Terlihat jelas setiap tarikan bibirnya menampakkan kebahagiaan di raut wajah gadis itu. Hari di mana yang sangat di nantikan oleh Gema bisa bersanding dengan Dewa adalah suatu pilihan yang tepat menurutnya.
Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu timbullah pertanyaan di dalam hatinya. Apakah menikah dengan seseorang yang di cintai dan yang mencintainya, bisa membuat bahagia ?
1 Oktober 2024
by cherrypen
Terima kasih sebelumnya untuk semua pembaca setia sudah bersedia mampir pada karya terbaruku.
Bantu Follow Yuk 👇
IG = cherrypen_
Tiktok = cherrypen
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cherrypen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 29. AMP
Sania menundukkan pandangannya, terdiam sembari manik matanya bergerak ke kanan dan ke kiri berfikir mencari alasan harus menjawab Matteo dengan jawaban apa agar tidak menimbulkan kecurigaan, sampai pada akhirmya Mamanya Matteo menyela percakapan mereka.
"Mungkin maksudnya Sania agar kamu sama Dewa hubungannya terjalin dengan baik, tidak ada salahnya jika memberikan tanda kasih kan, lagipula kue buatan Sania sangat enak. Dewa pasti menyukainya," sela Mamanya Matteo.
"I-Iya Tuan, saya saat membuatnya memang tidak kepikiran buat Pak Dewa, tetapi saat Tuan mau ketemu rekan kerja saya pikir tidak ada salahnya memberikan kue," ujar Sania.
Matteo menatap dalam Sania. Sania pun menundukkan kepalanya sembari memipil ujung roknya. Dia sangat khawatir jika Matteo akan menolak membawanya, lantaran Sania sangat berharap Dewa akan mencicipi kue buatannya. Dengan begitu Dewa bisa teringat kembali dengan dirinya.
"Aku nggak mungkin bilang alasanku di balik ini, nanti Tuan Matteo tidak mau membawanya dan identitasku akan terungkap, kalau itu sampai terjadi Dewa akan mengalami masalah dan perusahaannya akan mengalami penurunan." batin Sania.
"Baiklah, kue ini akan aku berikan sama Dewa," celetuk Matteo.
Sanian seketika mendongak menatap wajah Tuannya. Hatinya terasa lega dan sangat bahagia. Bola matanya berbinar membulat tatkala Matteo bersedia membawa kue buatannya.
"Terima kasih Tuan Matteo," sahut Sania seraya menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Aku yang harus berterima kasih Sania, karena ide kamu ini bisa juga untuk mempererat hubunganku dengan Dewa," balas Matteo tidak lagi penasaran dengan rencana Sania.
"Sama-sama Tuan," balasnya seraya tersenyum bahagia.
Seperti biasanya Matteo selalu di kawal oleh ke dua bodyguardnya kemanapun dirinya pergi. Setelah sampai di kantor Dewa, Matteo langsung dipersilahkan masuk ke dalam ruangannya berserta dengan pengawalnya.
"Selamat siang Pak Dewa," sapa Matteo
"Selamat siang Pak. silahkan duduk," balas Dewa seraya berjabat tangan dengan Matteo.
"Mana kuenya," pinta Matteo pada bodyguardnya.
Bodyguardnya pun menyodorkan kue yang di bawanya. "Ini Tuan."
Matteo tersenyum lebar seraya memberikan bungkusan kardus berisi kue. "Ini buat Pak Dewa, ya isinya hanya sekedar kue coklat, tapi jangan di lihat dari bentuknya tetapi rasanya yang tiada duanya. Sangat lezat sekali," ucap Matteo.
Dewa pun menerima kuenya. "Terima kasih Pak Matteo malah merepotkan anda," balas Dewa sembari meletakkannya di ats meja.
Dewa dan Matteo pun membahas proyek kerja sama mereka. Dewa menunjukkan dengan sangat detail perkembangan pembangunan perumahan elit yang di bangun pada kawasan Jakarta Selatan. Hunian yang sangat mewah dan megah lantaran di tujukan untuk orang-orang kalangan atas seperti pejabat dan artis.
"Pak Dewa ini sangat hebat ya, sepertinya Saya tidak salah pilih mencari partner kerja. Pasti di balik semua ini ada wanita hebat di belakangnya," puji Matteo.
Raut wajah Dewa seketika berubah, ekspresinya kosong di dalam hatinya bergejolak rasa bersalah lantaran telah mengkhianati istrinya dengan senyum kaku dia pun menjawab Matteo. "Iya kelancaran usaha ini tidak lepas dari doa-doa istri saya," balasnya seraya menahan rasa bersalah.
