" Kamu terlalu sibuk dengan urusan dirimu sendiri sampai lupa kalau aku juga butuh kehangatan"
" Tapi wajar saja, kita belum menikah dan kita sedang berusaha untuk kearah sana bukan?"
" Sudahlah nin, ikhlaskan saja berarti kamu bukan yang terbaik untuk dia hehe dan ternyata aku yang menang bukan?"
Yah terkadang hidup sulit dimengerti, tapi sakit yang datang bukan berarti akhir dari kehidupan bukan?
Terkadang sakit yang hadir justru mereka sedang membersihkan jalan kehidupan kita dari hasil yang buruk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Kini kendaraan yang membawa Revano dan juga Amel membelah jalanan yang terpantau padat merayap, keheningan yang sejak tadi menemani keduanya membuat perasaan tidak nyaman semakin menyeruak.
" Vano...." Amel mencoba memecah keheningan.
" Hmmm" hanya gumaman yang Amel dapatkan dari kekasihnya itu.
Revano tidak memanggil atau menjawab panggilan Amel dengan kata sayang, bahkan untuk sekedar menatapnya saja tidak.
" Kamu marah? Kenapa harus marah apa yang dipermasalahkan lagi sih?" Amel dengan percaya diri menanyakan sesuatu hal yang seharusnya dia sendiri sudah tau jawabannya bukan?
" Kamu masih tanya? Yakin kamu engga tau jawabannya mel?" Revano kini mengarahkan kendaraannya ke apartemen miliknya.
Revano sengaja membawa Amel ke apartemen untuk menyelesaikan perasaannya yang saat ini terasa memburu dengan emosi yang cukup penuh.
" See, lagi marah kamu bawa aku ke apartemen kamu kan? Emang Nindy bisa apa buat kamu Vano, buktinya cuma aku kan yang bisa selalu ada dan memenuhi keinginan kamu" ya Tuhan pikiran Amel memang selalu kemana-mana tanpa malu.
Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 45 menit sampai akhirnya kini keduanya sudah berada didalam ruangan apartemen Revano.
Bruuugghhh....
Saat Amel akan memeluk tubuhnya dengan gerak cepat Revano langsung mendorong Amel sampai terjatuh ke sofa dihadapannya.
" Sayaaaang, sakit tau" rengek Amel yang masih belum menyadari kondisi saat ini.
" Sakit? Berarti kamu masih normal yaa" senyuman sinis kini tercipta dibibir Revano.
Amel mengerutkan keningnya masih menyerap dan memahami ucapan dari kekasihnya yang sejak tadi bersikap aneh menurutnya.
" Amel, kamu kenapa selalu mempermasalahkan apapun itu kepada Nindy? Apa kamu gak capek selalu mencari bahan untuk bertengkar dengan Nindy? Apalagi yang kamu cari Amel apa?" Revano kini menggusarkan rambutnya dengan kasar.
Seolah sudah tidak ada cara lagi untuk bisa membicarakan baik-baik dengan Amel, karena sikap keras kepala dan selalu merasa ingin menang sendiri terlalu tinggi.
" Vano kamu sadar gak ngomong gitu? Kamu belain mantan kamu hah? Apa kamu masih suka sama dia iya?" Amel bukannya sadar kini dirinya merasa bahwa saat ini sedang disalahkan oleh sang kekasih.
" Kamu sudah mendapatkan apapun milik Nindy termasuk aku bukan? Lalu apalagi yang harus kamu permasalahkan hah? Apa kamu ga capek terus-terusan mencari bahan untuk menjatuhkan Nindy?" kini kedua tangan revano sudah memegang kedua bahu Amel untuk ditatapnya.
" Sadar Amel sadar, Nindy sudah tidak mempermasalahkan hubungan kita dan semua sudah berakhir lalu apalagi yang mau kamu ambil dari Nindy hah? Kalau kamu fokus sama pertengkaran terus kapan kamu bisa bahagia atas apa yang kamu punya Amel? APA?" kini suara Revano sedikit meninggi karena sudah tidak bisa menahan emosinya.
Amel terlihat bernafas sedikit kasar, wajahnya menampakkan emosi yang ikut naik seperti Revano begitulah Amel yang selalu merasa tersakiti padahal masalah dia yang menciptakan sendiri.
" Kamu yang ingin memiliki aku dengan merebut dari Nindy dan sekarang kamu sudah mendapatkannya, kamu juga tau jika kekasih Nindy pengangguran lalu apalagi yang harus dipermasalahkan Amel? Apa kamu masih belum puas juga? Kamu ingin bekerja juga dikantor seperti Nindy? Atau kamu ingin merebut kekasihnya juga saat ini? JAWAB AMEL JAWAB" Revano benar-benar sudah diambang batas rasa sabarnya kali ini.
Amel yang mendapatkan perlakuan dari Revano saat ini hanya bisa diam, tidak ada satu kata yang terucap dari mulutnya.
