Berlatar era Dinasti Shang Tiongkok.
Bermunculan beberapa Aliran Perguruan terkemuka, Aliran Tao, Aliran Giok Putih, dan Aliran Pedang Iblis. Ketiga Aliran bersaing dalam hal bela diri termasuk mendapatkan pengakuan sebagai Pelahap Dosa terkuat.
Wang Yi, seorang pemuda buta dari Aliran Tao yang terbuang dari keluarga. Takdir membawa dirinya menjadi seorang Pelahap Dosa atau Pemakan Dosa. Wang Yi memiliki tugas memakan dosa orang lain. Kutukanlah yang membawanya menjadi pemuda buta dan memakan dosa manusia lain. Akibat karma buruk dari kehidupan sebelumnya.
Bagaimanakah petualangan Wang Yi melawan makhluk misterius yang terbentuk dari tumpukan dosa? dan memecahkan misteri pembunuhan dari setiap perjalanannya?
Mampukah Wang Yi mematahkan kutukan dirinya sebagai Pelahap Dosa?
Yuk ikuti ceritanya😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyelamatkan Pendeta Shaosheng
Wang Yi dan Shirong membawa Pendeta Shaosheng kembali ke pondok. Shirong sudah melakukan pencegahan supaya luka yang diderita Sang Pendeta tidak terlalu dalam. Di belakangnya, di susul Rong Rui dan dua petugas dari Biro Kehakiman.
“Gege, kita harus menyelamatkannya. Kilatan pedang milik wanita pengering mayat memberikan luka yang dalam,” Shirong membuka pembicaraan.
Tangan Wang Yi meraba-raba luka di dada Pendeta Shaosheng. Lukanya cukup dalam.
“Kau dijuluki tabib berbakat. Jadi lakukan sesuatu,” balas Wang Yi nampak cemas.
Shirong diam sejenak, lantas dia menatap Wang Yi.
“Ada satu cara tercepat untuk menyembuhkan Pendeta Shaosheng yaitu dengan menyalurkan energi Qi yang sangat besar padanya. Jika menunggu racikan tanaman obat dariku. Aku takut waktunya tak akan cukup,”
“Jika itu jalan keluar saat ini. Biarkan aku yang melakukannya,” ucap Wang Yi yakin.
“Ta…tapi… energi Qi mu tidak sebesar itu. Jika kau memaksakan diri, kau lah yang akan terluka,” balas Shirong. Dia juga tidak ingin terjadi apa-apa pada Wang Yi.
“Tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Wang Yi. Dia mendapat berkah energi Qi secara kebetulan,” timpal Rong Rui sambil melipat tangannya.
Giliran Shirong menatap Wang Yi penuh tanda tanya.
“Apa kau merasa iri karena aku lah yang mendapatkan energi Qi yang seharusnya menjadi milikmu?” tanya Wang Yi.
Rong Rui mengulas senyum tipis, “aku tidak ingin berdebat untuk sesuatu yang tidak berguna.”
Lantas Rong Rui melangkah keluar dari Pondok Shirong.
“No… Nona Rong Rui…” panggil Petugas Yuen yang bergegas menyusul gadis itu.
Menyisakan Petugas Chao yang tinggal di sana. Sepeninggal keduanya, Shirong melirik Wang Yi dengan tatapan penuh selidik.
“Aku penasaran dengan yang terjadi pada kalian berdua? Saat jatuh ke Jurang Kematian?” tanya Shirong sembari melempar tatapan curiga.
Bletak!
Wang Yi langsung memukul kepala Shirong. Pemuda itu hanya meringis dan mengelus kepalanya.
“Jangan membicarakan sesuatu yang tidak berguna. Sebaiknya kita segera menolong Pendeta busuk,” jawab Wang Yi.
Shirong yang dibantu Petugas Chao membantu menyiapkan sebuah bak besar berisi air hangat yang akan digunakan Pendeta Shaosheng berendam. Beberapa ramuan tanaman kering di masukkan ke dalam bak kayu tersebut.
“Petugas Chao, tuan tidak perlu repot-repot melakukan ini. Biar aku saja yang melakukannya,” ucap Shirong.
Petugas Chao mengulas senyum, “tidak masalah, aku ingin berterimakasih pada kalian. Jika kalian tidak menolongku saat itu. Mungkin aku dan adik Yuen akan pergi ke akhirat.”
Shirong merasa senang dan keduanya melanjutkan menabur beberapa tanaman kering yang berguna sebagai obat. Saat semua persiapan selesai. Wang Yi duduk bersila di belakang Pendeta Shaosheng yang wajahnya semakin pucat.
“Gege, kau hanya perlu menyalurkan energi Qi mu pada Pendeta Shaosheng,” ucap Shirong.
Wang Yi mengerti dan memusatkan energi Qi pada telapak tangannya sembari memejamkan mata. Energi Qi mulai tersalur pada kedua telapak Wang Yi. Disaat energi mulai tersalur. Tiba-tiba Wang Yi merasakan sakit pada kedua matanya.
Sial…jangan sekarang, ucapnya dalam hati.
Tepat pada saat itu, Wang Yi seolah-olah berdiri di sebuah tempat yang gelap. Di depannya seorang wanita tengah berdiri menatapnya dengan tatapan tajam. Tangannya berubah menjadi cakar dan terulur ke arah Wang Yi. Kemudian dengan gerakan cepat melesat mencekik leher Wang Yi. Pemuda itu meronta kesakitan. Tetapi dia berusaha bertahan.
