1. Gairah sang kakak ipar
2. Hot detective & Princess bar-bar
Cerita ini bukan buat bocil ya gaess😉
___________
"Ahhh ... Arghh ..."
"Ya di situ Garra, lebih cepat ... sshh ..."
BRAKK!
Mariam jatuh dari tempat tidur. Gadis itu membuka mata dan duduk dilantai. Ia mengucek-ucek matanya.
"Astaga Mariam, kenapa bermimpi mesum begitu sih?" kata Mariam pada dirinya sendiri. Ia berpikir sebentar lalu tertawa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Garra terus menatap sosok Mariam yang hampir menghilang dari pandangannya. Lelaki itu mengusap-usap lembut bibirnya mengingat ciuman panas mereka tadi kemudian tersenyum dan pergi dari tempat itu.
Selepas kepergian Mariam yang di ikuti Garra, seseorang lainnya ikut keluar dari persembunyian di balik tembok.
Lani.
Orang itu adalah Lani. Ia memang sedang mencari Garra karena lelaki itu tidak juga kembali keruangan. Namun dalam pencariannya, Lani tidak sengaja melihat Garra tengah berciuman dengan gadis sedang mengejar-ngejarnya tersebut. Ciuman itu berlangsung tidak terlalu lama, tapi sangat panas. Sanggup membuat Lani di bakar api cemburu.
Jelaslah Lani cemburu. Karena ia diam-diam menyukai Garra juga. Ia lihat jelas tadi Mariam yang memancing Garra dengan mencium lebih dulu pria itu. Tapi Lani tidak menyangka Garra akan membalas dengan ciuman yang lebih hot. Oh astaga, Lani merasa marah, merasa cemburu. Merasa bahwa Garra tidak cocok dengan perempuan lebay dan bar-bar macam Mariam itu.
Garra adalah laki-laki baik-baik. Lani tidak mau laki-laki yang diam-diam dia sukai tersebut mendapatkan perempuan tidak baik seperti Mariam. Ya, menurutnya Mariam bukan perempuan baik-baik. Mana ada perempuan baik-baik bertindak lebih dulu dengan memancing laki-laki yang di sukainya, jelas itu bukan perempuan baik-baik di mata Lani.
Saking kesalnya, Lani tidak kembali keruangan Garra. Ia memutuskan ke toilet untuk menenangkan pikirannya sebentar. Namun bukannya lebih tenang, Lani malah melihat perempuan itu sedang bersih-bersih di dalam toilet wanita sambil bersiul-siul. Tidak ada orang lain di sana. Hanya ada gadis itu, dan Lani yang baru masuk.
Mariam berhenti bersiul dan sedikit membungkuk ke Lani. Ia kenal wanita itu karena selalu muncul bersama Garra dan Aldo. Mereka satu tim. Tapi Mariam merasa wanita itu adalah sosok yang kaku. Buktinya, ia tidak pernah tersenyum sekalipun pada Mariam. Cenderung dingin. Entah itu memang sudah sifat bawaannya yang ia tunjukkan ke semua orang, atau memang wanita itu saja yang tidak suka padanya.
"Kamu," Mariam yang kembali mengepel lantai toilet mendongak.
"Kau yang memanggilku? Ada perlu?"
tanya Mariam mencoba ramah.
"Kau sengaja bekerja di sini untuk mengejar Garra bukan?"
"Mm." Mariam mengangguk. Toh itu memang kenyataan. Garra tahu, yang lain juga tahu.
"Kalau kau tidak betul-betul ke sini untuk bekerja, lebih baik berhenti saja. Ini kantor polisi, bukan tempatmu mengejar cinta. Masih banyak orang lain yang lebih butuh pekerjaan ini dibanding kamu yang hanya suka main-main." kata Lani tegas.
Mariam tidak suka mendengar kalimat seolah memerintah itu. Garra dan yang lain saja tidak keberatan dia bekerja di sini asalkan tidak membuat rusuh, Tapi kok malah wanita itu yang peduli? Memangnya dia siapa sampai melarang-larang segala.
"Dengar ya ibu detektif yang terhormat, aku tuh di sini memang tujuan utamanya buat mengejar Garra. Tapi kan aku juga butuh pekerjaan biar ada pemasukan. Orangtuaku lagi hukum aku dan narik semua kartu aku. Jadi aku nggak ada uang sama sekali. Hanya bisa kerja. Berarti aku juga butuh kerjaan dong. Lagian, selama ini kan kerjaan aku baik-baik aja, kok situ yang sewot sih? Aneh." kata Mariam panjang lebar. Kesal dia lama-lama sama perempuan sok tegas ini.
