Pindah sekolah dua kali akibat dikeluarkan karena mengungkap kasus yang tersembunyi. Lima remaja dari kota terpaksa pindah dan tinggal di desa untuk mencari seseorang yang telah hilang belasan tahun.
Berawal dari rasa penasaran tentang adanya kabar duka, tetapi tak ada yang mengucapkan belasungkawa. Membuat lima remaja kota itu merasa ada yang tidak terungkap.
Akhir dari setiap pencarian yang mereka selesaikan selalu berujung dikeluarkan dari sekolah, hingga di sekolah lain pun mengalami hal serupa.
Lantas, siapakah para remaja tersebut? Apa saja yang akan mereka telusuri dalam sebuah jurnal Pencari Jejak Misteri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31. Ada Yang Ingin Masuk
Pak Bejo bertanya pada Ratu dengan senyuman menyeringai, membuat perempuan itu semakin ketakutan. Apalagi rasanya seperti diambang kematian ketika Pak Bejo mengangkat goloknya ke udara.
"Eh, mana Ratu?! Di mana dia?" tanya Panca sedikit tegas saat telah sampai di halaman kantor desa.
Kejadian yang dialami oleh Reyza serta kawan-kawannya itu awalnya tidak hanya ada mereka. Melainkan ada para orang-orang kantor desa yang mengajari mereka dalam membantu tugasnya.
Namun, entah mengapa begitu Ratu menghilang, orang-orang tersebut turut menghilang juga. Itulah yang masih mengganjal dalam pikiran seorang Cakra dan Reyza.
"Mas, kayaknya dia lari ke sekolahan! Soalnya udah dicari di sini gak ada!"
Baru kali ini, Reyza menyahut dengan nada tegas. Seakan ia benar-benar tidak ingin kehilangan kembarannya.
Panca menoleh ke bangunan belakang sekolah dasar tersebut, tak lama kemudian ia berdecak bahkan sambil berlari memasuki sekolah dasar itu.
"Argh, sialan kalian!"
Hanya itu suara Panca sampai membuat Intan dan Ninda sedikit takut.
"Kayaknya mas Panca marah banget, ya?" ujar Ninda.
"Ya gimana dia gak marah lah, Nin. Orang lagi-lagi kita dapat teror begini." sahut Intan sembari menghela nafas.
********
Cieett ....
Suara pintu gerbang dibuka paksa dan kasar oleh Panca. Laki-laki itu tak lagi peduli dengan apa yang ia lakukan.
Matanya mendapati Ratu dalam ketakutan paling menyedihkan. Dengan segera tanpa lama Panca berlari dan menyerang Pak Bejo dari belakang.
Ratu pun terkejut dengan perlakuan jahat Panca ke Pak Bejo. "Mas Panca! Kenapa serang Pak Bejo?!" teriak Ratu sambil memundurkan langkahnya.
"Ratu cepat pergi dari sini! Ini bahaya!" perintah Panca langsung dituruti oleh Ratu.
Bug
Prang!
Usai saling memukul antara Pak Bejo dengan Panca, akhirnya Ratu dapat keluar dari gerbang sampai bertemu Reyza.
"Ratu!"
"Rey!"
Tangisan haru terdengar penuh di area halaman luar kantor desa, Intan dan Ninda pun ikut memeluk Ratu begitu erat.
Diwaktu yang sama pula pertengkaran antara Panca dengan Pak Bejo belum juga berakhir. Hal tersebut membuat Ratu masih khawatir. Bagaimana nasib Panca.
"Rey, kalian berdua bantu mas Panca!"
Tanpa diperjelas Bisma bergegas berlari bersama Reyza masuk ke area sekolah tersebut. Dengan modal tangan kosong, tidak memperciut nyali dua bersahabat itu.
Pukulan demi pukulan melesat pada setiap mereka yang sedang saling melawan. Bahkan Panca sampai mengalami luka-luka di bagian tangan serta dahi nya.
"Bis, ambil goloknya!"
Instruksi dari Panca segera ditindaklanjuti oleh Bisma ketika Reyza berhasil menendang salah satu tangan Pak Bejo yang memegang golok.
Ketika hampir dihabisi, Panca memberhentikan secara mendadak.
"Jangan dihabisi!
"Kenapa, Bang?"
"Pak Bejo sedang memanggil arwah, ini bahaya untuk kita!" jawab Panca.
Begitu mendapat instruksi dari Panca, Reyza beserta temannya langsung berlari keluar gerbang untuk menyelamatkan diri.
Kini tertinggal Panca yang sedang berusaha naik ke gerbang guna menghindari serangan dari Pak Bejo.
"Mas Panca ditolongin itu dong! Mas, hati-hati ih!" teriak Ratu menyuruh Reyza dan Bisma.
...********...
Usai berhasil menyelamatkan diri dari serangan Pak Bejo, kini mereka sudah aman berada di dalam mobil milik ayahnya Panca.
"Ratu, kamu gak apa-apa?" tanya Panca begitu khawatir.
