NovelToon NovelToon
Sedingin Hati Suami Tentaraku

Sedingin Hati Suami Tentaraku

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Kehidupan Tentara
Popularitas:1.2M
Nilai: 4.8
Nama Author: Hasna_Ramarta

Halwa mencintai Cakar Buana, seorang duda sekaligus prajurit TNI_AD yang ditinggal mati oleh istrinya. Cakar sangat terpukul dan sedih saat kehilangan sang istri.

Halwa berusaha mengejar Cakar Buana, dengan menitip salam lewat ibu maupun adiknya. Cakar muak dengan sikap cari perhatian Halwa, yang dianggapnya mengejar-ngejar dirinya.

Cakar yang masih mencintai almarhumah sang istri yang sama-sama anggota TNI, tidak pernah menganggap Halwa, Halwa tetap dianggapnya perempuan caper dan terlalu percaya diri.

Dua tahun berlalu, rasanya Halwa menyerah. Dia lelah mengejar cinta dan hati sang suami yang dingin. Ketika Halwa tidak lagi memberi perhatian untuknya, Cakar merasa ada yang berbeda.

Apakah yang beda itu?
Yuk kepoin cerita ini hanya di Noveltoon/ Mangatoon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 Hp dan Dompet Halwa Tidak Ada

   Pagi ini Halwa sudah berkutat di dapur setelah sholat subuh. Dia memasak seperti biasanya. Bahkan sayur untuk sore nanti sudah juga ia masak, karena ia tahu hari ini akan bekerja di luar salon yang otomatis menuntut dia akan pulang lebih telat dari biasanya.

   Setelah memasak ia pun segera melangkah menaiki tangga menuju kamar, Halwa harus segera bersiap.

   Di dalam kamar, nampak Cakar sudah mengenakan pakaian PDH nya yang masih terlihat fresh badan. Tubuhnya yang kekar dan berotot terpampang nyata. Seperti halnya semalam, Cakar terekspos seluruh tubuhnya ketika sedang menggaulinya. Staminanya kembali bagus pasca sakit, dan seolah tumpah ruah bagai hasrat yang dirafel selama dua hari.

   Ada perasaan malu untuk memasuki kamar itu, tapi Halwa harus segera masuk kamar, sebab sebentar lagi dia harus bersiap juga untuk bekerja.

   "Mas, aku mohon ijin untuk pulang telat dua hari ke depan, sebab ada job luar," lapornya sembari meraih pakaiannya yang akan dipakai pagi ini.

   "Jam berapa kamu pulang?" tanggap Cakar tanpa menatap.

   "Aku kurang tahu, Mas. Bisa jadi sebelum jam tujuh malam atau bahkan lebih. Aku sudah masak lauk untuk nanti malam jika aku belum keburu pulang, hanya tinggal menghangatkan saja," jawab Halwa sembari menjelaskan jika ia pulang belakangan daripada Cakar, maka Cakar tinggal menghangatkan saja lauk untuk makan.

   Cakar tidak menjawab, dia sibuk mengenakan jam tangannya. Halwa sudah biasa ucapannya kadang tidak direspon, ia segera merias tipis wajahnya seperti biasa, dan mengganti bajunya dengan yang lebih rapi dan bergaya, meskipun harganya tidak seberapa.

   "Kamu punya uang?" tanya Cakar tiba-tiba. Halwa diam sejenak, lalu menjawab.

   "Masih punya, Mas. Uang belanja dari Mas juga masih ada sisa," sahutnya. Cakar tiba-tiba menyodorkan uang beberapa lembar ke tangan Halwa.

   "Nah, ambillah," ujarnya seraya berbalik dan memburu pintu. Cakar segera keluar kamar sudah rapi dengan segala atribut seragam kerjanya pagi ini, setelah memberikan uang tadi pada Halwa. Halwa tercengang sesaat, tapi dia tidak ada waktu untuk memikirkan uang pemberian Cakar tadi untuk apa, sebab ia harus segera menyusul Cakar untuk menyiapkan sarapannya.

   Halwa segera menuju meja rias dan meletakkan uang itu di sana. Kemudian Halwa menyempurnakan dandanannya.

   "Halwa, Halwaaaa." Pekikan suara Cakar menggema di luar kamar. Halwa bergegas menuju kastop dan meraih tas yang selama ini selalu menemani ke mana ia pergi.

   Sejenak Halwa membuka tasnya dan meraih dompet, bermaksud menyimpan uang pemberian Cakar tadi yang dia letak di atas meja rias.

   "Halwaaa, kamu dengar tidak?" Cakar berteriak lagi tidak sabar. Halwa menuju pintu kamar tergesa dan keluar.

   Halwa sudah melihat Cakar berdiri dengan tangan di pinggang. Nampak dari gesturnya kemarahan. Halwa bingung, ada apa dengan Cakar. Baru saja dia memberi uang dan berbicara padanya, lalu kini memperlihatkan sikap marah. Walau begitu, Halwa tetap menghampiri meski rasa takut dan penasaran sedang menggelayuti dadanya.

