Pelahap Dosa

Pelahap Dosa

Sang Pelahap Dosa

Era Kerajaan Dinasti Shang Tiongkok...

Di masa Dinasti Shang, setiap keluarga memiliki kepercayaan. Jika dosa seseorang yang telah meninggal dimakan atau dilahap oleh seorang Pelahap Dosa. Maka perjalanannya ke Akhirat akan lebih ringan.

Pada masa itu bermunculan beberapa Aliran perguruan. Namun ada tiga Aliran perguruan terkemuka, diantaranya Aliran Tao, Aliran Giok Putih, dan Aliran Pedang Iblis. Setiap perguruan memiliki jurus khusus untuk memerangkap dosa orang yang telah meninggal.

Aliran Tao yang mengutamakan kebajikan memiliki seorang murid istimewa. Seorang pria muda yang dibuang dari keluarga, karena cacat yang diderita. Takdir membawanya menjadi seorang Pelahap Dosa. Akibat dosa besar yang telah diperbuatnya dimasa lalu.

Setiap Ritual Pelahapan Dosa tak semudah membalikkan telapak tangan. Jika tumpukan dosa dari orang yang meninggal terlampau besar. Lama-kelamaan, tumpukan dosa itu akan menjadi makhluk mengerikan.

Di sisi lain, Aliran Giok Putih memiliki keunggulan jurus memurnikan dosa dan mengubah menjadi permata. Berbeda dengan Aliran Pedang Iblis, yang menghisap dosa untuk menambah kekuatan. Tetapi tidak semua murid dari masing-masing aliran dapat melakukan Ritual Pelahapan Dosa. Inilah awal mula terjadinya pertentangan di setiap Aliran perguruan.

Provinsi Gansu, wilayah Kerajaan Dinasti Shang. Di Kediaman Keluarga Pejabat Zhang.

“Hiks…hua…. hiks…” terdengar suara isakan tangis istri Pejabat Zhang.

Sesekali Nyonya Zhang menyeka air matanya di depan peti Sang Pejabat. Di dalam peti kayu mewah, tubuh Pejabat Zhang membujur kaku tanpa nyawa.

Beberapa sanak saudara Zhang menenangkan Sang Nyonya rumah.

“Aku akan menuntut balas kematian suamiku. Bagaimanapun juga, bunuh semua wanita penghibur di rumah Bordil Duyi!” perintah Nyonya Zhang seraya menatap tajam beberapa gadis penghibur yang berjongkok tak berdaya.

Beberapa pengawal siap menghunuskan pedangnya. Menebas tanpa ampun para gadis penghibur. Pedang terangkat dan melayang ke arah gadis penghibur. Para gadis hanya bisa memejamkan mata dan menunggu Sang Dewa Kematian datang menjemput.

Slap!

Di saat bersamaan, sebuah kemucing berwarna putih melayang. Menghempaskan seluruh pedang milik para pengawal.

Prang!

Semua orang di Kediaman Keluarga Zhang terkejut bukan kepalang. Tak terkecuali Nyonya Zhang.

“Siapa yang lancang menghalangi perintahku?!” mata Nyonya Zhang Mendelik marah.

“Khukhu… perbuatan yang tidak benar akan membawa karma buruk bagi keluarga Zhang Nyonya.” jawab seseorang berpakaian putih dengan corak berwarna biru.

Seorang pria tua berpakaian layaknya Pendeta aliran Tao masuk ke dalam kediaman keluarga Pejabat Zhang. Sembari mengelus jenggot dan memainkan kemucing miliknya. Tepat di belakangnya, seorang pria muda berperawakan kurus mengikuti langkah Sang Pendeta.

Nyonya Zhang mengernyitkan kening, “siapa kau?”

Pendeta aliran Tao yang bernama Shaosheng hanya tersenyum simpul. Hingga salah satu tetua di keluarga Zhang tergopoh-gopoh mendekat ke arah Nyonya Zhang.

“Dia adalah Pendeta Shaosheng dari Kuil Naga Timur. Aku yang memanggilnya kemari untuk melakukan ritual pelahapan dosa pada Pejabat Zhang.”

Nyonya Zhang menatap sinis pada tetua.

“Untuk apa ritual semacam itu? Suamiku adalah pejabat bijak yang setia pada Kaisar. Tidak mungkin memiliki dosa.”

“Khukhu…. manusia tiada yang tidak berdosa. Keserakahan dan ketamakan yang muncul dari dalam dirinya, akan merugikan orang yang berpikiran jahat layaknya buah bambu yang menghancurkan tumbuhnya pohon itu sendiri.” sahut Pendeta Shaosheng sembari mengelus jenggot miliknya.

Pria muda bertubuh tinggi kurus dengan kornea mata putih pucat, berjalan tanpa alas kaki menuju peti mati Pejabat Zhang. Pemuda yang bernama Wang Yi meraba mayat Pejabat Zhang dan mencium bau busuk luar biasa. Menusuk ke dalam hidungnya.

Pupil mata putih pria muda mendelik. Sebuah kilas balik menunjukkan perilaku buruk Pejabat Zhang. Sang Pejabat menilap pajak milik rakyat. Menimbun kepingan emas dan menyiksa rakyat supaya mau membayar pajak dengan tinggi. Menggunakan kepingan emas yang bukan miliknya untuk berfoya-foya dengan para gadis penghibur.

Sesaat kemudian, Wang Yi terhuyung. Dia meraba sekitarnya dan menemukan guci arak persembahan. Meminumnya hingga habis tanpa sisa. Nyonya Zhang yang melihat perilaku sekaligus penampilan orang asing yang ada di hadapannya merasa geram.

“Dasar pengemis miskin! Beraninya dia meminum arak persembahan!” ucap Nyonya Zhang dengan wajah merah padam.

“Prajurit! Beri pengemis itu pelajaran!” perintahnya.

Para prajurit merengsak, mendekat ke arah Wang Yi. Pedang para prajurit melayang ke arah pemuda dengan rambut tergerai panjang tak beraturan tersebut. Wang Yi bersikap tenang, mendengarkan gerakan lawan dengan telinganya. Sekaligus, merasakan langkah para prajurit dengan kaki telanjangnya.

Satu... dua... tiga...empat...lima prajurit, batin Wang Yi.

“Hyaa!!” pedang para prajurit siap menebas pemuda yang berpenampilan seperti pengemis itu.

Di saat semua pedang mengarah pada Wang Yi, dengan sigap dia bergerak begitu lihai. Mengangkat kedua kakinya ke udara dan memberikan tendangan memutar. Maupun pukulan ke arah para prajurit.

Duak!

Bruak!

Suara berdebam keras, tubuh prajurit terhempas ke tanah. Mereka meringis kesakitan. Nyonya Zhang nampak semakin geram menyaksikan hal tersebut. Dia bergegas mengambil pedang salah satu prajurit dan hendak mengarahkan pada Wang Yi. Namun, buru-buru Pendeta Shaosheng menangkap pedang dengan kemucing miliknya. Kemudian menghempas pedang milik Nyonya Zhang.

“Kau?!” pekik Nyonya Zhang penuh amarah.

“Khuhu… Nyonya adalah istri pejabat terhormat. Tidak perlu marah menghadapi pria muda miskin yang bahkan tidak bisa melihat ini."

Beberapa orang langsung mengarahkan pandangan pada Wang Yi termasuk Nyonya Zhang.

“Cih, Pendeta busuk. Tidak perlu menggunakan kebutaanku untuk dikasihani orang lain.” balas Wang Yi sinis.

“Haiyaaa… kau terlalu perasa anak muda. Jadi cepat katakan, apa yang kau lihat? Supaya kita bisa melaksanakan ritual Pelahapan Dosa.” ucap Pendeta Shaosheng.

“Zhang, si Pejabat Korup. Dipenuhi keserakahan dan ketamakan. Dosanya begitu besar.”

Nyonya Zhang tak terima, “dasar pria miskin tukang fitnah. Mana mungkin suamiku, Pejabat Kerajaan yang terhormat memiliki dosa besar. Jangan membual!”

Dia mengedarkan pandangan ke semua orang, “mana mungkin suamiku adalah pejabat korup. Apa kalian percaya pada pemuda miskin dan buta ini?”

Semua orang terdiam dan menunduk. Tidak ada yang berani menjawab, karena apa yang dikatakan Wang Yi semuanya adalah benar. Nyonya Zhang geram dengan semua orang yang ada dalam ruangan itu.

“Dasar kalian?!” pekiknya penuh amarah.

Wang Yi membuka suara, “pejabat busuk ini dibunuh karena perilaku buruknya semasa hidup. Ini adalah karma yang harus dia bayar di dunia ini.”

“Tidak mungkin! Tidak mungkin! Suamiku berdosa besar!” teriak Nyonya Zhang tidak terima.

Tanpa terduga, tiba-tiba peti mati milik Pejabat Zhang bergetar hebat. Sebuah asap hitam keluar dari tubuhnya. Semua orang ketakukan termasuk Nyonya Zhang.

“A… apa itu?!” teriak semua orang.

