Jika tak percaya adanya cinta pada pandangan pertama, Rayyan justru berbeda, karena semenjak melihat Mbak Tyas, dia sudah langsung menjatuhkan hati pada perempuan cantik itu.
Dan dia Rayyan Asgar Miller, yang jika sudah menginginkan sesuatu dia harus mendapatkannya dengan cepat.
"Ngapain masih ngikutin? Kan tadi udah aku bayarin minumannya tah!?"
"Bayarannya kurang Mbak!" Rayyan menyengir lalu menunjukkan sebelah pipinya. "Kiss sepuluh kali dulu, baru aku anggap impas."
"Astaghfirullah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DB DUA TIGA
Usai shalat Maghrib, Nabeel sempat menggedor pintu kamar Rayyan, dan setelah bermenit- menit tak mendapat jawaban, Nabeel keluar untuk mendatangi rumah Guntur.
Sudahlah, bukan hanya kali ini saja Rayyan berlaku seperti ini. Makanya Nabeel seolah membiarkan adik bungsunya.
Walau sebenarnya hatinya kini carut marut, sebab entah lah, semenjak Tyas mengatakan jika dia sudah memiliki suami, hati Nabeel seolah patah- patah menjadi kepingan kecil.
Rasanya, kisah cintanya ini seperti sebuah epilog tanpa adanya prolog. Gugur sebelum berkembang, dan enyah sebelum lahir.
Nabeel jadi berpikir, siapa kiranya lelaki beruntung yang mendapatkan Tyas. Definisi wanita muslimah yang nyaris sempurna di matanya; penyayang keluarga, rajin ibadah, dan paling tak bisa dipungkiri adalah cantik.
Quick, quick..
Di depan sana mobil sport barunya siap mengantar ke mana pun dia pergi. Dan saat dirinya hendak membuka pintu kendaraan itu, sebuah sapaan terdengar dari ambang pintu gerbang tingginya.
"Mas, Nabeel?" Seseorang yang cukup Nabeel kenal karena rata- rata manusia yang tinggal di lingkungan ini adalah pegawainya.
"Mas, Ervan, kan?" Nabeel menyatroni pemuda itu, lalu menyalaminya.
Usia Ervan memang sudah lebih tua dari Nabeel, tapi karena Nabeel anak dari pemilik perusahaan tempat di mana Ervan bekerja, maka Ervan wajib menyebutkan sebutan sopan.
Barusan Ervan membuang sampah, dan melihat mobil sport di depan rumah ini, Ervan berusaha mencari tahu siapa yang datang kali ini. Syahrul kah, atau Nabeel kah.
"Mas Nabeel di sini lagi?" Ervan sering melihat Nabeel dan Syahrul bolak- balik ke rumah ini, tapi jujur saja Ervan tak pernah melihat penghuni sesungguhnya.
Dengar- dengar gosip yang beredar, yang tinggal di sini itu anak bungsu Pak King Miller, sang CEO Millers corpora group. Dan tentu saja menjadi pewaris kesayangan.
"Iya, Mas ... adik bungsu lagi ngambek, makannya saya ke sini, tapi mungkin Senin ini saya sudah balik lagi ke Jakarta."
"Semoga selamat sampai tujuan, Mas." Ervan harus banyak berbuat baik, karena jabatannya masih harus naik kembali. "Mas mau mampir ke tempat saya?"
"Oh tidak, saya masih ada urusan." Nabeel menolak halus, dan setelah beberapa percakapan basa basi, Nabeel pamit untuk masuk ke dalam mobil sport miliknya.
Nabeel dan mobilnya bertolak keluar. Ervan hanya menatapnya dengan menggeleng pelan, karena agaknya beruntung sekali menjadi anak dari keluarga yang kaya raya seperti Mas Nabeel.
Mengingat mata hijau Nabeel, entah kenapa mendadak Ervan jadi teringat suami Tyas yang tengil dan bergajulan. Ervan merindu tapi pesannya pada Tyas tak ada satu pun yang dibalas.
Bagaimana kabarnya, bagaimana keuangannya, bagaimana tinggalnya. Ervan ingin tahu semua itu dari Tyas langsung.
Semoga saja Tyas segera dicampakkan suaminya. Karena setelah itu, Ervan akan kembali memungutnya untuk dijadikan istri.
Ervan kembali masuk ke dalam rumah, ia segera menaiki anak tangga lalu masuk ke kamar. Gorden putih abu- abu itu ingin Ervan tutup, sebelum dia menatap jendela kamar tetangga yang terletak di bawah sana.
Mungkin itu adik bungsu Mas Nabeel yang barusan dibicarakan. Berarti, adik bungsu Mas Nabeel sudah memiliki istri?
Siluet itu, jelas tampak seperti seseorang yang sedang bercumbu. Dan seketika Ervan kembali teringat pada Tyas.
Ervan menghela. Andai dia tak terlalu takut dengan larangan keluarganya, dia ingin bawa Tyas ke rumah ini untuk melakukan seperti yang sedang dilakukan tetangganya saat ini.
...°^\=~•∆•∆•~\=^°...
