NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:699
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 Hidupku Seperti Dongeng

Di istirahat kedua, Nuha duduk di teras kelas bersama kedua sahabatnya, namun mereka duduk saling membelakangi.

Nuha terus menghela napas dan menggaruk sisi kepalanya, tidak percaya dengan kejadian yang dialaminya hari ini.

Sementara itu, Sifa menautkan jemarinya sambil mengkhayal. "Gue bahagia hari ini..." serunya dengan suara mendayu-dayu.

"Abaikan Sifa! Sekarang Nuha harus menjelaskan semua ini!" Kata Asa.

"Apanya yang harus dijelasin, Asa? Kan kamu udah tau sendiri. Kalo kamu nanya, aku gak bakalan bisa jawab. Titik." Nuha langsung memberikan bantahannya.

"Astagaaa.. Naru ganteng.. Kak Muha ganteng.. Kak Yuki pun juga ganteng.. waaa aku ingin dimanja merekaaa.." Sifa mulai mengigau.

"Nah, itu tuh. Udah bikin Sifa jadi sinting." Sindir Asa. "Gimana bisa tiga cowok yang kamu kenal tiba-tiba menjadi guru baru di kelas kita? Kamu punya rencana apasih, Nuha?"

"Aku gak rencanain apa-apa Asa. Aku pun juga gak ngerti." Balas Nuha.

"Huufff"

Akhirnya, Nuha dan Asa hanya bisa melepas nafas pasrah bersamaan. Sedangkan, Sifa semakin terbuai dengan lamunannya sendiri.

Setelah Naru menjadi guru pendamping Pak Hanif, di jam pelajaran multimedia, di lab multimedia, guru membawa dua orang pemuda yang akan menjadi guru baru di mata pelajaran videografi dan desain grafis.

Mereka adalah Yuki Akasia dan Naraya Muha, kakak Nuha sendiri.

Dua orang yang mereka obrolkan akhirnya datang menghampiri ketiga gadis yang duduk di teras itu. Nuha memberikan tatapan tajam dan mulut manyunnya kepada kakaknya, seolah tidak suka kakaknya berada di sekolahnya.

"Kak Muha sebenarnya mau ngapain sih di sekolah aku?!" Tanya Nuha.

"Iya mengganggumu lah, emang apa lagi?" Balas Muha dengan santai.

Yuki tertawa mendengar jawaban sahabatnya itu, "Haha, niat banget elo. Padahal tadi elo memperkenalkan diri sebagai guru desain grafis. Sekarang malah mau gangguin adik sendiri. Sudahlah Muha, dia bukan adik kecilmu lagi."

"Justru dia yang udah gak kecil lagi jadi harus sering-sering gue gangguin. Biar gak ada yang berani gangguin dia."

"Cowok adalah serigala!" Asa langsung memberikan tatapan tajamnya, penuh kebencian.

Yuki yang mendengarnya jadi merasa tersindir. "Kamu bilang apa tadi adik kecil?" Tanyanya sambil mencengkeram kepala Asa, sedikit terlalu keras.

"Dia sudah bukan anak kecil." Sindir Muha dengan tersenyum tipis.

"Ahaha hahaha.." Yuki malah semakin tertawa. Tertawa lepas hingga membuat Asa malah terpana malu.

"Dia, bisa tertawa dengan sangat bahagia." Batin Asa, kemudian dia tersadar. Tawa Yuki mengingatkannya pada bayang-bayang masa lalu. Bayangan para lelaki yang tertawa tapi bukan tawa lepas bahagia, melainkan tawa lepas angkuh dan mengejek. Mengingat itu, Asa langsung menampar tangan Yuki dan segera beranjak masuk kelas.

"Eh, Asa, tunggu!!" Sifa langsung berlari mengikuti Asa, khawatir dengan sahabatnya.

"Kenapa dia?" Yuki bingung namun jadi merasa bersalah. "Udah yuk, Muha. Ini udah mau masuk, biarkan adikmu juga segera masuk kelas." Kata Yuki.

"Kakak akan selalu mengawasimu, Nuha." Pungkas Muha dengan seriusnya.

"Bodo amat, wek!" Ejek Nuha lalu dia segera masuk ke dalam kelasnya. Hatinya bercampur aduk antara kesal dan senang karena perhatian kakaknya.

"Kamu mulai lagi, Asa. Kamu terlihat sangat membenci cowok tapi ketika mengingat masa lalumu, kamu jadi terlihat sedih." Kata Sifa seraya mengelus lembut pundak Asa.

"Gue hanya ingin mencoba melupakan semua masa lalu gue. Tapi.." Asa mengeluh, suaranya bergetar menahan emosi.

"Masa lalu itu gak mudah buat dilupain. Sekelam apapun itu, jika kamu masih ingin terus hidup maka tetaplah kuat dan bersemangatlah."

