Ratu Ular

Panglima ular agak ragu mau mendekati Ratu nya yang menangis sedih sendirian setelah tadi sempat debat dengan adik nya, sakit sekali hati ular satu ini karena Arya seolah tidak tahu arti nya terima kasih. ternyata rasa cemas Sekar bila adik nya akan lupa memang sungguh terjadi, Arya pasti akan meninggalkan dia tanpa menoleh untuk Sekar, rasa nya sakit sekali di campakan begini oleh sang adik yang begitu ia sayangi namun nyata nya kasih sayang Sekar tak berarti apa apa untuk Arya yang lebih memilih untuk hidup dengan Ibu nya. padahal bila di bandingkan dengan cinta nya Sekar, kasih sayang Nae tidak pah seberapa, Sekar orang paling tulus dalam mencintai Arya.

Arya bisa di bilang tidak tahu diri karena malah menyia nyia kan kasih sayang dari Kakak nya yang tidak minta pamrih, Sekar hanya mau bila Arya tinggal bersama nya di istana ghaib karena mereka memang sudah di takdirkan untuk jadi siluman ular, namun seperti nya keinginan itu sangat sulit untuk Arya. sebab Arya lebih memilih dengan Ibu nya saja, sungguh sakit sekali hati Sekar mendapat perlakuan begini dari adik nya, setidak nya Arya harus menghargai lah dia karena Sekar sudah berjuang atau bisa di bilang juga mengorbankan hidup nya untuk Arya yang bertapa.

"Apa yang mengganggu pikiran anda wahai Paduka Ratu?" panglima bertanya sopan.

"Kau punya saudara?" Sekar bertanya tanpa menoleh.

"Semua ular adalah saudara hamba." jawab Panglima.

"Tidak ada yang sedarah?" tanya Sekar lagi.

"Ada, namun dia tak sejalan dengan hamba." sahut Panglima jujur.

"Rasa nya sakit kan kalau punya saudara yang sangat kita sayangi, namun dia malah tidak menghargai." Sekar menumpahkan keluh kesah nya.

"Saudara hamba memilih untuk menjadi pengikut nya Nyi Blorong karena dia sana dia mendapatkan kekuatan yang begitu dahsyat." jelas Panglima.

Sekar menatap Panglima nya yang begitu gagah berani ada di pihak nya karena memang sudah sejak dulu dia mengabdi pada kerajaan Sekar ulo, bisa di bilang bahwa dia adalah anak buah yang paling setia di antara semua nya.

"Makan lah." Sekar memberikan bola kuning kepada Panglima.

Bahkan tanpa bertanya atau pun curiga pada Ratu nya, Panglima langsung menelan pil kuning memancarkan cahaya emas itu. sungguh tidak bisa di ragukan lagu bahwa hidup nya memang hanya untuk mengabdi pada Sekar ulo saja, bila itu pil racun maka sudah bisa di pastikan bahwa Panglima pasti mati di buat nya, bila itu ular lain maka pasti akan ragu atau bisa saja tidak mau menelan nya seperti ini.

"Kau tidak takut aku meracuni mu?" tanya Sekar menatap Panglima.

"Hamba percaya bahwa Paduka Ratu tidak akan menyakiti hamba." jawab Panglima yakin.

"Dari mana kau dapat keyakinan itu, bahkan kau saja tahu bahwa aku adalah siluman berdarah dingin." lirih Sekar membuang muka.

"Lalu Hamba berdarah panas." Panglima malah mengajak bergurau.

Di luar dugaan bahwa Sekar malah tertawa mendengar jawaban anak buah nya, baru kali ini Panglima melihat Ratu nya tertawa lepas sehingga wajah bengis itu hilang dan berganti dengan raut yang sangat cantik sehingga mendebarkan hati siapa pun yang melihat nya, ternyata begini lah wajah Sekar bila sedang di hiasi senyum manis menawan.

"Terus lah tersenyum Ratu ku." Panglima berkata lirih.

Sekar membuang muka karena malu, mungkin saja ini bisa di bilang bahwa tanda cinta di antara siluman yang sedang menanjak remaja, Panglima juga berwajah tampan rupawan sehingga membuat hati gadis berdebar melihat nya, tak terkecuali Sekar yang punya perasaan juga.

"Pil itu akan membuat mu kuat bila menghadapi para musuh nanti." jelas Sekar kembali pada wajah bengis.

"Bila aku sampai gugur, tolong kuburkan jasad ku ya, Paduka Ratu!" pinta Panglima.

"Bicara apa kau ini? kau tidak boleh kalah karena kau harus mengurus lembah bangkai." gertak Sekar.

Panglima tersenyum dan berjanji akan menang melawan para musuh yang mau memiliki lembang bangkai, apa lagi setelah mendapat semangat dari Ratu nya, maka dia punya tekad yang sangat membara sehingga hati ini sudah yakin akan menang saat pertarungan yang sangat sengit tentu nya karena klan ular sanca sangat licik saat menebar racun mematikan.

Anak buah Panglima banyak yang mati terkena racun ular sanca yang begitu mengerikan, maka nya Panglima agak ragu saat nanti mencoba untuk memenangkan pertempuran yang sangat sengit ini, namun dia berjanji bahwa besok akan pulang membawa kemenangan untuk Ratu nya yang menunggu, Panglima tidak boleh kalah karena sudah di beri kekuatan juga oleh Sekar.

...****************...

Praaaangg.

Padahal Sekar sudah mencarikan buah yang enak untuk adik nya agar dia bisa makan, namun setelah di berikan malah di banting oleh Arya sehingga piring yang terbuat dari tanah itu hancur berantakan. para anak buah yang melihat kejadian itu jadi tertunduk diam karena takut membayangkan kemarahan nya Sekar, ngeri juga mereka melihat kejadian itu dan ada sebagian yang kesal karena sikap Arya yang tidak tahu terima kasih.

Dayang bergegas memunguti buah ketika Sekar berjongkok untuk mengambil buah yang menggelinding, rasa nya sangat tidak sopan bila Ratu mereka sampai memunguti buah begitu, bila bukan adik nya maka sudah bisa di pastikan bahwa jeroan nya akan habis di makan Sekar.

"Aku tidak mau perlakuan begini, yang aku ingin kan adalah pulang dan tinggal bersama Ibu." kesal Arya.

"Apa yang membuat mu tidak ingin tinggal dengan ku? sedangkan kau saja di takdirkan untuk jadi siluman." ucap Sekar lembut.

"Kak! aku sudah jadi manusia, kau dan aku jauh berbeda." bentak Arya.

"Siapa yang membuat mu bisa jadi manusia begini? kau pikir wanita keparat itu bisa membuat mu jadi manusia, dia enak enakan tinggal di rumah dan punya anak lagi! sedangkan yang mengurus kau itu aku." bentak Sekar yang sudah naik pitam.

"Aku tidak meminta mu untuk menjaga ku!" sengit Arya.

"Kau memang tidak meminta, Arya! tapi aku sendiri yang suka rela melakukan nya karena kau adalah Adik ku, hanya kau yang ku punya." teriak Sekar.

Arya diam karena masih di liputi dengan amarah yang sangat besar, sedangkan Sekar segera pergi karena bisa saja sekarang dia mematah kan semua tulang Arya. kenapa bocah itu sangat tidak tahu terima kasih, padahal Sekar susah payah menjaga nya dengan sepenuh hati, namun malah sama sekali tidak di hargai, tentu saja rasa nya sangat sakit. tiang istana nya di hantam dengan ekor untuk menumpahkan rasa kesal, bila tidak malah dia sendiri yang sakit kepala karena memendam emosi.