NovelToon NovelToon
SEKILAS WAJAH SAYU

SEKILAS WAJAH SAYU

Status: sedang berlangsung
Genre:Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Me Azalea

Kehidupan Zevanya hancur, semenjak dirinya bertemu dengan seorang pria yang bernama Reynald. Pria itu menyebabkan dirinya harus mendekam didalam penjara yang dingin. Bahkan Zevanya harus menerima hukuman mati, setelah dirinya tertangkap tangan oleh polisi Bandara membawa sejumlah heroin dan pil ekstasi di koper miliknya.

Apakah Reynald , kekasihnya itu dengan sengaja menjebaknya? Ataukah ada orang lain yang ingin memisahkan cinta mereka?

Apakah dendam dalam diri Zevanya terbalaskan, setelah dirinya selamat dari eksekusi mati yang dijatuhkan oleh pengadilan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Azalea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. KEHAMILAN YANG TAK DIHARAPKAN

Zevanya membuka matanya perlahan, tubuhnya masih terasa lemah. Rasa mual diperutnya sudah tidak lagi terasa.

“Sudah merasa baikan, Nona?” Seorang dokter wanita berusia lima puluhan, memeriksa denyut nadi Zee dengan dua jarinya.

“Saya sekarang sudah merasa nyaman, dok,” Zevanya berusaha untuk bangun.

Namun, kepalanya kembali terasa berputar. Zee memejamkan matanya sejenak dan membuka lagi segera.

“Kalau masih pusing, istirahatlah dulu!” Kata dokter Suci merapikan selang infus disisi Zevanya.

“Ada apa dengan saya,dok? Apa hanya masuk angin saja?” Tanya Zee.

“Apakah kamu tidak tahu, jika kamu sekarang hamil?” Tanya dokter itu balik bertanya.

“Apa? Aku hamil?” Zevanya tampak bingung . Dia menatap dokter itu seolah tak percaya. Kerongkongannya terasa tercekat. “Tidak mungkin,” Zee menggeleng lemah.

“Iya, usia kehamilanmu sekarang sekitar 16 Minggu, apakah suamimu juga tidak mengetahuinya?”

“Aku belum menikah, dok?” ucap Zee lirih.

Zevanya memejamkan matanya sesaat, matanya berkaca-kaca mengingat saat ini di rahimnya hadir benih cinta antara dirinya dengan Reynald.

Lama Zevanya terdiam, rasa sesak dalam dadanya tidak lagi bisa dibendung. Akhirnya tumpah membanjiri wajahnya yang tampak kacau.

“Nona Zee,” dokter wanita bernama Alice menggenggam tangan Zee, berusaha menenangkan.

Zevanya tak bergeming, dia menangis terisak-isak. Dokter Alice memeluk wanita muda itu, membiarkan Zevanya menumpahkan kegundahan hatinya.

Hingga tangisan itu reda dengan sendirinya.

“Aku tidak mau, aku tidak mau melahirkan anak ini, dok,” teriak Zee histeris. “Ya Tuhan ,cobaan apalagi ini? Kenapa Engkau memberiku musibah bertubi-tubi begini,” keluh Zee.

“Zee, tenanglah! Apakah kamu ingin, aku menghubungi keluargamu?” kata dokter Alice lembut.

Zee menggeleng, tidak ada keluarga yang bisa dia hubungi. Karena memang, Zevanya tidak punya siapa-siapa lagi. Dia adalah anak yatim-piatu yang dibesarkan di panti asuhan. Hanya Bibi Patricia yang dia miliki, namun Zee tidak ingin merepotkan wanita pemilik panti asuhan tempat dia dibesarkan.

“Aku tidak punya siapa-siapa, dok, aku anak yatim piatu,” jawab Zee sedih.

“Kalau begitu, kamu bisa menumpahkan semua beban dihatimu padaku, aku akan mendengarkan semua keluh kesah mu,”ujar dokter Alice menenangkan.

“Terimakasih, Dok. Anda baik sekali,” Zee melepaskan tubuhnya dari pelukan dokter Alice.

Zevanya menarik nafasnya perlahan. Ada sesuatu yang ingin dia ungkapkan pada dokter Alice.

“Jika ada yang ingin kamu sampaikan, bicaralah!” Kata dokter Alice.