"Emm.. semua orang punya masa lalu kelam, Asa. Aku bisa merasakannya." Kata Nuha.

Sifa mencoba meringankan suasana, dia mulai menyibakkan rambutnya dan berkata dengan enteng, "Kayak gue ini. Kalian tahu kan kalo gue tinggal sama ayah, kakak perempuan dan adik perempuan. Tidak ada sosok Ibu di sana."

Lalu, Sifa menundukkan kepalanya dan suaranya mulai terdengar pelan dan lirih, "Ayahku sendiri penggila wanita dan tidak peduli dengan ketiga putrinya. Kakakku bekerja di sebuah klub. Mereka berdua sama-sama jarang pulang dan tidak peduli dengan keluarga. Makanya, gue selalu menyukai cowok supaya gue bisa memanfaatkan mereka. Demi adik gue yang masih SD, gue harus selalu putar otak untuk bisa cari duit sendiri."

Air mata mulai menggenang di mata Sifa saat dia melanjutkan, "Gimana? Memalukan sekali kan masa lalu gue." Sifa tertawa dengan perasaan getir di hati. Dia paham bahwa mungkin dia salah, tapi tekadnya kembali bulat ketika harus mengingat kembali adiknya yang masih SD.

"Tapi, masa lalu gue lebih kelam. Ada dosa di sana dan gue gak kuat kalo mengingatnya lagi." Asa lalu menyembunyikan wajahnya ke meja.

"Hmm.." Sifa dan Nuha hanya bisa saling tatap. Lalu, Nuha memberikan secuil senyuman kepada Sifa, yang langsung menusuk hati Sifa.

"Adududuh, sakit Nuha. Ahahaha.." ucapnya seraya meringkuk jongkok menahan rasa sakit di dadanya, tetapi tetap mencoba tertawa untuk menghibur dirinya dan teman-temannya.

"Hehe, maaf ya sengaja." Nuha melet. Lalu melanjutkan, "gimana kalo nanti kita jenguk Fani. Dia udah gak masuk dua hari lho."

"Boleh juga." Kata Asa. Kepalanya pun keluar dari tangannya.

Jam pulang pun tiba. Nuha bersama kedua sahabatnya keluar kelas dan menuju tempat tinggal Fani.

Mereka berjalan menuju kolam renang yang tertutup itu. "Kita yakin lewat sini lagi, guys? Gak ada arah ke depan rumahnya gitu?" Tanya Sifa dengan suara cemas.

"Gue gak tau jalan ke depan rumahnya. Kalo kamu, Nuha?" Tanya Asa. Dan Nuha hanya bisa menggeleng.

"Gakpapa, ayo!" Asa maju duluan.

Mereka bertiga berjalan mengendap-endap karena melihat suasana yang sangat sepi. Sesampainya di kolam, mereka melihat Fani melayang di atas kolam renang.

"AAAAAAA!!" Seketika ketiga gadis itu kaget dan berteriak keras. Mereka jadi latah dan berjalan tertatih-tatih mendekati Fani yang mengambang di tengah air kolam renang.

"Fa- Fani kenapa, guys?!" Tanya Sifa mulai panik. Asa dan Nuha juga kebingungan.

Ibu Fani akhirnya keluar dari rumahnya dan menghampiri tiga gadis itu. "Kenapa kalian bisa kesini?" tanyanya dengan suara dingin dan tatapan tajam.

"Ma- maaf tante, kami hanya ingin menjenguk Fani. Tapi, Fani kenapa? Apa dia gakpapa?" Tanya Sifa mencoba berani, meskipun suaranya gemetar.

"Oh, dia sedang diterapi. Lihatlah, ada ikan yang mengerubungi seluruh tubuhnya." jawab Ibu Fani dengan nada tenang, hampir seperti sedang menikmati ketakutan mereka.

"Hi- hiyaaaa!!" Asa dan Sifa semakin kaget dan jatuh terjerembab ke belakang, tubuh mereka gemetar ketakutan.

"Be- benar-benar horor ini." Sifa berbisik kepada Asa. Asa tidak bisa berkata apa-apa, matanya terbelalak ketakutan.

"Kamu kesini lagi, apa kamu sudah mengetahui sesuatu?" Tanya Ibu Fani seraya menyangga dagu Nuha, menatapnya dengan mata yang penuh teka-teki.

Nuha mengalihkan matanya ke bawah, "Maksud tante apa? Saya, gak ngerti." jawabnya dengan suara bergetar.

"Semakin banyak orang yang memahamimu, maka semakin besar kutukan itu mengambil alih tubuhmu." Ibu Fani mulai melepas kancing baju Nuha dan mencoba memperlihatkan sesuatu. "Lihatlah.." Warna abu-abu semakin menyelimuti tubuh Nuha, membuatnya gemetar ketakutan.

"Ap- Apa yang tante lakukan?!" Nuha langsung menghempas tangan Wanita yang masih misterius itu.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!