Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamu siapa?
"Nona, ikut dengan saya!" ajak Roy begitu dapat perintah dari bosnya.
Roy dengan cekatan langsung menyentuh lengan Lusi dan mengajak gadis itu agar mau bersamanya. Lelaki itu harus menahan Lusi, jika tidak dia akan kehilangan pekerjaan. Entah apa yang dipikirkan bos nya itu, kenapa dia harus menahan seorang wanita muda.
Tidak masuk akal, sang bos memintanya menahan seorang gadis. Sampai saja gadis itu teriak, Roy pasti dapat masalah. Beruntung sekali gadis itu menurut. Roy sampai dibuat heran. Tak hanya sang bos, gadis ini pun membuatnya terheran.
Sebenarnya Lusiana sengaja ikut, sebab dia takut dikejar-kejar anak buah om-om hidung belang yang tadi, atau teman-teman Edo yang lain. Jika Lusi tertangkap, maka dia akan kembali dijual.
Ketika melihat sosok asing di depannya, yang namanya Roy itu, terlihat seperti orang baik, Lusiana pun memilih mengikuti Roy. Dia mengikuti ke mana arahan lelaki itu, sampai ikut masuk ke unit apartemen lelaki tersebut.
Walaupun awalnya Lusi sedikit ragu saat akan masuk ke dalam, tapi sepertinya itu adalah pilihan lebih baik, daripada tertangkap oleh orang-orang suruhan Edo atau anak buah pria hidung belang.
"Masuklah!" kata Roy yang melangkah duluan dan membuka pintunya lebar-lebar. Dia yang masuk pertama kali kemudian di belakang disusul oleh Lusi.
"Masuk, aku tidak akan berbuat jahat!" ucap Roy saat melihat kegelisahan di muka Lusi.
Ternyata di dalam apartemen pria bujang itu sangat sepi, meskipun masih bujang, tempat tinggalnya lumayan rapi sekali. Tidak hanya penampilan Roy yang rapi dan wangi, tapi penampakan ruang apartemen lelaki itu juga nampak bersih dan rapi sekali. Roy mungkin pria perfeksionis. Yang mana semua harus teratur, tertata sempurna. Bahkan barang-barang pun ditata sebegitu apik dan enak dilihat. Lusi saja merasa kalah rapi dari pria tersebut.
Kini, Lusi sudah masuk. Roy juga mempersilahkan tamunya itu untuk duduk.
"Kau bisa duduk," kata Roy sambil meletakkan tasnya. Dia menatap penuh selidik, merasa curiga, juga merasa penasaran. Wanita muda ini siapa? Sampai mampu menarik perhatian pak Virgo.
"Bisa minta tolong pintunya dikunci saja!" pinta Lusi tiba-tiba pada Roy yang baru dia kenal beberapa waktu lalu.
Pria itu jelas kaget, Lusi tidak takut, malah minta pintunya ditutup. Benar-benar membuatnya bingung. Sebenarnya apa hubungannya sang bos dengan gadis polos di depannya ini? Dilihat dari tampilan, jelas beda kelas dengan bosnya itu. Pasti bukan kekasih, apalagi selingkuhan, lalu hubungan keduanya seperti apa? Banyak pertanyaan bergelut dalam kepala Roy.
"Maaf ... Apa kamu tidak takut dengan ku? Kamu tidak takut di dalam sini? Hanya ada kita berdua?" Roy sampai mengerutkan keningnya. Dia memastikan apa baik-baik saja kalau pintunya dikunci, tidak sekedar ditutup saja seperti sebelumnya.
"Tidak! Aku lebih takut di luar, seseorang sedang mengejar ku!" balas Lusi dengan tatapan waspada. Dia melihat ke arah pintu, seperti takut kalau ada yang masuk dari sana. Lusi mungkin juga trauma, siapa yang tak trauma ketika dijual terang-terangan di depan pria hidung belang.
Namun, kalau di depan Roy. Lusi kelihatan tidak takut. Mungkin juga karena Roy kelihatan seperti orang berpendidikan yang tak mungkin melakukan hal-hal buruk demi citranya. Auranya orang baik, Lusi meyakini hal itu.
"Maaf, kamu ini sebenarnya siapa? Kenapa sampai ada orang yang mengejar? Kamu seorang kriminal? Kamu melakukan kesalahan pada orang?" tebak Roy. Sebenarnya bukan itu yang ingin Roy ketahui, dia lebih penasaran hubungan spesial apa antara bosnya dengan gadis sederhana ini.
"Bukan!!! Saya hanya mahasiswi biasa!" jawab Lusi cepat sebelum dia mendapatkan cap negatif. Memang kalau dilihat-lihat, Lusi patut dicurigai. Sebelum kecurigaan Roy makin dalam, Lusi langsung menjelaskan. Walau tidak terlalu detail.