   "Iya, Mas."

   "Ikut aku."

   Cakar menarik lengan Halwa menuju kamar satunya lagi yang kemarin sempat ia masuki. Tiba di ranjang, ia menghempas lengan itu sehingga Halwa terduduk di sana.

   Dalam keadaan bingung, Halwa tengadah dan bertanya, tapi hati kecil sudah sedikit menduga, jangan-jangan Cakar marah karena ia telah masuk ke kamar ini yang banyak menyimpan kenangan bersama Seli.

   "Kenapa Mas?"

   "Kenapa-kenapa, pakai tanya. Kemarin kamu masuk kamar ini, kan? Lalu kenapa kamu berani membiarkan gorden dan jendelanya terbuka juga lampunya mati? Kamu berani mengubah apa yang selama ini aku biarkan seperti itu. Apa maksudmu?" sentaknya sembari menatap Halwa yang baru paham apa salahnya.

   "Maaf, aku lupa, Mas. Kemarin aku masuk kamar ini, dan lupa menutup lagi jendela dan gordennya. Aku lupa tidak masuk ke kamar ini lagi kemarin." Halwa menjawab sejujurnya, ia pun terkejut karena baru ingat jendela kamar itu tidak ditutupnya, itu artinya selama Cakar sakit jendela itu juga terbuka.

   "Kamu itu masih muda, tapi sudah lupaan, bagaimana beberapa tahun lagi? Kenapa kamu tiba-tiba masuk kamar ini, apa kamu penasaran dan ingin tahu apa isi dalam kamar ini?" cecar Cakar semakin tajam saja menatap Halwa.

   "Iya, Mas. Aku hanya ingin tahu dalamnya kayak apa."

   "Kamu merasa penasaran karena pernah aku bilang bahwa di kamar ini ada banyak gaun almarhumah Seli, begitu?" sambungnya.

   "Iya, Mas. Alasan salah satunya memang itu. Aku minta maaf Mas karena lupa menutup gorden dan menyalakan lampunya," ucap Halwa mengiyakan.

   "Kamu sudah berani mematikan lampu di kamar ini dan membiarkan jendela terbuka, bagaimana kalau ada maling masuk? Bi Rona saja yang dulu aku pekerjakan di rumah ini selama rumah ini kosong, belum pernah berani mematikan lampu kamar ini dan tidak berani membuka laci lemarinya. Tapi kamu orang baru, berani membukanya dan merubah posisinya. Dasar kepo," umpatnya sembari menggebrak lemari, sehingga Halwa terkejut setengah mati.

   "Aku hanya penasaran dan melihatnya, lagipula tidak ada benda yang aku ambil dari sana, aku meletakkan kembali benda-benda itu di sana," jawab Halwa menatap Cakar lemah.

   "Baguslah kalau kamu tahu apa yang harusnya kamu lakukan dan tidak. Ingat, jangan utak-atik foto-foto di sana terutama foto almarhumah Seli," tegas Cakar seraya mendengus kesal.

   "Baik, Mas, aku minta maaf. Ta~tapi, sampai kapan Mas Cakar mau menyimpan foto-foto almarhumah, sementara Mas sudah menikah sama aku?" Walau dengan gugup, Halwa memberanikan melontarkan pertanyaan itu dengan matanya yang takut.

   "Sampai aku menemukan perempuan yang benar-benar bisa aku cintai dari dalam hati. Maka dari itu, jangan pernah berani-berani kamu usik foto-foto itu. Kalau tidak, kamu akan menyesal," ancamnya membuat Halwa tersentak.

   "Aku minta maaf Mas. Aku tidak pernah bermaksud mengusik foto-foto mantan istri Mas Cakar. Silahkan simpan foto-foto itu sampai kapanpun selama Mas Cakar suka, bahkan foto Sersan Nilam sekalipun tidak masalah selama Mas Cakar bahagia," ucapnya lirih mengalir bagai air sungai yang tenang dan sama sekali tidak ada nada amarah. Namun tidak sangka ucapan yang mengalir dari bibir Halwa yang bagai air mengalir itu, mengundang kemarahan Cakar.

   "Brakkkk." Lemari kembali dipukul, untung saja lemari itu jati tua yang tidak mudah goyah. Halwa tersentak sampai tubuhnya terjengkang sedikit. Dia membelalakkan mata kaget.

   "Sersan Nilam, apa maksudmu? Kamu berani mengaitkan keberadaan foto-foto Seli dengan Nilam? Apa kamu cemburu? Jangan bawa-bawa nama Sersan Nilam, aku tidak punya hubungan khusus dengannya. Jadi jangan ngarang cerita. Aku tahu kamu hanyalah cemburu. Baguslah kalau kamu merasa cemburu," sengornya lagi seraya berjalan melewati Halwa yang masih kaget.

