Abelia Lestari adalah seorang gadis polos dan lugu yang bekerja sebagai pelayan di rumah Tuan Muda kejam bernama Anggara. Sering mendapat siksaan hingga kehilangan kesucian sudah Abel alami hingga pada akhirnya membuat Abel menyerah pada hidupnya.
Namun keajaiban terjadi, gadis yang biasanya polos dan lugu itu berubah menjadi gadis yang berbeda, wajah yang memancarkan ketegasan dan mata yang tajam bak elang. Dendam pun satu persatu mulai terbalaskan.
Apa yang sebenarnya telah dialami Abel dan apa yang terjadi padanya? Langsung saja baca kelanjutan ceritanya👉🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Adiliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhir seorang Anggara
“Hahahaha”
Genia tertawa terbahak-bahak, Anggara yang melihatnya pun mengernyitkan keningnya bingung, ada apa dengan orang ini? Apakah ia sudah gila pikirnya.
“Tembaklah bodoh” tantang Genia angkuh.
“Cih.. berani-beraninya orang gila sepertimu meremehkan seorang Tuan Muda Anggara”
Dengan cepat Anggara langsung saja menekan pelatuk pistol, dan…..
“Hahaha” Genia kembali tertawa sinis.
Sedangkan Anggara dibuat panik saat ini, karena tidak ada satupun peluru yang keluar dari pistolnya, sudah berulang kali ia mencoba menekan pelatuk tapi hasilnya tetap nihil. Mata Anggara lantas menatap Genia sinis.
“Apa yang kau lakukan pada pistolku sialan!! Bagaimana bisa pistol ini jadi tanpa peluru??” Anggara bertanya menggebu-gebu.
Nafas nya naik turun, satu-satunya yang bisa ia gunakan hanyalah pistol itu. Untuk sekedar keahlian bela diri ia sama sekali tidak pernah mempelajarinya, karena bagi Anggara itu hanyalah membuang-buang waktunya saja. Lebih baik ia puas-puas bermain wanita dari pada melakukan hal yang menurutnya tidak berguna, selagi ia masih memiliki uang yang banyak, maka keamanan seperti bodyguard bisa saja ia sewa.
“Tenanglah, mengapa kau begitu panik? Bukankah kau seorang Tuan Muda yang berkuasa? Maka sekarang tunjukkanlah kuasa mu itu” ucap Genia sinis.
Genia yang cerdik tentu saja sudah berangkat dengan penuh kesiapan, pistol yang digunakan oleh Anggara tadi pun sudah ia tukar dengan pistol miliknya tanpa isi peluru dan itu adalah ulah dari wanita yang sudah menemani Anggara bermain, saat Anggara sudah ambruk tadi dengan cepat mereka menukar pistol milik Anggara dengan pistol yang sudah disiapkan Genia.
Anggara pun tentu tidak akan bisa membedakan mana milik nya dan yang bukan, karena kedua pistol itu dengan bentuk dan type yang sama.
Genia kini tengah duduk dengan santai dikursi yang ada dikamar hotel Anggara, sepertinya ia hanya ingin bermain-main dengan Anggara. Karena jika dibandingkan, Anggara ini memanglah tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan seorang Genia.
Disisi lain Anggara masih terlihat panik, ia mengambil hp nya yang berada diatas nakas samping tempat tidur. Berulang kali ia menekan nekan tombol di layar hp itu dengan tangan yang sedikit gemetar.
“Sial, mengapa mereka semua tidak ada yang bisa ku hubungi” gumamnya kesal.
Anggara sama sekali tidak menyerah, ia masih saja berusaha untuk menghubungi para bodyguard nya maupun anak buahnya yang lain. Tapi lagi dan lagi usaha yang ia lakukan sama sekali tidak membuahkan hasil.
Genia yang melihat hal itu hanya menyunggingkan bibirnya tersenyum dibalik topeng.
“Apakah kau sudah selesai dengan kegiatanmu?”
Pertanyaan Genia hanya disambut tatapan sinis oleh Anggara. Ia tidak bisa bertindak gegabah sekarang, orang-orang yang dibayarnya kini tidak bisa dihubungi sama sekali. Tiba-tiba saja ada sedikit penyesalan dihati Anggara yang tidak ingin berlatih bela diri.
Meskipun ia seorang lelaki, Anggara memang sudah terbiasa dimanjakan kedua orang tuanya, apapun keinginannya akan dituruti dan apapun yang ditolaknya maka hal itu tidak akan terjadi, oleh sebab itu ia tumbuh menjadi pemuda yang keras kepala, bengis dan egois.
Dan hal itu sekarang sangat membuahkan hasil yang buruk, bahkan untuk sekedar ingin melawan pun Anggara sama sekali tidak mempunyai nyali. Karena tampang Genia saat ini menurutnya menyeramkan. Entah kemana keberanian dan tindak angkuh dari Tuan Muda itu sebelumnya.