Sang kembaran Reyza menggeleng. "Tapi, kamu luka, Mas." sahut Ratu.
Panca tak mempedulikan dirinya yang terluka di bagian tangan dan dahinya. Sehingga perhatiannya hanya tertuju pada perempuan itu.
"Udah jam tiga, kita gimana ini?" tanya Reyza bingung dengan kelanjutan hidup mereka.
Sedetik Panca menghela nafas lelah.
"Mau tidak mau kalian harus tidur dulu, untuk sementara kita tidur di dalam mobil seperti ini tidak apa-apa 'kan?" ucap Panca.
"Iya gak apa-apa, Mas. Kasihan juga yang perempuan kalo mereka gak tidur semalaman ini.* jawab Bisma.
"Untuk barang-barang kita di rumah tua itu nanti pagi kita urus ya, yang perempuan tinggal duduk manis aja." ujar Reyza.
...ΩΩΩΩΩ...
Selepas berisitirahat sejenak, usai melaksanakan kewajiban beribadah pula, tujuh anak tersebut kembali masuk ke dalam mobil untuk pulang.
Namun, ketika Panca menyuruh supir pribadinya untuk cepat melakukan perjalanan pulang, tiba-tiba Ratu menangis di samping posisi Panca.
"Eh, Rat? Lo kenapa nangis? Heh, tuh anak kenapa sih?" ucap Ninda merasa heran.
Panca langsung menatap wajah Ratu yang menunduk sambil sesenggukan menangis. "Aduh ..."
"Kenapa, Mas?" tanya Reyza.
"Ada yang masuk ke Ratu."
"Hah?!"
"Tapi, kalau aku lihat kayaknya aku kenal ini siapa."
"Siapa?"
"Fisya yang masuk," celetuk Cakra yang posisinya di belakang jok tempat duduk Ratu.
"Astaghfirullah ..."
Dikala semuanya tak menyangka, Panca justru mengajak ngobrol sosok Fizya yang diduga memasuki tubuh Ratu.
"Kamu namanya Fisya, betul?"
Ratu mengangguk.
"Kenapa kamu mengikuti kami dan masuk ke dalam tubuh Ratu?"
Jawaban yang diberikan oleh sosok Fisya diiringi dengan tangisan seramnya.
"Ka-karena ... Aku ingin dia tahu," jawabnya.
Panca terus menatap wajah Ratu yang menunduk. Bahkan hijabnya pun melorot ke depan, sehingga Panca tak begitu jelas melihat wajahnya.
"Eum, Fisya, boleh aku minta gambaran kamu? Mungkin teman-teman aku di sini ingin lihat seperti apa wujud kamu yang sekarang, apa boleh?" Pertanyaan Cakra langsung diangguki oleh sosok Fisya.
Cakra tampak tengah menggambar di buku sketsa gambarnya, dengan kedua matanya yang berkali-kali menyipit, mungkin bertujuan untuk memperjelas penglihatannya.
Reyza menatap Cakra dengan ngeri. "Lo berani gambar wujud dia yang sekarang, Cak?"
"Kenapa enggak? Dia baik, dia masuk ke tubuh Ratu cuma mau ceritain aja mungkin." Baru saja Cakra menjawab, Reyza sudah merasakan sesuatu yang membuatnya menyengir.
Di bagian paling belakang dipakai oleh Bisma, Intan, Ninda dan Reyza.
"Ah, kayaknya ada yang masuk ke gue nih," kata Reyza sambil nyengir.
Belum ditanggapi oleh teman-temannya, Reyza sudah lebih dulu tertunduk. Dan sontak membuat Ninda jengkel sekaligus ketakutan.
"Aaaa! Ah, ini lah, si Reyza kenapa juga dia, ish ... Gue takut, Bang. Ini gimana tubuh dia nih lemes banget, mana matanya merem juga." cerocos Ninda saking ketakutannya.
Intan yang berada di sisinya langsung berusaha membantu, karena posisi duduk Reyza di dekat jendela mobil.
"Tan, lo pindah pojok sini, ya? Gue mau bantu Ninda dulu," ucap Bisma tanpa lama Intan pun setuju.
Setelah bertukar posisi, Panca baru menoleh ke belakang untuk melihat keadaan Reyza.
"Coba tubuhnya disandarin ke pundak kamu, Nin. Terus kepalanya didongakkin ke aku."
Ninda dengan telatennya menarik pelan tubuh Reyza yang menyender ke jendela mobil, lalu menyenderkan ke salah satu pundaknya.
Selayaknya seperti laki-laki yang tengah pingsan dan dikhawatirkan oleh pasangannya. Begitulah pandangan Intan saat melihat kedua temannya.
"Dia pingsan atau kemasukan? Kok kayak jadi lemes gitu badannya?" tanya Intan penasaran.
"Iya, gue juga bingung. Tapi, bener-bener kayak lemes banget, Tan. Badannya dingin banget asli," sahut Ninda.
"Itu Bayu."