“Dok, aku tidak menginginkan anak ini, tolong bantu aku untuk menggugurkannya,” jerit Zee merintih.

Dokter Alice menatap lekat wajah cantik dihadapannya itu. Tangannya mengusap lembut pipi yang basah itu.

“Nona Zee, jika kamu percaya pada takdir Tuhan, rawatlah anakmu dengan baik. Jangan biarkan kebencian menutup hatimu, anakmu berhak untuk hidup, berhak untuk mendapatkan kasih sayangmu. Percayalah, anak ini akan tumbuh dengan baik. Dia akan menjadi malaikat kecil kebanggaanmu.” nasehat dokter Alice.

Zevanya menelan ludahnya kasar.

“Maafkan aku, dokter. Jika aku mati, dia akan tinggal dengan siapa, bagaimana jika dia berada ditangan orang yang salah,”

“Berdoalah pada Tuhan, agar kecemasan tidak menghantui hatimu. Doakan yang terbaik untuknya. Izinkan dia hidup, oke!” Dokter Alice tersenyum ramah.

Zevanya kembali diam tak bergeming. Ucapan dokter Alice memang ada benarnya. Namun keraguan masih menyelimuti hatinya.

Perlahan tangannya menarik jarum infus yang menancap di lengannya.

"Apa yang kau lakukan, Zee! Berhentilah menyakiti dirimu sendiri, kau bisa mati!" dokter Alice berteriak kaget.

" Aku tidak peduli, Dok. Jiwaku memang sudah mati. Aku benci dengan semua ini, aku benci padamu Reynald Wilson...!" Zee berteriak kesetanan, sambil memukul mukul perutnya yang masih rata.

Dokter Alice memanggil perawat untuk membantu menenangkan Zee, namun karena wanita itu berontak, akhirnya dokter Alice memberinya sebuah suntikan penenang. Tak lama, tubuh malang itu melemah, hingga akhirnya tertidur dalam pengaruh obat bius.

Dokter Alice menarik nafas panjang, ia sedikit merasa lega, setidaknya Zee bisa tenang untuk malam ini.

*******

Setelah merasa lebih baik, Zevanya kembali ke dalam selnya. Marilyn menyambutnya dengan senang.

“Sudah merasa lebih baik, Zee?” Sapanya begitu Zevanya duduk di ranjang kecilnya.

“Ya, saya merasa lebih baik, Nyonya Marilyn,” jawab Zee gontai.

“Jangan panggil aku nyonya, panggil saja aku Marilyn!” Ucap Wanita paruh baya itu.

“Maaf sebelumnya, apakah kamu hamil?” Tanya Marilyn menduga-duga.

Zee mengangguk.

“Sudah kuduga, apakah kamu tidak ingin memberitahu ayahnya?”

“Aku membencinya, Marilyn. Akan lebih baik bagiku jika dia tidak mengetahuinya,” wajah Zevanya kembali muram.

“Jika kau ingin, kau boleh menceritakannya padaku, jika ada yang ingin kamu bicarakan, sekarang beristirahatlah!” Marilyn meninggalkan Zee dan membiarkan wanita itu untuk beristirahat.

******

Zevanya merasa lega, setelah wanita bernama Ely tidak lagi berada satu sel dengannya. Apalagi dengan adanya Marilyn, wanita baik itu sangat perhatian padanya. Marilyn tidak membiarkan seorang napi pun mengganggu Zee.

Bahkan, Marilyn sangat disegani oleh narapidana lain di sel itu. Namun, diluar sel nomor 10, Zee kadang sering mendapatkan perundungan dari napi lain yang berpihak kepada Ely.

Jam makan siang tiba. Zee pergi sendirian ke ruang makan tanpa Marilyn. Marilyn sedang berobat ke klinik penjara.

Setelah mengambil makanan di prasmanan, Zee mencari bangku kosong untuk duduk.

Tiba-tiba seseorang menabrak dirinya hingga isi nampan ditangannya jatuh berserakan.

Zee menatap tajam kearah orang yang menabraknya. Seorang wanita bertubuh gempal dan memiliki tato pada sekujur tangannya. Dia adalah Ely, wanita yang dipindahkan keruangan lain, setelah mengganggu Zee, saat pertama kali masuk kedalam penjara.