Dengan langkah pelan Anggara berusaha mendekat kembali ke nakas yang ada disamping tempat tidur, disitu terlihat ada lampu tidur bersama sepiring buah dan pisau tajam.
“Terima ini” teriak Anggara berlari membawa pisau buah tajam ditangan kanannya.
Genia yang melihat itu masih saja duduk dengan santai.
Brakkk…
Anggara terpelanting ke dinding karena tendangan keras tiba-tiba dari Genia. Padahal sedikit lagi ia sudah berhasil menebas leher gadis itu, tapi tiba-tiba saja ia ditendang sangat keras. Bahkan tangannya jadi terluka karena terkena pisau yang dibawanya tadi.
Anggara berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, tapi baru saja tubuhnya terbangun tendangan keras kembali Genia layangkan.
Brughh..
Lagi dan lagi Anggara kembali ambruk dilantai dengan luka yang semakin bertambah, darah segar mulai banyak memenuhi lantai kamar. Bahkan spray kasur yang berwarna putih kini jadi berwarna merah kerena terkena percikan dari darah Anggara.
“H-hentikan, a-apa yang kau inginkan sebenarnya” bata Anggara lemas.
Tapi Genia sama sekali tidak menghiraukan ucapannya, pukulan dan tendangan terus saja Genia kerahkan. Gadis itu meluapkan semua emosi yang sudah ia pendam dari kemarin, berani sekali bajingan ini sudah menampar pipi mulusnya.
“Rasakan ini!!!”
Brughh..
Anggara dibuat Genia semakin babak belur, ia sangat kesal sekali dengan bajingan ini. Entah sudah berapa puluh kali pukulan yang ia berikan kepada Anggara.
“H-hentikan ku mohon” ucap Anggara bersimpuh dikaki Genia.
“Cih, dasar manusia tidak tahu malu!!” Teriak Genia marah.
Dijambaknya rambut Anggara lalu ia dongakkan kepala itu hingga menatap dirinya, topeng yang Genia gunakan tadi pun kini ia lepaskan dan ia lempar ke sembarang arah.
“Lihat!!! Kau lihat muka wanita ini!!” teriak Genia.
Anggara yang melihatnya pun membelalakkan matanya terkejut, ia tidak menyangka jika yang saat ini tengah menyiksanya adalah pelayan yang sedang ia cari.
“Kau” gumam Anggara dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
Ia saat ini tidak bisa melawan karena power seorang Genia sangat kuat, Anggara pun bingung bagaimana mungkin seorang pelayan rendahnya tiba-tiba saja menjadi orang yang sangat kuat seperti ini. Untuk sekedar membalas pun ia tidak bisa, kekuatan Genia benar-benar melebihi kekuatan seorang laki-laki.
“Huh! Apa yang kau pikirkan setelah melihat muka ini? Apakah kau ingat bagaimana kau mengambil kesucian nya?? Dan apakah kau ingat bagaimana tanganmu itu menyiksanya hah??” emosi Genia meluap-luap mengeluarkan unek-unek dan rasa kesalnya yang tertahan.
Anggara hanya mampu terdiam dan tidak mau menjawab apapun dari pertanyaan Genia. Melihat hal itu, Genia langsung menghempaskan kepala Anggara kelantai.
“Arghhh..” teriak Anggara kesakitan. Darah segar mengalir dari lobang hidungnya, hempasan dari Genia sangat keras sampai bisa mematahkan tulang hidung Anggara.
Tidak berhenti disitu saja, Genia mengambil pisau buah tajam yang digunakan Anggara untuk menikamnya tadi. Bagaikan psikopat yang haus akan darah, Genia menusuk nusuk perut Anggara hingga semua isi nya hampir terkeluar.
Anggara berteriak histeris karena rasa sakit yang luar biasa, gadis ini sungguh benar-benar sudah menjadi gila, Anggara sudah salah mencari lawan kali ini. Ditengah kesakitan itu, Anggara tidak sengaja menatap sebuah lambang simbol rubah berwarna hitam dikelilingi emas di jaket kulit yang Genia kenakan.
Lagi dan lagi ia kembali dibuat terkejut, bagi mereka yang hidup di dunia gelap, siapa yang tidak mengetahui betapa ganasnya Mafia Black Fox. Dan gadis ini justru menggunakan jaket dengan lambang mereka, bagaimana Anggara tidak dibuat terkejut.
“S-siapa k-kau sebenarnya” tanya Anggara terbata karena merasakan rasa sakit yang kian bertambah.
“Bajingan seperti dirimu tidak pantas mengetahui siapa diriku!!”
“Pergilah kau selama-lamanya dari dunia ini!!” ucap Genia menusuk jantung Anggara sangat dalam.