"Baiklah Pak Dewa, saya permisi dulu."
"Kenapa terburu-buru Pak Matteo? Kita belum makan kuenya," tanya Dewa.
"Saya masih harus bertemu dengan klien yang lain, Kuenya ini untuk Bapak, Saya jamin rasanya tidak akan mengecewakan Pak Dewa," sambung Matteo seraya beranjak dari tempat duduknya dan berjabat tangan.
Setelah Matteo keluar dari ruangan kerja Dewa. Dewa melamun sembari menyenderkan bahunya kebelakang sembari memejamkan matanya. "Aku sudah berbuat kesalahan sama Gema, kalau dia mengetahuinya pasti hatinya akan hancur berantakan. Apa yang harus aku lakukan," batin Dewa.
Seorang wanita bertubuh seksi masuk ke dalam ruangan kerja Dewa. Dia berjalan mendekati Dewa dan berdiri di belakang kursi kebesaran atasannya. Ke dua tangannya menjulur ke depan meraba dada Dewa. Dia merundukkan kepalanya menautkan bibirnya dengan bibir Dewa.
"Sayang," panggil wanita bertubuh seksi dengan suara lembut.
Di saat Merry mulai kancing pada tautannya, tiba-tiba tangan Dewa menggenggam tangan Merry. Menghentikan aksi asistennya tersebut yang berniat mengajaknya memainkan permainan seperti biasanya.
"Ah ..., kenapa Sayang? Biasanya kamu sangat menyukainya," tanya Merry sembari duduk di meja kerja menghadap Dewa.
"Aku lagi tidak menginginkannya," sahut Dewa ketus. "Ambilkan piring, aku mau makan kue dari Matteo," perintah Dewa dengan nada dingin.
Merry seketika turun dari meja dengan wajah kesal. Dia kemudian melangkahkan kaki keluar menuju pantry. Dewa menatap punggung Merry dari atas sampai bawah. Merry memang cantik dan memiliki bentuk tubuh yang proposional. Dia juga pandai bekerja dan yang lebih menambah nilai plus nya adalah Merry sangat pintar bermain di atas ranjang berbeda dengan Gema. Gema lebih kurang aktif saat bermain di ranjang dengan suaminya. Akan tetapi, meskipun seperti itu di hati Dewa tetap masih ada Gema.
Setelah Merry mengambil piring. Dia kemudian memotong kue dan meletakkannya di atas piring kecil. "Ini sayang," ucap Merry seraya menyodorkan piringnya.
"Terima kasih, kamu temani aku makan kue ini," sahut Dewa.
Merry menganggukkan kepalanya. Dia juga menyantap kue tersebut dengan lahap. "Hemm ..., enak sekali kue ini. Sayang kenapa kamu hanya melihatnya?" tanya Merry.
"Tidak apa-apa," jawab Dewa.
Dewa memotong ujung kuenya dengan sendok kecil, kemudian mengunyahnya dengan pelan. Sontak matanya terbelalak merasakan rasa kue tersebut. Rasa yang tidak asing di lidahnya. Dadanya sektika bergemuruh teringat akan Mama kandungnya di saat membuatkan kue untuknya.
"Rasa kue coklat ini seperti buatan Mama," batin Dewa.
Untuk memastikan apa yang di pikirkan benar. Dewa langsung mengambil potongan kue yang besar lalu memasukkan ke dalam mulutnya hingga penuh sampai mulutnya mengerucut ke depan. Dia mengunyah seperti orang kelaparan, sedangkan Merry melihatnya dengan keheranan lantaran hanya sebuah kue saja bisa membuat Dewa sampai terlihat seperti makan makanan buatan chef terkenal.
"Dewa pelan-pelan makannya," celetuk Merry.
Dewa tidak menghiraukan ucapan Merry. Dia terus mengunyah tanpa disadari matanya memerah dan berkaca-kaca.
"Keluar kamu," bentak Dewa.
Merry seketika meletakkan piringnya kemudian pergi meninggalkan Dewa. "Dia kenapa hari ini? Aneh," batinnya.
Dewa memasukkan kembali kue tersebut dan melempar sisanya ke lantai hingga berceceran. Buliran-buliran bening mengalir dari pelupuk matanya. Dia menahan isak tangis, dadanya terasa sesak. Sambil menangis Dewa terus mengunyah.
"Ini benar kue buatan Mama. Aku tidak salah lagi, tapi Matteo dari mana mendapatkannya," ucapnya.
...Lanjut chapter selanjutnya yukkkk .......
...Tolong bantu author dengan memberi, vote, like, komentar dan suscribe semua itu bisa membuat author bertambah semangat...