PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cerita nagita dan bule kismin part 2
Jantung Nagita berdebar kencang ketika akhirnya dia mau naek sepeda bareng dengan Aaron.
Beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang masih ada di sana, menatap mereka dengan tatapan yang susah untuk dikatakan.
Tak jarang terdengar suitan.
Tapi Aaron tetap tenang. Malah dia seperti sengaja mengajak Nagita keliling fakultas dengan dalih mencari pengawalnya.
Awalnya canggung, tapi lama lama Nagita mengembangkan senyumnya. Sesekali dia tertawa takut saat Aaron melajukan sepedanya lebih kencang
"Apa aku engga berat?" tanyanya agak malu.
"Lumayan, sih," jawab Aaron membuat Nagita tersenyum dengan rona merah di pipinya.
"Pengawalmu tumben ngga ada dimana mana," ucap Aaron sambil menghentikan sepedanya di gerbang fakultas.
"Yah, apa Om Herman saat ini juga sedang mencariku, ya?" tanya Nagita agak lirih. Dia juga bingung.
"Lebih baik aku tunggu di sini saja," putusnya. Nagita ngga berani menoleh karena jarak mereka yang sangat dekat.
Dia yakin, Om Herman mungkin juga sedang muter muter mencarinya. Apalagi hpnya juga sudah off sejak tadi.
"Mau aku antar pulang?" tawar Aaron.
"Naek sepeda? Rumahku jauh," tolaknya. Nagita ngga bisa membayangkan betis Aaron yang pasti akan langsung copot besok harinya.
"Apartemen temanku di sekitar sini. Aku bisa pinjam motornya."
Nagita terdiam
"Gimana?"
"Em.... Mungkin aku bisa numpang nge chass.ponsel"
"Jadi mau?" todong Aarron sambil mendekatkan wajahnya.
"Emm.... I... Iya." sahut Nagita gugup.
Aaron pun mengayuh lagi sepedanya.
Ternyata apartemennya hanya berjarak setengah kilo meter saja dari kampus.
Apartemen super mewah. Nagita ngga nyangka aja Aaron punya teman sekaya ini.
Saat melewati satpam, laki kaki paruh baya itu menunduk hormat.
Nagita merasa semakin aneh.
Sepeda Aaron terus meluncur ke dalam parkiran basemen.
Dia beneran punya teman yang tinggal di sini?
Sepeda berhenti di jejeran kendaraan mewah yang ada di sana.
Aaron melepaskan tangannya dari pegangan sepeda dan memirngkan sepedanya.
Nagita langsung turun dengan jantung makin berdetak ngga menentu.
Basemen apartemen itu sepi.
Nagita memerhatikan Aaron yang menjauhinya dan seperti sedang menelpon seseorang. Ngga lama kemudian seorang seorang laki laki berseragam pengawal mendatanginya dan menyerahkan sebuah kunci.
Walau jaraknya cukup jauh tapi Nagita ngga yakin kalo.itu kunci motor biasa. Kunci itu sepertinya untuk kendaraan mewah.
Aaron sekarang melangkah mendekatinya
"Temanku lagi ngga ada di unitnya. Kamu bisa nge chass ponselmu di mobilnya."
"Eh.... Maksudnya?"
Tadi katanya motor?
Aaron menunjukkan kunci mobil yang membuat Nagita terkejut karena melihat logonya dengan sangat jelas.
"Dia meminjamkanku mobilnya." Tanpa sungkan Aaron meraih tangan Nagita, mengajaknya melangkah bersamanya menuju ke salah satu deretan mobil mewah.
"Temanmu baik sekali," puji Nagia tulus
Aaron ngga menjawab, dia hanya tersenyum saja.
Nagita terpaku saat mereka berhenti di sebuah mobil.mewah yang Nagita yakin keluaran terbaru. Dia pernah melihatnya di majalah sport keluaran luar negeri.
"Masuklah."
Nagita menurut.
"Tas punggungku kamu pangku, ya, sama tas kamu," ucap Aaron smabil memberikan tas punggungnya yang berisi laptop Nagita.
"Ya..." Nagita teringat kedua sahabatnya Shifa dan Nilda. Kedianya pasti ngga percaya kalo dia sedang berada di mobil mewah bersama Aaron.
Aaroon memutari kap depan mobilnya dengan santai. Kemudian masuk ke dalamnya dan mulai menghidupkan mesin mobil.
"Chass saja ponselnya. Kamu.bisa menelpon keluarga kamu," titah Aaron sambil.melajukan pelan mobil saat keluar dari baseme**n, kemudian melajukannya membelah jalan yang mulai rembang petang.