"Oh ... Seorang mahasiswi. Lalu apa hubungan Nona ... Maaf, boleh tahu namanya?" Roy menaikkan separuh alisnya sembari mengamati Lusi dengan saksama. Dilihat dari atas rambut sampai kaki, tidak ada yang istimewa. Apa selera bosnya seperti ini? Setahu dia, bosnya memang lama sendirian. Tapi jika tertarik dengan seorang wanita, apakah harus seperti ini? Belum apa-apa, Roy menilai Lusi dengan penilaian rendah. Mungkin karena penampilan Lusi saat itu. Orang selalu melihat dari penampilan dulu.
"Siapa namamu? Boleh kan aku tahu?" tanya Roy sekali lagi.
"Lusi!" jawab Lusi cepat. Masih dengan pandangan mata yang cemas ke sana ke mari tak fokus. Seperti sedang diteror hantu. Ini karena dia benar-benar gelisah dan diliputi rasa ketakutan.
"Oh .. Lusi. Boleh saya tahu, apa hubungan Lusi dengan dengan Pak Virgo?" tanya Roy lagi. Sudah mirip polisi yang mengintrogasi sang tersangka. Roy tidak bisa membendung rasa penasarannya itu. Karena juga tak mungkin berani bertanya langsung pada pak Virgo.
Ditanya seperti itu, Lusi pun bingung. Tidak mengerti dan tidak mau tahu juga. Ia mengerutkan dahinya, siapa Virgo? Jelas Lusiana tak kenal. Nama itu memang tak asing, karena sama seperti zodiak Lusi, Virgo. Namun, jika ditanya sosok pemilik nama itu, jelas dia tak tahu apa-apa. Kenal saja tidak.
"Maaf, siapa pak Virgo?" Lusi lantas bertanya balik. Karena nama itu juga asing ditelinga nya. Hampir tak punya kenalan dengan nama seperti itu.
Roy berdiri, tangannya masuk ke saku celana kain yang ia kenakan, kemudian menatap penuh selidik pada gadis yang sudah ia persilahkan duduk sebelumnya. Ini jawaban pura-pura atau memang mereka tak ada kaitannya? Roy sibuk menghitung kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
"Pak Virgo, pemilik Lotta Mart! Kau lihat gedung di sana, pusat perbelanjaan paling tinggi itu? Dia juga pimpinan perusahaan Globalindo. Masa kamu tidak tahu? Bahkan wajahnya sering muncul di majalah bisnis. Pasti kalian saling mengenal, ya kan?" tanya Roy sambil menunjuk kaca jendela apartemen yang menghadap gedung Lotta Mart. Roy juga seolah menunjukkan gedung di sebrang itu milik siapa.
Jelas Lusiana tahu, dia pernah beberapa kali masuk ke sana untuk belanja atau sekedar cuci mata dengan teman-temannya. Hanya tahu gedungnya saja. Masalah management dan siapa pemilik atau siapa saja yang punya saham di saja, Lusi tidak akan tahu.
"Kau perhatikan gedung itu? Pemiliknya akan ke mari. Pak Virgo, beliau meminta saya untuk menahan mu di sini, jadi sekarang katanya ... Sebenarnya kau ini siapa, Nona Lusi? Apa hubungan kalian sebenarnya? Maaf, jika saya terlalu ikut campur, tapi ini benar-benar menganggu pikiran saya saat ini," gumam Roy. Tatapan penuh curiga. Dia masih memperhatikan Lusiana dari atas rambut sampai kaki. Bisa-bisanya dia dibuat begitu penasaran dengan urusan pribadi bosnya itu.
Padahal selama ini dia bukan tipe orang yang suka ikut campur, apalagi masalah pribadi. Hanya saja ini lumayan seru, ada apa bos Globalindo dengan wanita biasa ini? Adakah skandal yang tidak dia ketahui? Sebagai sekertaris dah orang paling tahu tentang Virgo, jelas Roy merasa dia harus tahu siapa perempuan ini.
Anehnya, tentang wanita ini, tidak ada hal yang sangat istimewa, bukan seorang model terkenal yang bisa membuat pak Virgo tergila-gila, lalu kenapa pak Virgo memintanya menahan Lusiana? Seribu pertanyaan bersarang di kepala Roy yang mempunyai potongan rambut klimis dan maskulin tersebut.
"Ceritakan secara singkat saja, jika kamu tidak mau menjelaskan pada saya," kata Roy. Masih memaksa ingin tahu kebenarannya.