"Makin sayaaaang sama kamu." Rayyan cium pipi Tyas, itu karena Tyas selalu menurut, termasuk saat ada gedoran pintu Nabeel, dan Tyas dituntut untuk diam saja di sini.
Mereka sama- sama keluar setelah Rayyan bisa memastikan jika Nabeel keluar rumah dan takkan pulang dalam waktu dekat.
Sebab, dia tahu Nabeel sedang ada di rumah Guntur, dan sengaja Rayyan menyuruh Guntur si genius untuk menahan Nabeel di rumahnya setidaknya sampai Tyas selesai makan malam.
Tyas mulai membuka pintu lemari es, mencari serangkaian sayur yang bisa dia masak untuk makan malam. Ada kembang kol, wortel dan bahan lainnya.
"Mas alergi udang nggak?" Tyas mau membuat capcay seafood, maka sebelum itu, dia perlu pastikan jika suaminya tak alergi.
"Nggak." Rayyan suka sejenis seafood, bahkan dulu dia sering memancing ikan, udang, bahkan kerang sendiri.
Tyas tersenyum kecil, lalu meraih segala macam bahan mentah yang dia butuhkan untuk kemudian dicucinya. "Mau aku bantu apa, Sayang?" bisikkan meresahkan yang Tyas dengar di telinganya.
"Bantu iris wortel deh." Tyas sengaja memberikan pekerjaan itu, setidaknya demi tak membuat Rayyan terus mengganggunya.
"Begini motongnya."
Rayyan menyengir, ketika Tyas memperlihatkan tutorial cara memotong agar sesuai dengan potongan yang dia mau.
"Ok!" Rayyan mengecup pipi Tyas yang agaknya sudah tak kaget lagi dengan aksinya.
Tyas kembali ke bahan lainnya. Dan lalu kembali menoleh ke arah Rayyan seketika pemuda itu memutar musik beat.
"It's my life..."
"Mas, ngapain sih?!" Tyas mengecilkan musiknya, karena dia tak suka musik yang beat dan terlalu bising seperti itu.
Ok, Rayyan punya lagu yang cocok untuk mereka berdansa. Rayyan putar lagu snowman, dan meraih tangan Tyas untuk diajaknya berputar bersamanya.
"I want you to know that I'm never leaving
'Cause I'm Mrs. Snow, 'til death we'll be freezing. Yeah, you are my home, my home for all seasons. So come on, let's go..."
"Mas!" Tyas protes karena dia ke dapur bukan untuk berdansa tapi memasak. "Stop ganggu aku, bisa kan?!" pekiknya.
Hehe, Rayyan menyengir karena hanya itu cara Rayyan merespon. Rayyan kembali memotong wortelnya, sampai Tyas kembali digegerkan dengan teriakan pemuda itu.
"Huaaa!" Rayyan juga menundukkan tubuhnya, menyembunyikan jarinya yang sepertinya terkena pisau. "Kenapa, Mas?"
"Ber ghuuuyyyooon." Kecupan frontal Rayyan yang akhirnya menjawab kegelisahan Tyas.
"Astaghfirullah, apa sih, nggak lucu!" Tyas ketus tapi Rayyan malah tertawa geli melihat ekspresi wajah istrinya.
Yang lebih membuat Tyas geram adalah, sempat sempatnya Rayyan memamerkan tanda cinta dengan dua tangannya. "Aku tresno sliramu."
Tyas memutar bola matanya, karena tak sampai di situ, sungguh keanehan lain yang Tyas dapatkan dari suami berondongnya adalah, potongan wortel yang entah bagaimana bisa semuanya berbentuk love.
Ingin marah, tapi Tyas berpikir bahwa Rayyan ini sama persis seperti gambaran suami bucin yang ada di dunia pernovelan. Jadi ya sudahlah, Tyas biarkan saja kali ini.
Tyas meraih udang untuk dikupas, dia lalu beralih pada Rayyan yang dengan sigap mengambil alih bahan itu. "Biar aku bantu kupas," katanya.
Tyas diam terpaku menatap suaminya, jujur saja Tyas sedikit terkejut karena ternyata Rayyan bisa semua treatment memasak yang dia kira tak pernah bisa dilakukan pemuda preman seperti Rayyan ini.
Keduanya berlanjut sampai selesai, Tyas selalu dibuat cekikikan karena ulah gila Rayyan yang kadang tiba- tiba memberinya kejutan. Contohnya, menggendong dirinya hingga duduk di meja dapur.
"Rayyan!" Tyas mendorong pundak Rayyan karena dia mulai panas dengan sentuhan sentuhan lembut suaminya. "Aku masih..."
Bagaimana lagi? Kecupan itu membuat mereka kenyang sebelum makan. Dan yang membuat Rayyan suka, ketika Tyas mulai bisa membalas pagutan bibirnya.
"I love you, Ning Tyas."
...(Berguyon, bercanda.) (Tresno sliramu, cinta kamu.)...
banyak yang suka dan menunggu setiap up dr semua cerita mu.
sukses selalu Thor 🙏🏻😍