Allea Hizka Zirah. Wanita polos nan lugu, telah bersepakat dengan pacar nya akan melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius lagi. Segala sesuatu yang di butuhkan untuk melangsungkan acara sudah beres, hanya tinggal menunggu hari dan tanggal yang di tentukan.
Namun tak di sangka, mempelai pria tidak menghadiri acara pernikahan yang akan di langsungkan. Sontak hal itu mengundang riuh di acara yang di gelar dengan besar-besaran. Begitu juga dengan keluarga wanita yang menanggung malu.
Apa yang menjadi penyebab mempelai pria tidak hadir? Apakah adanya selisih paham? Apakah setelah kejadian yang menimpah Allea akan menimbulkan trauma yang mendalam? Atau malah sebaliknya?
Mari kita ikuti keseruan cerita ini yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keycapp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI SIAL.
" Bunda!" Sambut Darren, setelah melihat kedatangan sang bunda dari tempat kerja nya.
" Aduh sayang bunda. Ganteng sekali sih kamu nak," rayu Allea kepada putra nya.
" Iya dong. Anak siapa dulu," balas Darren dengan memeluk Allea dalam-dalam, menghirup aroma tubuh sang bunda yang mampu membuatnya merasa hangat dan nyaman.
" Anak bunda dong," jawab Allea, membalas pelukan sang putra nya.
" Bunda. Kepala sekolah nyuruh bunda hadir ke sekolah, besok acara penyerahan penghargaan olimpiade tingkat internasional yang kemaren Darren ikuti." Dareen memberitahukan informasi, yang di sampaikan oleh kepada sekolah kepadanya. Siang tadi.
" Aduh! Anak bunda emang pintar, selalu buat bunda nya bangga. Makin rajin ya sayang, biar bisa jadi anak sukses ya sayang." Allea mencium seluruh wajah putra nya, putra nya selalu membuatnya bangga di mana pun.
" Hehe... Itu kan berkat bunda," kekeh Darren menjawab ucapan bunda nya.
" Yaudah. Bunda mau mandi dulu ya, tubuh bunda udah lengket banget." Izin Allea kepada Darren.
" Baik bunda."
Dareen melanjutkan aktivitas belajarnya, sementara Allea memasuki kamar nya untuk membersihkan diri nya.
*
Malam sudah berganti pagi, Allea berangkat bekerja. Dareen berangkat ke sekolah, begini lah kira-kira rutinitas Meraka setiap hari. Allea akan mengunjungi sekolah Daren, setelah siang saja.
Setelah mendengar informasi dari guru piket, bahwa pulang jam sekolah di percepat. Akhirnya Daren menghubungi bunda nya, supaya datang cepat juga. Sebelum jam pulang sekolah, walaupun kepala sekolah setia menunggu akan kedatangan bunda nya. Akan tetapi, ia juga merasa tidak enak.
" Halo bunda," sapa Dareen, sambungan telfon nya sudah tersambung kepada bunda nya.
" Iya. Ada apa sayang?" Tanya Allea dari seberang.
" Jam pulang sekolah di percepat, ada rapat. Bunda bisa datang gak sekarang?" Tanya Darren terlebih dahulu, ia juga takut jika bunda nya masih sangat sibuk, ia tahu betul dengan kesibukan bunda nya.
" Aduh! Bunda minta maaf ya sayang, bunda gak bisa hadir. Tante Ruby lagi drop, bunda akan ke tempat Tante Ruby. Gak papa kan kalo om Ju yang mewakili bunda? Bunda minta maaf banget sayang," jawab Allea dengan tidak enak, ia langsung dapat membayangkan ekspresi sedih anak nya saat ini. Sebab pertemuan ini, adalah penyerahan penghargaan yang tidak begitu mudah di raih oleh siapapun itu.
Dareen terdiam sejenak, setelah mendengar penjelasan dari bunda nya.
" Gak papa kok Bun, bunda hati-hati kalau di perjalanan. Semoga Tante Ruby cepat sembuh," akhirnya Dareen pasrah, tidak bisa terlalu memaksakan. Alasan bunda nya masih bisa di tolerir, karna keselamatan Tante nya jauh lebih penting dari urusan nya di sekolah.
" Yasudah Bunda matikan dulu ya sayang. Om Ju udah di perjalan," izin Allea.
" Baik Bun!"
Panggilan suara terputus, Darren berusaha memaksimalkan ekspresi nya sebaik mungkin. Ia tidak boleh langsung marah begitu saja, karna bukan hanya kepentingan nya sendiri yang harus di benahi.