Lani makin tidak suka pada Mariam. Berani-beraninya perempuan itu membalasnya tanpa gentar, padahal semua cleaning service di departemen ini semuanya sangat menghormatinya. Dari pekerjaan saja level mereka sudah berbeda.
"Kamu pikir dengan bekerja di sini kamu bisa mendapatkan hati Garra? Aku kenal sekali pria itu. Dan kamu, bukan tipenya."
Tuh kan. Makin kesal Mariam mendengar wanita itu.
"Sayang sekali anda salah, Garra sudah jadi milikku sekarang." katanya sambil berkacak pinggang. Lani ingin membalas lagi namun kedatangan orang lain membuatnya terhenti. Lani tidak ingin jadi bahan gosip nantinya.
Akhirnya wanita itu memutuskan keluar dari situ.
"Dia kenapa? Kok kayak kesal gitu?" Nindy bertanya. Ternyata wanita itu yang masuk.
"Katanya aku kerja di sini cuma buat main-main. Memangnya kamu lihatnya begitu? Kan setiap hari aku kerjanya beneran. Menyapu, ngepel, bersih-bersih, semuanya aku lakuin. Emangnya bisa aku lipsing doang?" Nindy yang awalnya ingin menghibur Mariam, berakhir dengan menatap aneh gadis itu.
Kok arahnya malah ke lipsing ya? Hubungannya apa coba? Tapi sekali lagi, ini Mariam. Dia tidak perlu heran.
"Udah, nggak perlu dipikirin. Kan kita-kita yang liat kamu beneran kerja." ucap Nindy akhirnya. Mariam masih memasang wajah kesalnya.
_____________
Jam menunjukan pukul tujuh malam. Semua teman-temannya sudah pulang sejak tadi. Tersisa Mariam. Ia baru terbangun. Gadis itu ketiduran diruang ganti. Ketika ia keluar, departemen tersebut pun sudah sepi. Hanya tersisa beberapa orang polisi yang shift malam berjaga di sana.
Garra udah pulang belum ya?
"Non Mari," seorang laki-laki jangkung dengan tubuh kekar memanggil namanya. Mariam tidak kenal. Ia menatap pria itu dari atas ke bawah. Cukup tampan, bisa jadi model. Tapi dia siapa? Kok memanggilnya dengan embel-embel non?
"Kamu siapa?" tanya Mariam kemudian
"Panggil saja aku Ran, mulai sekarang aku adalah sopir dan pengawal pribadi nona." kata lelaki bernama Ran tersebut. Mariam berpikir panjang.
"Ah, sopir yang dibilang Garra tadi itu kamu?" gadis itu akhirnya ingat perkataan Garra sore tadi. Ran mengangguk.
"Nona mau pulang sekarang?" tanya lelaki itu lagi.
"Garra-nya sudah pulang belum?"
"Tuan muda masih bekerja diruangannya."
"Sendiri?"
"Tadi ada rekan-rekannya, tapi sekarang tinggal tuan muda sendiri."
Raut wajah Mariam berubah senang.
"Kalau begitu kamu tunggu di mobil, aku mau menemui Garra sebentar." kata gadis itu lalu cepat-cepat berjalan menuju ruangan Garra.
Ran, pengawal pribadinya yang dipekerjakan sama Garra akhirnya memutuskan menunggu di mobil, seperti kata Mariam.
Sepertinya jam begini kantor memang sepi. Karena sudah beberapa kali Mariam mendapati hanya ada satu atau dua orang polisi yang tersisa di depan saat malam hari.
Dan seperti biasa, Mariam masuk ke dalam ruangan Garra tanpa mengetuk.
"Hai ganteng," seru Mariam. Garra yang tengah sibuk membaca berkas menaikkan kepalanya menatap Mariam.
"Bukankah aku menyuruhmu langsung pulang habis kerja?" ucap pria itu.
Mariam hanya tersenyum, terus melangkah ke arahnya, memutar kursi putar yang pria itu duduki dan langsung duduk di atasnya.
"Mariam, ini kantor. Jangan begini, cepat turun,"
"Nggak apa-apa. Kan di sini nggak ada cctv." gumam Mariam mengerlingkan mata indahnya seraya membelai wajah tampan Garra.
nemu novel ini
baca sambil ngakak dewe
wkwkwkkkkkakakaaaa
malem² lagi
byuhhhh