya sehingga tak sampai melakukannya. gadis itu hanya bisa mengumpat dalam hati tanpa berani melontarkan sepatah katapun.
Beberapa saat kemudian, mobil yang dikendarai asisten Purba telah tiba di kediaman Sanjaya.
"Silahkan, tuan."
Setelah membukakan pintu mobil untuk Abimana, asisten Purba mengitari mobil lalu turut membukakan pintu mobil untuk Livia.
"Silahkan, Nona!!!."
Livia berjalan di belakang langkah Abimana.
Anggota keluarga Abimana yang tiba lebih dulu terlihat menyambut kedatangan mereka, termasuk kedua adik Abimana, Rasya dan juga Nahla.
Seperti biasa, kedua adiknya tidak banyak bicara, hanya mengulas senyum ramah menyambut anggota keluarga baru di dalam keluarga mereka. Berbeda dengan kedua adiknya, Ibunya justru terang-terangan menunjukkan sikap tak suka terhadap Livia dan itu tak luput dari perhatian Abimana. ibu berani bersikap demikian karena meyakini bahwa Abimana tidak mencintai istrinya, dan pastinya Abimana tidak akan ambil pusing dengan sikapnya terhadap Livia.
"Bi...".
"Iya, tuan."
"Tolong antarkan istri saya ke kamar!!!." usai memberi perintah, Abimana melangkah menuju ruang kerjanya. Menyaksikan sikap Abimana, ibu pun semakin yakin dengan dugaannya bahwa Abimana tidak mencintai gadis yang dinikahinya itu.
"Baik, tuan."
"Mari, Nona..."
Livia mengikuti langkah salah seorang asisten rumah tangga yang akan mengantarkannya ke kamar.
"Silahkan masuk, Nona!!!." keberadaan asisten Purba membuat Art tersebut berani memasuki kamar Abimana. Ya, selain art yang bertugas untuk membersihkan kamar tersebut tak ada seorang pun yang berani memasuki kamar Abimana tanpa izin dari pemiliknya, termasuk ibu sekalipun. Kalau untuk asisten Purba, tentu saja itu adalah satu pengecualian.
Perlahan Livia melanjutkan langkahnya, menyapu pandangan ke seluruh ruangan. desain kamar yang dominan dengan warna abu putih tersebut terlihat begitu luas dan juga mewah. di lengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran king Size, televisi dengan layar besarnya terpanjang di dinding kamar, kamar ganti serta satu set meja di sudut ruangan lengkap dengan mini rak di atasnya guna menyimpan beberapa buku.
"Selamat beristirahat, Nona..."
Asisten Purba lantas mengajak art tadi meninggalkan kamar Abimana, mempersilahkan Livia untuk beristirahat.
"Baik, terima kasih."
Dari semua fasilitas di kamar Abimana satu yang menjadi pertanyaan dibenak Livia, bagaimana mungkin kamar seluas dan semewah ini tidak dilengkapi sofa, seperti yang sering ia baca di novel kesukaannya. Jika benda itu tidak ada, lalu di mana ia akan tidur malam ini, begitu pikir Livia.
Livia memandang ke arah karpet bulu yang tergelar di lantai kamar Abimana. "Masa aku harus tidur di lantai....kalau begini sih, sama saja kayak dipe_njara..." bergumam.
Duduk selonjoran di atas karpet bulu. tak menyangka bahwa karpet bulu yang tergelar tak berharga di lantai kamar Abimana nyaris selembut tempat tidurnya di rumah.
Malam ini tak ada malam pengantin yang romantis, yang ada Livia segera mengistirahatkan tubuhnya setelah lebih dulu mandi dan mengenakan piyama yang tadi disiapkan oleh Art untuknya.
Semua prosesi yang berlangsung hari ini sepertinya sungguh melelahkan bagi Livia. gadis itu tertidur lelap hingga gelapnya malam berganti dengan kicauan merdu burung-burung menyambut sinar mentari.
Setelah terjaga, pandangan Livia mengarah ke tempat tidur, di mana tempat itu masih terlihat rapi, menandakan tak tersentuh oleh pemiliknya. Namun begitu, Livia tidak mau terlalu ambil pusing dengan hal itu. Menurutnya, mau Abimana tidur di manapun bukanlah urusannya.
Terima kasih sayang sayangku....dan jangan lupa like, vote, komen, and subscribe (Favorite) ya !!!!. 😘😘😘😘😘
mulut mu itu pernah ngomong apa ke Livia,coba ingat2 dulu...
😒😒😒😒
blom lagi liat mertua Livia...
istri ngambek itu bahaya lho...
ntar kamu gak dapat jatah ronda lagi 😂😂😂😂
kamu harus tegas,jangan mau di stir Abi...👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