"Tidak tahu, saya tidak tahu pak Virgo siapa, dan saya juga tidak ingin mencari tahu. Tolong ijinkan saya menginap satu malam saja, besok pagi-pagi sekali saya akan pergi. Jika saya di ijinkan, saya akan sangat berterima kasih, tolong saya, satu kali ini saja." Lusi tak malu lagi, mau minta tolong untuk diijinkan menginap di sana. Bahkan ia sampai mengunakan kedua tangannya untuk memohon-mohon.
Melihat gadis asing memohon-mohon seperti itu, Roy mengerutkan keningnya. Ada apa ini? Tambah mencurigakan sekali.
"Kau minta menginap di apartemen ini? Yang benar saya! Bahkan aku tak pernah membawa perempuan tidur di tempat ini!" celetuk Roy sambil berkacak pinggang. Dia menolak keras Lusi menginap di apartemen pribadinya. Ini bukan hotel, kalau mau menginap, silahkan sewa hotel. Jangan malah minta padanya. Untuk sesaat, Roy kelihatan gusar dan marah. Ketus, wajahnya jadi garang.
"Tapi saya sekarang terdesak, tidak ada tempat yang bisa saya datangi."
"Itu urusan kamu. Sebentar lagi pak Virgo datang, lebih baik kamu bicara saja dengan beliau. Jangan malah membawa-bawa saya dalam urusan kalian. Saya tidak mau ikut campur!" tegas Roy.
"Saya mohon ..."
"Tidak bisa!" balas Roy tidak mau kompromi. Alhasil, Lusi langsung lesu. Lalu bagaimana nasibnya malam ini? Apa dia harus terlunta-lunta di jalan malam-malam begini? Bisa-bisa dia lebih celaka lagi. Anak perempuan tengah malam di jalan, sudah pasti hal itu sangatlah mengundang bahaya sekali.
Tok tok tok
Di tengah keduanya berbicara, ada yang mengetuk pintu apartemen Roy. Lumayan cepat sekali, pasti itu bukan Virgo, pikir Roy yang merasa Virgo pasti masih di jalan.
TOK TOKTOKK??!
Pintu diketuk sangat cepat. Lusi langsung waspada. Dia bangun, beranjak dan hendak bersembunyi ke belakang. Akan tetapi, lengannya ditahan oleh tangan Roy yang lebih besar tersebut.
"Tetap di tempat!" ujar Roy dengan tatapan tajam.
"Jangan ke mana-mana. Awas kalau kau bergerak!" ancam Roy. Biar Lusi tetap di tempatnya, karena dia masih punya tanggung jawab pada pak Virgo. Kalau sampai perempuan ini pergi, Roy akan kena getahnya.
Roy kemudian berbalik. Dia menuju pintu, sebelum membukanya, dia memeriksa dulu. Siapa yang ada di luar sana.
Sedangkan Lusiana justru menelan ludah, ia ingin sembunyi agar aman. Tapi kenapa susah sekali mencari tempat yang aman di dunia ini. Bayang-bayang akan kembali ditangkap langsung memenuhi kepalanya.
"Kau diam, aku akan periksa siapa yang datang!" ucap Roy, mewanti-wanti Lusi agar diam di tempatnya. Dia menoleh sekali lagi, memastikan Lusi tetap dan tidak kemana-mana.
Roy pun mengintip di pintu, ada dua pria berjaket jeans dengan topi di kepalanya, dari tampilan saja mencurigakan. Dari gerak geriknya saja sangat tak meyakinkan. Roy tahu, dia dalam masalah. Jelas orang itu tidak kelihatan orang baik-baik dan orang normal pada umumnya. Dirasa sangat mencurigakan kalau secara visual penampilan seperti itu.
"Siapa mereka berdua? Apa kata gadis itu benar? Dia sedang dikejar-kejar orang?" gumam Roy yang masih mengintip. Dia lalu berbalik lagi, dilihatnya Lusi yang duduk dengan cemas.
"Apa orang ini yang dia maksud?" gumam Roy.
"Apa aku harus telepon security?" tanya Roy pada dirinya sendiri.
"Sebaiknya aku tak membukanya, terlalu beresiko, pak Virgo akan memecat ku jika aku tak menahan perempuan ini." Roy memikirkanmu sesuatu.
"Tok! Tok! Permisi!"
Suara laki-laki di depan pintu. Pria di depan pintu mulai berbicara. Karena mereka yakin, di dalam pasti ada orangnya. Dua laki-laki itu sama sekali enggan beranjak dari depan unit apartemen Roy.
Sementara itu, Roy terlihat ragu, akan membuka atau tidak. Namun, pintunya semakin digedor. Kalau dibuka, dia pasti kena masalah. Lebih baik dia diamkan saja. Paling orang itu juga pergi dengan sendirinya.
Namun, tiba-tiba Roy mengumpat.
"Sialann!" umpat Roy pelan. Ia langsung menyentuh kenop pintu dan memutarnya lalu bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