"Rumah kamu dimana?"
Nagita menyebutkan kompleks sultan yang dia tinggali.
Setelah beberapa menit menchass ponselnya, barulah Nagita menelpon mamanya.
"Kamu dimana? Kata Herman, ban mobil kamu gembes semuanya. Kok, bisa?" sembur suara panik mamanya begitu telpon tersambung dan diangkat wanita yang sudah melahirkannya
"Aku sedang diantar pulang, mam." Nagita pun bingung, ngga tau harus bilang apa, kenapa empat ban mobilnya gembes.
"Papamu sudah meminta Om Herman menyelidiki siapa yang berani macam macam dengan kamu," suara mamanya terdengar sangat geram.
"Ma, sudahlah."
"Kalo anak perempuan malam itu yang dijahatin begitu, mama ngga peduli. Tapi ini kamu! Mama ngga terima," tukas mamanya ngga mau dibantah membuat Nagita terdiam.
"Teman yang antar kamu laki laki atau perempuan?"
Nagita masih diam
"Jangan kasih harapan dengan laki laki yang ngga sama atau lebih rendah strata sosialnya dari kamu," sambung mamanya lagi.
Nagita menghembuskan nafasnya perlahan.
Suara mamanya cukup kencang walaupun loudspeaker sudah dia off kan. Dia ngga enak kalo Aaron sampai mendengarnya.
"Nagita, kamu dengar mama?!"
"Iya, ma. Udah dulu, ya. Ngga enak sama yang nganterin."
"Oke, oke. Hati hati."
"Iya, ma."
Nagita menutup telponnya dengan wajah agak kusut.
Semoga dia ngga dengar, harap Nagita dalam hati.
Aaron melirik ke arah Nagita yang sedang menalingkan wajahnya ke arah luar jendela.
Dia mendengar semua ucapan mama Nagita karena keadaan di dalam mobil yang sunyi.
Aaron menekan pilihan musik yang ada di flashdisknya.
Lagu lagu berbahasa Inggris mengalun lembut.
"Keluargamu pasti sangat cemas, kan....?"
"Iya, begitulah." Saat Nagita mengalihkan tatapannya ke arah Aaron, ternyata laki laki itu sedang melihatnya.
Jantungnya berdetak ngga seirama lagi. Dia begitu terhipnotis dengan sepasang mata biru itu.
'"Rumah kamu dimana?" tanya Nagita ingin tau.
Rasa penasarannya kembali mencuat ke permukaan melihat Aaron sangat mudah menggunakan mobil ini.
Juga tidak canggung!
Dia terlihat sudah biasa membawanya.
"Rumahku?" Tatap Aaron sudah fokus ke depan.
"Iya, rumah kamu? Tadi, kan, apartemen temanmu. Atau kamu juga tinggal di sana dengan teman kamu?"
"Oooh...." Aaron tersenyum tipis.
"Rumahku di belakang apartemen itu."
"Memangnya ada?"
"Ya, ada. Kan, ada jalan kecil, terus aja lewat situ."
"Oooh...." Sayangnya Nagita ngga terlalu memperhatikannya tadi.
"Maaf, ya, jadi ngerepotin kamu."
"Asal jangan sering sering aja," senyum Aaron tampak jahil.
Nagita pun melengkungkan kedua sudut bibirnya dengan sempurna.
Aaron hanya mengantarkannya sampai di luar gerbangnya saja.
"Di sini saja, ya?" ucap Aaron ketika melihat gerbang rumahnya perlahan dibuka.
"Ngga mau mampir?" Dia ingin mengenalkan Aaron pada papanya yang lebih bijak
"Aku harus buru buru pulang."
"Oooh...."
"Ngga apa, kan? Nanti aja aku datang bareng orang tuaku."
Nagita langsung speechless.
Aaron tergelak.
"Becanda."
"Ooh..." Senyum Nagita agak kaku.
Bodohnya, apa tadi dia agak berharap yang tadi serius?
"Makasih, ya," ucap Nagita sambil membuka pintu mobilnya.
"Laptopnya." Aaron mengulurkan laptop yang ada di dalam tas punggungnya.
"Oh iya. Makasih lagi, ya." Senyum Nagita agak kikuk saat menerima laptopnya.
"Sama sama," senyum Aaron.
Nagita membalasnya sebelum menutup pintu mobil.
Setelahnya mobil Aaron berlalu dan Nagita terus menatapnya.
Serius itu mobil temannya?
DevaVina sama2 Suka
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih Iklan
emang. kamu tu aneh Deva...
baru nyadar...????
🤣🤣🤣🤣🤣
Aaron modusin Nagita
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan