Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Segenap pengertian
Shiza melangkah keluar dari ruang kelasnya bersama Aysela. Baru saja Ryuga mengirim pesan padanya karena tidak bisa mengantar pulang. Sebab pemuda itu sedang mengantar Fira pulang ke rumahnya. Pertemuan tadi masih menyisakan rasa rindu pada mereka. dan Shiza memahami itu dengan segenap pengertian. Langkah gadis itu terayun hingga ke gerbang di belakangnya ada Candra dan Dimas. Seperti biasa apa pun berita tentang Ryuga pasti masuk base sekolah.
"Kamu nggak apa-apa kalau Ryuga nganterin Fira?" Aysela bertanya memastikan isi hati sahabatnya itu.
"Iya, wajar mereka baru bertemu setelah waktu yang lama berpisah."
"Kamu nggak cemburu?" Adel menoleh melayangkan tanya.
Shiza hanya tersenyum. "Kalian duluan aja aku masih nunggu mama."
"Mau bareng nggak, biar kita antar kamu dulu." Tawar Aysela merasa berat meninggalkan Shiza
"Nggak usah Sel, bentar lagi mama aku datang kok." Tolak gadis itu membawa langkah ke arah halte.
"Kami duluan ya." Adel melambaikan tangan memasuki mobil biru milik mama nya.
Shiza mengangguk sambil melanjutkan langkah. Setiba di halte ia duduk sendirian menatap hilir mudiknya kendaraan. Saking tenggelamnya dalam lamunan tanpa disadarinya jika Candra duduk di ujung kursi setelah berbincang bersama Dimas di depan gerbang. Shiza tersentak merasakan tetesan hujan menghantam kulit putihnya. Ia melihat sekeliling ternyata sudah sepi namun ia cukup terkejut melihat Candra duduk di ujung tanpa menoleh. Dejavu, Shiza merasakannya. Tidak ingin basah karena percikan air hujan, Shiza menarik diri berdiri di atas kursi lalu mengarahkan telapak tangannya di bawah tetesan air rasanya dingin dan nyaman. Segaris senyum tertarik melihat jatuhnya hujan berhamburan di atas tangan. Hujan cukup deras Shiza melirik dari sudut mata. Candra mengambil posisi seperti dirinya namun bedanya pemuda itu melipat tangan didada melihat sepedanya basah di guyur hujan
"Ayo naik." Mobil Mama Adina berhenti di depan halte menurunkan kaca dan berteriak sedikit keras.
Shiza mengangguk lalu menoleh sebentar ke arah Candra lalu berlari masuk ke dalam mobil. Shiza bisa melihat kalau temannya itu melihat ke arah mobilnya. "Kita bisa putar balik nggak Ma, nunggu di sana."
Mama Adina melirik ke kaca spion seakan mengerti. "Oke."
Shiza merasa senang dan bersandar nyaman. Iris matanya masih mengawasi Candra yang masih menatap ke arah mobilnya. Seperti permintaan Shiza mobil itu putar balik lalu berhenti tidak jauh dari halte seberang jalan.
"Kita temenin Candra dulu ya Ma, sampai hujannya reda."
"Iya." Mama Adina juga memperhatikan teman putrinya itu. "Tadi kenapa Ryu nggak jadi ngantar kamu pulang?"
"Dia nganter temannya pulang, jadi tadi ada siswi pindahan ternyata dia temannya Ryuga." Jelas Shiza merasa tenang karena hujan mulai reda.
"Gitu, hujannya mulai reda ini kita lanjut pulang atau nunggu berhenti sekalian."
"Tunggu sebentar lagi nggak apa-apa 'kan?" Pinta Shiza berharap.
Mama Adina mengangguk menuruti permintaan putrinya. Mereka masih mengawasi Candra dari seberang jalan. Rupanya pemuda itu sudah mengenakan mantel dan bersiap naik sepeda. Kali ini sepertinya Canda menyimpan mantel di dalam tas nya. Melihat hal itu Shiza bernafas lega, setelah Candra meninggalkan halte, Shiza dan Mama Adina juga perlahan melaju.
🌷🌷🌷🌷🌷
Ryuga dan Fira sudah sampai di rumah gadis itu. Karena hujan Ryuga memutuskan untuk tinggal sebentar. Ia bisa melihat betapa sepinya rumah besar itu, suasana nya sama seperti rumahnya. Hanya ada asisten rumah tangga.
"Ryu, pulangnya setelah makan aja ya. Bibi lagi masak sebentar lagi selesai tinggal menyajikan aja."
Ryuga mengangguk lalu melepaskan tas dari tubuhnya. "Rumah kamu sepi."
Wajah Fira sendu sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. "Seperti biasa rumah ku akan sepi."
"Om sama tante nggak ada bedanya sama orang tua aku." Ryuga melihat pada jari-jari nya masih di perban. "Kemarin mereka janji akan pulang tapi nyatanya batal."
"Dan kamu melukai diri kamu sendiri lagi?" Fira meraih tangan Ryuga menatap perban-perban itu. "Siapa yang pasang perbannya?"
"Shiza, kemarin aku pasang sendiri tapi di rapikan sama dia." Ryuga tersenyum tipis mengingat telaten nya gadis itu.
"Kamu beneran pacaran sama dia." Fira mengambil gunting dan kotak P3K. "Sini aku ganti perbannya, jelek banget gulungannya."
"Rapi kok, biar aja nanti Shiza yang ganti soalnya nanti malam aku mau ke rumah dia juga."
"Mau kencan kemana memangnya." Fira meletak kasar benda di tangannya.
"Rencana nya mau nonton."
Fira mengangguk tidak lama bibi memanggil karena makanan sudah siap. Tidak menunggu lama mereka langsung ke meja makan. Ryuga ingin cepat pulang istirahat. Fira tersenyum tipis melihat sahabatnya itu lahap makan. Ia menaruh beberapa lauk di dalam piring Ryuga.
🌷🌷🌷🌷🌷
Shiza mematut diri di depan cermin, malam ini ia ada janji bersama Ryuga yaitu menonton. Shiza merasa puas dengan outpit nya malam ini. Selesai dengan segala keperluan kini Shiza menunggu Ryuga di ruang keluarga. Tidak lama suara klakson terdengar.
"Pa, aku berangkat dulu ya."
"Hati-hati di jalan selesai nonton langsung pulang." Sahut Papa Rajendra.
Shiza mengangguk dan tersenyum lebar. Ia melangkah riang ke arah mobil milik Ryuga. Mobil itu bukan mobil sport yang biasa mereka pakai.
"Shiza kamu di belakang ya."
Gadis itu terkejut saat kaca di buka. Di sana ada Fira tersenyum manis. Shiza menuntun pandangnya pada Ryuga seolah minta pendapat.
"Nggak apa-apa 'kan kamu di belakang." Ryuga berkata sambil memastikan. "Fira sendirian di rumah jadi pas tahu kita mau nonton dia minta ikut. Jadi kita pergi bertiga."
Shiza tersenyum tipis. Ingin rasanya ia membatalkan pergi tapi rasa pengertian langsung ia terapkan sekali lagi. "Oke." Ucapnya langsung membuka pintu belakang.
Setelah Shiza duduk nyaman mobil melaju meninggalkan pekarangan. Tatapan gadis itu mengarah ke luar jendela sebagai pendengar dua orang yang tengah bernostalgia di depannya.
"Shiza, kamu marah?" Fira bertanya memutar sedikit tubuhnya ke belakang.
"Enggak kok."
"Aku bisa batalin kalau misalkan kamu terganggu karena aku ikut." Fira menampilkan wajah bersalah.
"Fir, kamu apa-apaan sih ?" Ryuga bersuara sambil konsentrasi menyetir. "Kita udah dekat ngapain mau di batalin segala. Shiza nggak bakalan marah kok." Sambungnya melirik ke belakang.
"Ryuga benar kita sudah sampai ngapain di batalin, kita nonton sama-sama pasti seru." Shiza berucap lembut.
Mobil sudah parkir mereka menuju ke lantai bioskop. Mereka mengantri popcorn dan air mineral sebelum masuk. Sejak tadi Fira menggelayuti lengan Ryuga sambil meminta pengertian Shiza.
"Ryu jangan yang manis ya nanti eneg."
"Iya aku masih hafal kebiasaan dan kesukaan kamu." Ryuga mengacak manis pucuk kepala Fira.
Shiza melemparkan tatapan ke arah lain, ikut mengantri di belakang dua orang itu. Ia hanya diam tanpa bersuara. Entah lah sejak keberangkatan tadi Shiza sudah tidak semangat lagi.
"Shiza." Panggil Ryuga karena kekasihnya itu diam di belakang mereka. "Kok diam?"
"Nggak apa-apa." Shiza tersenyum.