“Kamu mau makan, makan ini!” Ucap Ely sambil tertawa menyeringai.

Zee diam, dia memandang nasi yang berserakan dilantai dengan perasaan marah.

“Ayo makan!” Bentak Ely, sambil menekan kepala Zee ke bawah.

“Aku tidak mau,” jawab Zee berontak.

“Pegang dia!” Perintah Ely pada anak buahnya.

Dua orang teman Ely menahan kedua tangan Zee dengan kuat.

Ely menarik rambut Zee kebelakang, dengan kasar wanita itu memaksa Zee menelan makanan kotor yang di pungut dilantai.

Zee meludahkan makanan itu kewajah Ely, membuat wanita itu semakin marah. Wanita itu menampar wajah Zee dengan keras.

“Hentikan!” Teriak sipir wanita bernama Maggie memisahkan keduanya.

“Lagi-lagi kamu, Ely,” omel Maggie. “Katie, masukkan wanita ini keruang isolasi!” perintah Maggie pada temannya.

“Baik, nona Maggie!” sahut Katie, sambil menarik Ely bersama salah seorang temannya.

“Nona Zee, kamu ambil lagi makananmu, kembalilah ke sel,” perintah Maggie.

“Terimakasih sudah menyelamatkan saya, nona Maggie,” ucap Zee tulus.

“Mmh,” jawab Maggie dengan wajah datar.

Nona Maggie terkenal sebagai sipir yang kejam bagi siapa saja yang melanggar aturan di penjara itu. Namun, dia juga memiliki hati yang baik dan suka membela narapidana yang tertindas.

*******

Disaat Zee kembali ke sel, dia bertemu Marilyn yang berbaring di ranjangnya.

“Marilyn, apakah kamu sakit?” Tanya Zee penuh perhatian.

“Tidak Zee, aku hanya lelah, dokter Alice sudah memberikan suntikan vitamin padaku,” jawab Marilyn.

“Syukurlah!” Ucap Zee, sembari duduk disisi Marilyn.

“Ada apa denganmu, kenapa wajahmu terluka?” Tanya Marilyn cemas, menunjuk bekas tamparan Ely diwajahnya.

“Aku bertemu Ely,” ujar Zee lirih.

“Wanita sialan itu,” gerutu Marilyn geram.

“Untunglah, nona Maggie dan Nona Katie datang tepat waktu,” adu Zee.

“Bagaimana perasaanmu, sekarang?”tanya Marilyn.

“Aku merasa kacau, Marilyn. Aku takut melahirkan anak ini,” ungkap Zee jujur.

“Zee, berikan anakmu kesempatan untuk hidup, percayalah pada takdir Tuhan. Dia akan melindungi mu suatu saat nanti,” nasehat Marilyn.

*****

Para tahanan wanita di sel yang sama dengan Zee dan Marilyn menatap keduanya dengan penuh pertanyaan.

“Ada apa dengannya, Marilyn?” Tanya Veronica, seorang wanita kurus berusia 45 tahun seorang terpidana kasus penipuan.

“Dia hanya kelelahan,” jawab Marilyn tenang, sambil berbaring dengan tangan dia jadikan penopang kepala.

Marilyn menarik nafas berulang-ulang. Hatinya bimbang. Haruskah dia memberitahukan kehamilan Zee pada teman-teman sesama penghuni sel tersebut. Atau membiarkan mereka mengetahui dengan sendirinya.

" Apa dia sudah menikah?" Tanya Laura wanita bertubuh tinggi, dan dia adalah terdakwa kasus korupsi.

"Entahlah, aku juga tidak tahu !" Jawab Marilyn.

"Tapi dengan sikapnya yang penuh amarah tadi, seperti nya belum." Jawab Marilyn lagi.

Wanita itu kemudian mencoba memejamkan matanya. Tubuhnya juga terasa lelah. Tak lama kemudian, Marilyn terlelap dalam buaian malam, yang mulai sepi. Sementara para penghuni rutan lain sudah kembali ke peraduan masing masing.

******

Zee terbangun saat matahari mengintip dari balik jeruji besi yang dingin.

Masih terpancar rasa kecewa dan amarah di wajahnya yang tampak semakin pucat. Matanya sembab, karena terlalu sering mengeluarkan air mata .

