Tidak mengandung unsur BL.
Patah hati membuat seorang pria tampan bernama Arsenio, merubah pandangan hidupnya menjadi menyimpang. Karena dia sudah tidak percaya lagi dengan adanya cinta tulus antara pria dan wanita.
Lamia, gadis cantik yang terpaksa menerima tawaran pernikahan dari seorang pria yang tidak dikenalnya sama sekali, hanya untuk terlepas dari hutang keluarganya.
"Aku akan membayar semua hutang dan menebus rumah peninggalan orangtuamu. Aku juga akan memberikan semua fasilitas mewah kepadamu. Asalkan kau manikah denganku sampai batas waktu yang tidak di tentukan. Tanpa adanya kontak fisik diantara kita. " Arsenio.
"Aku tidak peduli berapa lama aku harus hidup denganmu, dan menjadi istrimu yang hanya kau manfaatkan untuk menutupi status g*ymu. Asal aku selalu berada di sisimu. Itu sudah cukup. " Lamia
Akankah Mia bisa merubah kepribadian Arsen dan membuatnya jatuh cinta kepadanya?
Novel ini hanya imajinasi othor semata.
Semoga kalian suka, dan kasih dukungan ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Rela
Pagi itu, setelah sarapan bersama dan membersihkan rumahnya, Mia dan Arsen berpamitan kepada Desi dan suaminya, kalau mereka akan kembali ke Jakarta. Sekalian menyerahkan sebuah kunci rumah kepada Desi untuk membersihkan dan merawat rumah nya selama dia berada di Jakarta.
"Teh, Mia pamit dulu ya. Titip rumah. Kalau ada apa-apa, langsung kabari Mia. "
"Iya, Mia. Hati-hati di jalan. Masalah rumah serahkan sama teteh dan akang. Kamu tenang saja. "
"Makasih sebelumnya ya, teh. " Mia langsung memeluk Desi sebagai ucapan terima kasih.
Saat Mia berpamitan sama Desi, disisi lain Arsen sedang ngobrol dan berpamitan sama kang Asep. Mereka berdua sepertinya membicarakan sesuatu yang penting.
"Mungkin beberapa hari lagi akan ada orang-orang saya yang datang kemari, kang. Nanti mereka akan saya suruh menemui akang. "
"Iya baiklah A'. Akang tunggu kabar baiknya."
"Terima kasih ya, kang. Saya pamit dulu. "
"Iya A' hati-hati dijalan. Semoga selamat sampai tujuan. "
Entah apa yang direncanakan mereka berdua.
Arsen dan Mia lalu masuk ke dalam mobil. Dan segera melajukan mobil mereka keluar dari perkampungan rumah Mia. Sepanjang perjalanan mobil yang mereka kendarai menjadi pusat perhatian, karena jarang sekali ada kendaraan mewah yang melewati perkampungan itu.
Mereka sampai di Jakarta saat waktu menjelang makan siang, Arsen yang sudah merasakan lapar mengajak Mia mampir di sebuah rumah makan seafood. Kali ini Arsen yang menentukan mereka makan apa. Mia hanya menurut saja, karena sepanjang perjalanan Mia merasa tidak bersemangat .
Sebenarnya Mia , masih tidak ingin pulang dari kampungnya karena dia ingin tinggal lebih lama di sana . Tapi untuk saat ini , dia masih belum bisa .Karena janjinya kepada ibu mertua , dan juga saat ini dia adalah istri Arsen yang harus menurut ke manapun suaminya itu pergi .
Tapi suatu hari nanti ,Mia berjanji akan kembali ke kampung halamannya dan akan tetap tinggal di sana , jika Arsen sudah mengakhiri kontrak pernikahan mereka . Saat ini Mia masih terikat janji kepada Mama Rima dan kontrak untuk menjadi istri yang baik bagi Arsen.
"Kenapa dari tadi kamu diam saja ? Apa yang sedang kamu pikirkan ?" Katanya Arsen saat mereka sudah duduk di kursi pengunjung .
"Sebenarnya , aku ingin tinggal lebih lama di kampung halamanku . Tapi saat ini , aku masih terikat kontrak denganmu . Jadi , Mungkin aku akan kembali saat kontrak denganmu habis ." kata Mia sambil mengaduk minumannya.
Mendengar ucapan Mia , Arsen mengernyitkan keningnya tidak suka . "Kenapa kau harus membahas kontrak pernikahan kita? "
"Ya, karena memang begitu adanya. Pernikahan kita hanyalah sebuah kontrak, yang suatu saat pasti akan berakhir. " Mia menghembuskan nafasnya kasar sambil menerawang jauh ke depan.
"Apa rencanamu kalau pernikahan kita berakhir? " tanya Arsen menyelidik.
"Aku akan kembali ke kampung dan tinggal di sana. Membeli sawah dengan uang kompensasi darimu. Lalu menikah dengan orang yang mencintaiku dan menerimaku sebagai seorang janda. Janda rasa perawan pastinya, karena suamiku tidak pernah menyentuhku sama sekali. " Mia terkekeh membayangkan apa yang dia ucapkan yang sebenarnya menganfung kalimat sindiran untuk Arsen.