" Aku hanya ingin kamu fokus atas apa yang kamu miliki meskipun cara kamu salah Amel, apa dengan mendapatkan aku kamu masih belum bahagia? Lalu sampai kapan kamu akan bahagia atas apa yang kamu punya Amel? Apa kamu tidak lelah hah? Aku saja yang melihatnya sangat lelah Amel benar-benar sangat melelahkan sekali" Revano sudah tidak memiliki cara lain untuk menyadarkan kekasihnya saat ini.
Emosi yang sudah berada dipuncak sabarpun tidak bisa dibendung lagi sehingga lolos begitu saja ditemani dengan bentakan dan juga teriakan.
" Aku...aku hanya memastikan saja bahwa Nindy tidak akan merebut kamu kembali, aku hanya takut Vano...." suaranya begitu lirih entah Amel sudah sadar atau hanya menutupi kesalahannya saja saat ini.
" Amel jika Nindy tidak menerima sudah sejak lama dia tahu hubungan gelap kita dia sudah bertindak seharusnya, tapi kenyataannya mana? Dia diam saja bukan? Bahkan dia tidak peduli dengan hubungan kita setelah aku dengan Nindy selesai pun dia benar-benar tidak peduli yang dia pedulikan hanya pekerjaan dan akhirnya saat ini dia memiliki kekasih" Revano menjabarkan dengan jelas kepada Amel agar dia bisa memahami dengan baik dan menyerap kedalam otaknya.
" Apalagi cafe hampir seluruhnya pakai uang Nindy, jika dia mau bisa saja sejak dulu dia sudah menendang aku dari cafe itu tapi apa? Dia tidak melakukan itu kan? Dan saat dia memiliki kekasih bukankah itu hak dia untuk bahagia kenapa kamu yang repot Amel apa kamu paham maksudku?" Revano benar-benar sudah tidak bisa lagi menahan mulutnya untuk tidak menjelaskan kepada Amel.
" Maafkan aku, aku hanya takut saja kamu akan kembali pada Nindy dan meninggalkan aku Vano setelah semua yang terjadi apa aku salah?" Amel masih terdiam tanpa pergerakan saat ini.
" Salah, sudah sangat jelas salah Amel kamu terlalu fokus dengan ketakutan yang kamu buat sendiri. Kamu tau karena apa? Karena kamu mengambil milik orang lain bukan karena usaha kamu sendiri" Revano kembali meninggikan suaranya membuat Amel sedikit kaget.
" Aku harap kamu sadar, fokuslah pada diri kamu sendiri jika kamu tidak ingin kehilangan maka jaga apapun yang saat ini kamu miliki bukan menciptakan masalah yang akan menimbulkan masalah baru Amel dan jangan sampai kamu menyesal akhirnya" kini Revano merasa sedikit lega, suaranya kembali rendah dan posisinya kini sudah kembali duduk dihadapan Amel.
" Kenapa kamu harus memarahiku?" dengan sedikit takut Amel memberanikan diri untuk bertanya.
" Inilah cara agar kamu sadar amel, dan satu yang harus kamu tahu jika aku tidak membela Nindy justru aku ingin kamu berubah tidak lagi mengurusi hidup oranglain, Amel jika kamu sibuk mengurusi Nindy kamu akan abai dengan apa yang kamu punya termasuk aku dan jangan sampai kamu menyesal jika akhirnya karena abaimu aku akan pergi" Revano memang berkata jujur karena sudah lelah beberapa waktu terakhir ini selalu menyaksikan pertengkaran yang diciptakan oleh Amel.
Bukan hanya bertengkar dihadapannya saja, setelah bertengkar maka amel akan terus mengumpat seharian dan itu membuat kepada Revano menjadi sakit.
" Pikirkan ucapanku saat ini dan renungkan kamu bukanlah anak kecil yang harus diberitahu secara detail Amel, aku akan istirahat dikamar kamu terserah jika pulang pergilah sendiri karena hari masih sore" tanpa banyak bicara Revano langsung memasuki kamarnya meninggalkan Amel yang kini berada diruang keluarga.
Amel menatap tubuh Revano yang kini sudah masuk kedalam kamarnya, rasa takutnya akan kehilangan Revano semakin besar saat ini dan kini Amel memutuskan untuk pergi kedalam kamar tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya dan berencana akan kembali berbicara dengan Revano setelah suasana lebih tenang.
apa bedanya, kk Din??
wkwkwk
kl mo marah hrs direncanakan,
disusun yg rapi..
kyk jdwl mata pelajaran..
hihiiiii
hajar,Jo!!!
emg kk Dinar tau gmn
pergerakan buaYa.....??
wkwkwk
gk niat..
atau....
blm mau???
wkwkwk
Abg Nindy namanya jonathan?
calon Nindy namanya Nathan kan??
jantung yg bergoyang???
wkwkwk