"Apa yang harus kulakukan?" Hatinya bimbang.

"Apakah aku bisa merawatnya, sedang aku terkurung disini, sementara hukuman mati pasti akan aku jalani. Bagaimana nasibnya, jika nanti aku tidak ada?"

Zee merasa dilema.

"Bagaimana keadaanmu, Zee?" Marilyn menyapa dengan lembut. Menghampiri Zee, setelah wanita itu keluar dari kamar mandi.

"Seperti yang kau lihat, Marilyn. Tubuhku rasanya lebih baik, tapi tidak dengan hatiku." Keluh Zee lemah.

"Ke marilah, Nak! ....biarkan aku memelukmu!" Marilyn mendekati ranjang tempat Zee berbaring. Zee berusaha untuk duduk dan masuk kedalam pelukan hangat yang diberikan Marilyn, pelukan hangat seorang ibu, yang tidak pernah Zee rasakan .

Cukup lama, Zee diam dalam pelukan Marilyn. Belaian lembut wanita itu mengusap punggungnya membuat Zee merasa tenang.

Zee menarik tubuhnya perlahan dari dalam pelukan Marilyn.

"Terima Kasih, Marilyn!" Ucap Zee dengan tulus.

"Tidak perlu berterimakasih Zee, aku sudah menganggap kamu seperti putriku sendiri, aku akan melindungi mu ditempat yang kejam ini, ku pastikan tidak ada yang akan menyakitimu."

"Kau begitu baik, Marilyn. Aku bersyukur bertemu denganmu, aku tidak lagi takut menghadapi apapun yang akan terjadi dimasa depan,” kata Zee yakin

"Oleh karena itu, satu nasehatku, biarkan janin dalam perut mu hidup, dia juga berhak untuk melihat dunia." Kata Marilyn sambil menggenggam tangan wanita muda itu erat.

Zee menggeleng lemah.

"Marilyn, kau tahu aku adalah seorang terpidana mati kasus penyelundupan narkoba, aku adalah seorang ibu yang buruk, bagaimana bisa dia menghadapi dunia yang kejam ini, seandainya dia tahu siapa aku, Dunia akan merundungnya, jika eksekusi mati itu tiba, dia akan menderita sendirian. " Zee kembali menangis, membayangkan anaknya akan sendiri nantinya jika dia mati.

“Aku tidak mau, apabila anakku menjadi sepertiku, Marilyn, aku tidak mau dia menderita sendirian." Kata Zee lagi.

" Aku berjanji akan membantu merawat anakmu kelak, Zee. Jika aku sudah keluar dari rutan ini, aku akan membawanya bersamaku. " Kata Marilyn mencoba meyakinkan.

Kemudian dia berkata lagi.

" Kau tahu, aku dan suamiku sangat menginginkan seorang anak , tapi Tuhan tidak mempercayaiku untuk memilikinya, aku mandul, suamiku pergi meninggalkanku dan menikah dengan perempuan lain, karena hasutan orang tuanya. " Marilyn berkisah sedikit tentang hidupnya.

Zee merasakan ketulusan dibalik semua perkataan yang Marilyn ucapkan.

Perlahan tangannya mengelus perutnya yang masih datar, ada getaran halus yang menjalar ke setiap aliran darahnya. Menghangatkan jiwanya yang hampir mati.

Zee mengangguk, ...setelah meyakinkan diri nya untuk bertahan hidup bersama janin dalam rahimnya, dibalik kerasnya kehidupan di balik tembok penjara. Apapun yang terjadi.

“Terimakasih, Marilyn!” Ucap Zee tulus.

Bersambung.

1
Nazhifa Azalea
Thank you!
Nus Wantari
semangat Thor..🥰🥰🥰🥰
Nus Wantari
terimakasih Thor...up nya di tunggu
Nazhifa Azalea
makasih Komen nya KK, mohon masukannya, agar karya saya bisa diterima
Nus Wantari
lanjut Thor ...ga sabar nunggu up lg..seru
Nazhifa Azalea: Makasih Kak! Semoga nggak bosan nungguin karya saya, sampai tamat ya! 🙏🥰
total 1 replies
Yuli Efendi
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!