" Siang bos ku!" Sapa Ju yang mendatangi kelas Darren langsung.
" Siang om," jawab Darren dengan nada kurang semangat.
" Kenapa lemas mas bro?" Tanya Ju yang terheran dengan ekspresi anak dari bos nya, sedetik kemudian ia mengerti dengan raut yang tidak segar itu.
" Sudah om Ju yang akan gantikan mu. Anggap aja om Ju ayah kamu, doain biar betulan. Bunda kamu lagi sibuk, kasian Tante kamu di rawat di rumah sakit. Mas bro gak boleh cemberut. Oke!" Ju sedikit memberikan anggaran, untuk membangun kembali semangat Darren.
" Baik mas bro!" Suara Daren sudah mulai terang, tidak redup seperti pertama kali ia menjawab sapaan nya.
Akhirnya mereka berjalan bersama, menuju ruangan kepala sekolah. Sesuai dengan instruksi yang telah di beritahukan, kepada Daren tadinya.
Sepanjang jalan, banyak yang terheran, dan terkagum. Dengan kehadiran Ju di sekolah itu, mampu mengundang perhatian segala manusia yang ada di bangunan itu. Banyak yang mengira bahwa itu adalah ayah dari Daren, para guru-guru muda bahkan yang tua. Hingga tak berkedip, menatap ketampanan yang di miliki Ju. Keduanya berjalan beriringan, dengan memiliki karisma tersendiri. Namun Meraka berdua adalah manusia kulkas, yang tidak akan sedikit pun menghiraukan ucapan maupun rayuan, atau bisikan. Para siswa, maupun guru-guru setempat.
Padahal bukan ini kali pertama Ju mendatangi sekolah ini, sudah termasuk sering mengurus segala keperluan Daren. Namun karna memiliki ketampanan yang hakiki, bahkan siapapun tidak akan bosan-bosannya memandangi wajah Ju dan Daren.
Tok... Tok...
Ju mengetuk pintu, ruangan yang di tuju oleh mereka.
" Masuk!" Jawab seorang wanita, dari arah dalam.
Lalu mereka berdua berjalan memasuki ruangan itu, dengan langkah santai.
" Selamat pagi pak," sapa bu kepala sekolah, setelah menyadari kedatangan Daren dan seorang laki-laki yang tampan. Jika bukan karna menjaga image nya sebagai kepala sekolah, mungkin bu kepala sekolah sedari tadi sudah mencucurkan air liur nya karna tidak tahan melihat ketampanan Ju.
" Pagi bu!" Balas Ju dengan wajah datar dan tegas.
" Silahkan duduk pak," ucap bu kepala sekolah. " Sebelum nya ibu minta maaf ya Daren, kalau tamu khusus yang sudah seharusnya menyerahkan penghargaan ini. Sudah pulang terlebih dahulu, mereka mendapat panggilan darurat. Jadi gak papa kan kalau ibu yang berikan saja?" Ucap Bu kepala sekolah, dengan perasaan kurang enak.
Dareen terdiam sejenak, sepertinya sial tengah menghampiri nya hari ini.
" Gak papa bu," jawab Darren. Tetap dengan ekspresi datar nya.
Acara penyerahan penghargaan tersebut, dilakukan sesederhana mungkin. Ju dan Darren pulang secara bersamaan, karna Jan pulang yang di percepat sudah tiba.
Ju sedari tadi memandang raut wajah Daren, sangat datar dan masam.
" Ada apa mas bro?" Tanya Ju mencari topik pembicaraan, walaupun ia tidak yakin. Kalau ucapan nya, di gubris oleh anak ganteng di samping nya.
Dan benar saja. Ucapan Ju tak di gubris sama sekali, ia di abaikan saja. Ju hanya bisa tersenyum melihat Darren, ia tahu betul dengan masing-masing kepribadian Allea dan Darren.
Hingga waktu yang ditunggu-tunggu Dareen telah tiba, ia sudah tiba di rumah nya. Ia sudah tidak tahan lagi, berlama-lama di luar.
" Makasih om." Ucap Daren. Sebelum ia benar-benar keluar dari mobil, karna ia sudah tahu terlebih dahulu. Bahwa om Ju nya tidak akan keluar lagi dari mobil nya, akan melanjutkan pekerjaan nya yang menumpuk sekali. Apalagi bunda nya sedang tidak di kantor, jadi semua nya akan jatuh ke tangan om Ju. Dareen paham akan hal itu.
" Baik anak ganteng. Jangan sedih-sedih gitu," gurau Ju, sebelum ia meninggalkan pekarangan rumah itu.
...****************...