Pendeta Shaosheng bersiaga. Wang Yi berada di depan. Dia menggunakan batinnya untuk melihat keberadaan asap hitam. Asap hitam keluar dengan cepat dari tubuh Pejabat Zhang. Wang Yi bergegas menggerakkan tangan. Menggunakan jurus tarian Tao, Tai Ji Gong (Thay Kek Kun), memerangkap tumpukan dosa. Jurus ini menggunakan gerakan Li-Wang dengan 108 postur sebagai gerakan inti dan memusatkan pikiran.

“Tumpukan dosa pejabat korup, aku akan melahapmu!” teriak Wang Yi, menggunakan jurus Harimau galak menghentikan gunung.

Asap hitam melesat dengan cepat, masuk ke dalam mulut Wang Yi. Saat proses pelahapan dosa, rambut Wang Yi yang hitam berubah warna menjadi putih secara perlahan. Akan tetapi, sebuah kilas balik membuyarkan konsentrasi Wang Yi. Hingga asap hitam terlepas begitu saja dan masuk kembali ke tubuh Pejabat Zhang.

...----------------...

Sebuah kilas balik kehidupan Pejabat Zhang nampak dalam benak Wang Yi. Saat ritual Pelahapan Dosa.

Di Provinsi Gansu, wilayah Kerajaan Dinasti Shang. Salah satu pejabat kerajaan terkenal akan ketamakan dan keserakahannya. Sang pejabat menilap pajak rakyat. Menggunakannya untuk berfoya-foya.

"Hahaha! semua emas dan harta benda ini adalah milikku! Kalian bisa mengambil sesuka hati." ucap Sang pejabat korup begitu congkak.

"Tuan, kami sungguh beruntung bisa ikut menikmati semua kekayaan ini." timpal salah satu gadis penghibur.

Jemarinya bermain perlahan di dada Sang Pejabat.

“Hemm, Pejabat Zhang memang murah hati.” balas gadis penghibur lainnya.

Beberapa gadis penghibur tengah berpesta bersama Pejabat Zhang. Sang pejabat mabuk kepayang dan bersenang-senang malam itu. Salah satu gadis penghibur menuangkan arak ke cangkir Pejabat Zhang.

“Tuanku, malam ini masih sangat panjang. Mari bersenang-senang sampai pagi.” goda salah satu gadis penghibur yang mengenakan pakaian hanfu bercorak ungu. Seraya menyerahkan cangkir berisi arak ke tangan Pejabat Zhang.

Pejabat Zhang tertawa lebar dan langsung menenggak arak yang diberikan. Arak yang ditenggak Sang Pejabat mengalir dengan cepat masuk ke dalam tenggorokan. Tanpa dinyana, Sang Pejabat merasa tercekik dibagian lehernya. Beberapa detik kemudian, rasa panas membakar tenggorokannya.

“Arghttt! Ughhhttt!” Pejabat Zhang memegangi lehernya yang panas bak terbakar.

Dia kesulitan bernafas. Matanya melotot dan mendelik seolah hendak keluar. Para gadis penghibur merasa kebingungan.

“Tuan! Tuan! Ada apa? Jangan membuat kami takut?” tanya salah satu gadis penghibur.

Bukannya menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Akan tetapi darah segar mengalir deras dari mulut Pejabat Zhang.

“Huaaak!!!”

Duar! Diiringi suara ledakan kecil yang membuat perut Pejabat Zhang meledak. Hingga organ dalam tubuhnya berhamburan keluar.

“Kyaaa!!!” para gadis penghibur berteriak histeris.

Darah maupun beberapa serpihan organ dalam Pejabat Zhang mengenai pakaian para gadis penghibur.

Malam itu, Pejabat Zhang mati mengenaskan dengan mata mendelik hampir keluar. Perutnya meledak dan organ dalamnya keluar menjadi serpihan-serpihan.

Kilas balik kehidupan Pejabat Zhang selesai...

...----------------...

Wang Yi terhuyung dan merasakan kesakitan yang luar biasa. Pendeta Shaosheng bergegas menghampirinya.

“Sepertinya, aku harus mencari pembunuh Pejabat Zhang terlebih dahulu.” ucap Wang Yi dengan wajah serius.

Terpopuler

Comments

Darien gap

Darien gap

mengenaskan/Panic//Panic/

2024-04-24

0

Alta [Fantasi Nusantara]

Alta [Fantasi Nusantara]

Dah biasa kek gini emang ya. Koruptor merajalela 🥲🥲🥲

2024-04-16

0

Gehrman

Gehrman

Tulisannya rapi bagus, tapi aku rada bingung dengan alur maju mundurnya tadi 😅

2024-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!