“A…aku mengerti….kau adalah tumpukan dosa yang aku miliki. Sekali ini saja, biarkan aku membantu temanku. Setelah ini, aku berjanji akan menanggung dosa-dosa masa laluku. Karma buruk dikehidupan lampau akan aku tebus,”
Tepat di penghujung kalimat Wang Yi. Siluet wanita itu menghilang. Digantikan dengan energi Qi Wang Yi yang terus meningkat. Dia membuka mata lantas menyalurkan energi Qi ditelapak tangannya ke tubuh Pendeta Shaosheng.
“Hyaaaa!!!” teriak Wang Yi.
Perlahan energi Qi masuk ke dalam tubuh Pendeta Shaosheng. Kini giliran Shirong maju selangkah. Dia menyalurkan energi Qi miliknya yang telah diubah sebagai energi penyembuh. Pelan tetapi pasti luka menganga di dada Pendeta Shaosheng tidak lagi dipenuhi darah. Lantas terdengar suara Pendeta Shaosheng terbatuk.
Shirong dan Wang Yi menghentikan penyaluran energi Qi, sepertinya mereka berhasil menyelamatkan Pendeta Shaosheng.
Di pinggir sungai, Kota Huayin.
Petugas Yuen menyusul Rong Rui yang berjalan begitu cepat.
“No…Nona Rong Rui!” panggil Petugas Yuen setengah berteriak.
Panggilan Petugas Yuen menghentikan langkah Rong Rui. Membuatnya memutar tubuh. Angin berhembus perlahan, menerpa rambut panjang Rong Rui yang berkilauan. Mata yang jernih dan wajah yang sempurna membuat Petugas Yuen terpana.
“Aku sedang tidak ingin berurusan dengan siapapun,” balas Rong Rui dengan nada dingin.
“Nona, aku tidak bermaksud ingin mengganggumu. Aku hanya… hanya….” jawab Petugas Yuen ragu.
“Ah… bukankah kau orang yang menyelamatkanku waktu itu?”
Sepertinya Rong Rui baru menyadari. Petugas Yuen mengusap leher, wajahnya sedikit memerah.
“Aku hanya ingin meminta maaf. Mengenai ketidaksopananku yang mencegahmu mengejar para wanita itu,” ucap Petugas Yuen dengan wajah bersemu merah.
Rong Rui teringat, saat dia hendak mengejar kedua wanita itu. Tiba-tiba Petugas Yuen memeluknya. Mengingat hal itu membuat Rong Rui memalingkan wajah. Tampaknya dia juga malu. Bagaimanapun juga selama berada di Aliran Giok Putih tak pernah berbincang dengan pria manapun. Keduanya tampak sedikit canggung.
Hingga Petugas Yuen menawarkan bantuan mencarikan penginapan untuk sementara Rong Rui bisa beristirahat.
Di pusat Kota Huayin. Petugas Yuen mengantarkan Rong Rui masuk ke sebuah penginapan. Seorang pelayan mengantarkannya masuk.
“Tuan… ini kamar yang paling luas dan bagus di penginapan ini. Silahkan,” ucap Pelayan pria yang mengenakan topi kupluk berwarna abu-abu. Di bahunya tersampir kain berwarna putih.
“Xiexie…” ucap Petugas Yuen sembari memberikan beberapa kepingan koin pada pelayan.
Pelayan pria terlihat sumringah dan mempersilahkan keduanya beristirahat. Rong Rui melihat sekeliling kamar. Petugas Yuen tersenyum sembari menuang minuman pada cangkir.
“Nona, silahkan duduk,” ucap Petugas Yuen sopan.
Rong Rui duduk dan meletakkan pedangnya di atas meja. Mencicipi teh yang masih hangat dari cangkir porselen putih.
“Nona… apa kau dekat dengan para Pendeta itu?” tanya Petugas Yuen.
Mendengar pertanyaan Petugas Yuen, membuat Rong Rui tersedak. Dia menutup mulut dan sedikit terbatuk. Petugas Yuen terlihat kebingungan sembari memberikan sapu tangan pada Rong Rui.
“Xiexie,” ucap Rong Rui sambil mengelap bibirnya.
“Aku tidak bermaksud membuatmu terkejut seperti ini,” ucap Petugas Yuen.
Rong Rui menggelengkan kepala, “aku tidak mempermasalahkan mengenai hal itu. Saat ini tujuan utamaku adalah wanita misterius yang dijuluki sebagai pengering mayat. Kenapa semua orang mengatakan wanita itu dari Aliran Giok Putih?”
Petugas Yuen memasang wajah serius.
“Dari yang aku dengar, wanita pengering mayat memiliki jurus pedang yang mirip dengan jurus pedang Aliran Giok Putih serta memiliki tanda huadian sama seperti milikmu yang muncul pada saat menggunakan energi Qi.”
Brak!
Rong Rui menggebrak meja dengan cukup keras.
“Tidak mungkin murid Aliran Giok Putih melakukan tindakan keji dan sesat seperti ini. Siapapun wanita itu. Aku akan memberinya pelajaran,” ucap Rong Rui dengan memasang raut wajah penuh amarah.
Di tempat lain…
Seorang wanita tengah bermeditasi dalam sebuah ruangan. Hingga seseorang masuk. Orang itu tak lain wanita pengering mayat.
“Guru,” panggil wanita pengering mayat.
Wanita yang bermeditasi membuka mata perlahan. Tak salah lagi, dia adalah Tetua Aliran Giok Putih, Dai Lu…