"Kami akan bekerja disawah nanti. Hidup sederhana dan harus bekerja dulu kalau ingin makan. " Mia masih membayangkan apa yang akan dia lakukan saat berpisah dengan Arsen.
"Apa di saat itu, kau tidak akan mengingatku lagi?" Tanya Arsen penasaran.
"Entahlah. Mas Arsen orang baik, walau kita hanya menikah kontrak tapi mas Arsen tidak pernah berbuat semena-mena kepadaku, Tidak pernah membentakku. Andai saja mas Arsen bisa menerimaku sebagai istrimu seutuhnya dan memandangku sebagai seorang wanita yang kau cintai. Mungkin aku sudah jatuh cinta terlalu dalam padamu, mas. Tapi sayang... " Lagi-lagi Mia menghembuskan nafasnya.
Mendengar semua ucapan Mia, Arsen memandang lekat wajah cantik alami Mia yang hanya dilapisi bedak tipis dan lipstik merah muda. Entah perasaan apa yang mengganggu pikirannya. Dia seperti tidak rela jika harus berpisah dari wanita dihadapannya ini. Atau melihatnya menikah dengan pria lain. Namun sisi lain Arsen, menolak itu semua. Dan selalu mengatakan
"Semua wanita sama saja. "
Hingga makanan sudah disajikan para pelayan di meja mereka, Arsen masih memandangi Mia dalam.
"Mas, ayo makan. Sudah siap ini makanan nya. " Mia harus menggoyang-goyangkan tangan Arsen agar Arsen sadar dari lamunannya.
Benar saja, Arsen langsung berdehem dan gelagapan saat ketahuan sedang melamun.
"Mas Arsen lagi mikirin apa sih? kok sampai nggak sadar gitu ini makanan ada di hadapan kita." Kata Mia sambil menyiapkan makanan dipiring Arsen.
Lagi-lagi Arsen termenung melihat piring yang sudah berisi nasi dan lauknya. Dia jadi berpikir,
"Kalau aku berpisah dengannya siapa yang akan menyiapkan ini semua. "
Mia yang lagi-lagi melihat Arsen melamun dan hanya melihat makanan didepannya. Dengan tak sabaran Mia langsung mengambil piring Arsen lalu menyuapkan makanan itu ke mulut Arsen. Seperti yang dia lakukan kemarin.
"Mas Arsen kenapa sih? kok dari tadi melamun. Ayo makan, Aaaa.. "
Masih dengan wajah tertegun, Arsen hanya membuka mulutnya dan menerima suapan dari Mia. Sedangkan Mia terus mengomel dengan sikap Arsen yang aneh hari ini. Dia terus menyuapkan makanan itu ke mulutnya dan ke mulut Arsen bergantian. Karena dia juga merasa sangat lapar.
Dan akhirnya semua makanan di meja itu habis tak bersisa. Dengan sabar Mia mengelap bibir Arsen dengan tisu, karena ada sisa makanan dan minyak yang menempel.
"Kalau seperti ini, aku seperti memiliki bayi besar. Sebenarnya kamu ini kenapa sih mas? Dari tadi diem aja. " Mia terus saja mengomel, Lalu dia pergi ke wastafel untuk mencuci tangannya.
Arsen hanya menerima apa yang Mia lakukan kepadanya. Dalam hatinya dia merasa tidak rela jika harus melepaskan Mia tapi dalam hatinya yang lain dia akan merasa bersalah jika terus menahan Mia untuk tetap bersamanya. Karena tidak bisa memiliki satu sama lain.
Hingga sebuah panggilan telpon menghancurkan semua pikiran Arsen.
"Mama... " gumamnya yang masih bisa didengar Mia.
"Hallo ma, ada apa?
"Kamu pulang hari ini dari Bandung? "
"Iya ma, bentar lagi nyampe. Ini baru selesai makan siang. "
"Ya sudah kalau begitu. Nanti malam mama sama papa mau menginap di rumahmu."
"Kok mendadak sih ma? "
"Iya, ini si papa pengen makan masakan Mia katanya. Malam ini, Mia tidak usah masak. Mama bawakan makanan dari rumah, sama beberapa bahan makanan buat besok untuk dimasak Mia. " Kata mama dari seberang telpon.
"Ya sudah deh kalau begitu. Kapan mama ke rumah? "
"Nanti sore. Kalian cepat pulang dan istirahat, agar bisa menyambut kami nanti. "
"Cih, si mama. Kayak ibu negara aja minta di sambut. "
"Iya dong. Ya udah, mama tutup telponnya. Assalamu'alaikum. "
"Wa'alaikum salam. "
Setelah telpon di tutup Mia mulai bertanya kepada Arsen.
"Mama ya, apa katanya? "
"Malam ini mama mau menginap di rumah. Besok papa pengen makan masakan buatanmu. "
"Ooohhh.... "
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"Mas, kamar kita hanya ada dua kan? "
"Iya kenapa? "
"Kamar tamu aku yang nempatin."
"Iya... emang kenapa?"
Sedetik kemudian...
"Ayo pulang... kita harus memindahkan semuanya."
PLEASE TOR CERITA NYA BEN DAN SISIE