   "Aku tidak cemburu, Mas." Halwa berkelit.

   "Alah, sudahlah, tidak perlu banyak alasan. Apa yang diucapkan bibirmu hanyalah kebohongan belaka, jadi tidak ada gunanya aku mendengarnya. Menyingkirlah dan keluar dari kamar ini," usirnya seraya menuju jendela dan menutupnya, tidak lupa gordennya juga ditutup.

   Halwa bangkit dan keluar dari kamar itu, kata-kata Cakar sungguh menyakiti hatinya lagi. Padahal baru saja semalam mereka sedekat itu, memadu kasih, tapi tidak diduga gara-gara ia lupa menutup jendela dan menyalakan lampunya, pagi ini Cakar semarah itu.

   Setelah menyalakan lagi lampu kamar dan menutup jendela kamar itu, Cakar segera menuruni tangga dan langsung pergi, tidak sarapan seperti biasanya. Halwa menatap kepergian Cakar dengan sedih.

    Untuk membuang kesedihannya agar tidak lebih dalam, Halwa bergegas ke dapur, ia segera sarapan seperti biasa dan menyiapkan bekal. Bagaimanapun sedihnya ia, Halwa harus tetap sarapan untuk menjaga tubuhnya tetap bertenaga.

***

   Singkat cerita, setelah berkutat dan bekerja di salah satu rumah klien yang sedang nikahan, tepatnya jam 20.00 malam, Halwa dan teman satu grupnya akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Lalu rombongan mereka kembali ke salon Male dan Female dengan menaiki mobil khusus salon. Setelah dari salon, mereka pulang sendiri-sendiri menuju rumah masing-masing.

Halwa merogoh tasnya untuk meraih Hp nya. Kagetnya, Hp yang ia cari tidak ada di dalam tas. Setelah menyadari Hp nya tidak ada, ternyata bukan Hp nya saja yang tidak ada, dompetnya juga tidak ada. Halwa berdiri terpaku memikirkan dompet dan Hp nya tidak ada di dalam tas.

"Ya Allah, di mana Hp dan dompet, apakah tertinggal di rumah orang nikahan?" gumamnya sedih dan bingung. Halwa ingin menangis dengan yang menimpanya hari ini, sepertinya hari ini kesialan sedang bertubi-tubi menimpanya sejak dari rumah.

1
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
betul, lu pikir istri lu cenayang bisa baca pikiran lu, drpd udah di siapin tapi ga sesuai kemauan nanti salah lagi dasar lakik gemblung
ℳ𝒾𝒸𝒽ℯ𝓁𝓁 𝒮 𝒴ℴ𝓃𝒶𝓉𝒽𝒶𝓃🦢
dih itu pertanyaan normal kalik, gua juga suka nanya gitu ke suami, lu aja yg sensi dasar cakar maung 😒
Istifada
Luar biasa
Nasir: Trmksh byk Kak...
total 1 replies
Alivaaaa
Terimakasih Thor sudah menyuguhkan cerita yg sangat menarik 🥰
Nasir: Terimakasih byk.
total 1 replies
Mumun Munawwaroh
cakar pake nanya lagi.
Mumun Munawwaroh
sebel sama cakar bukannya terimakasih udah di urusin jg . kerjaannya marah² Mulu.
Mumun Munawwaroh
jawab dong halwa. emang AQ pernah mempealukan kamu apa.
Mumun Munawwaroh
lawan dong halwa. jangan lemah .
Alivaaaa
olalaa Cakar langsung Gaspol 🙈🤣🤣🤣🤣
Alivaaaa
rayuanmu itu sat set sat set nggak bertele tele ya Mas Cakar 🤭😂😂😂
Alivaaaa
pemaksaan ya Mas 🤭🤣🤣🤣🤣
NAYLA DWI
Luar biasa
Nasir: Mksh byk...
total 1 replies
Tari Suherman
Buruk
Nasir: Waduhhhhh... hehehehe.... trmksh komennya Kak.... sehat selalu.
total 1 replies
Yulia
Lumayan
Nasir: Mksh Kak, lanjut ya..
total 1 replies
Rossel
Pacarnya Diva itu bukannya Ardi ya?
Nasir: Wahhhh.... Masya Allah trmksh Kak koreksinya. OTW revisi ni....
total 1 replies
Alivaaaa
selamat menikmati penyesalanmu Cak 🤣🤣🤣
Alivaaaa
aku mendukungmu Hal, biarkan Cakar merenung apa arti dirimu disisinya
Nasir: Kasian ya...
total 1 replies
Fhatiimah
Luar biasa
Nasir: Mksh Kak.. m
total 1 replies
Fhatiimah
haduh ibu2 ini buat perhatian jangan aneh2 deh beli nama cakar segala kan jadi galak egois dan tdk pnya hati
Alivaaaa
baguss Hal aku mendukungmu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!