Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
"Gue kesiangan!" Arsen membuka matanya dan turun dari sofa. Dia segera menuju kamar mandi untuk membasuh dirinya. Tak butuh waktu lama, dia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk saja dan masuk ke dalam kamarnya.
Di dalam kamar, seragamnya sudah tersedia di atas ranjang dengan sebuah catatan.
Sebagai balasan karena lo udah mindah gue ke kamar. Jangan lupa sarapan.
Arsen membuang kertas itu lalu memakai seragamnya. Kemudian dia mengambil tasnya dan memasukkan buku pelajaran hari itu dengan asal.
Setelah menyisir rambutnya dia menuju meja makan dan membuka tudung saji.
Hanya ada nasi goreng dan telur, kalau gak mau jangan dibuang biar nanti gue makan.
Arsen memakan nasi goreng itu dengan cepat karena sudah diburu waktu. Setelah habis, dia meminum air putih dan segera memakai sepatunya.
"15 menit lagi udah masuk, bisa telat gue. Naya sengaja banget gak bangunin gue." Setelah selesai memakai sepatu dia mengambil helm dan kunci motornya. "Kalau sampai telat ya udahlah pulang lagi, beres."
Arsen berjalan menuju pintu. Dia membaca tulisan yang ada di belakang pintu.
Jangan lupa pintunya dikunci.
Arsen menghela napas panjang. Naya ternyata benar-benar cerewet seperti emak-emak.
Setelah mengunci pintu, Arsen segera mengendarai motornya menuju sekolah.
...***...
"Kenapa angkotnya sedari tadi gak lewat?" Naya masih berdiri di pinggir jalan. Setahu dia ada angkot yang lewat di jalan itu dan searah menuju sekolahnya. Tapi mengapa sampai 30 menit tidak juga lewat. Apa dia mencegatnya kurang pagi? Sampai kakinya terasa pegal tidak ada satu angkot pun yang lewat.
Naya menundukkan pandangannya dan melihat jam tangannya. "Duh, kurang 15 menit lagi udah masuk."
Beberapa saat kemudian ada sebuah motor yang berhenti di depannya. Naya mendongakkan kepalanya. Seketika dadanya berdebar-debar saat melihat siapa yang berhenti di depannya.
"Kamu nunggu siapa? Bareng yuk!" ajaknya.
Naya meloading beberapa saat. Kacau, dia sama sekali tidak bisa menenangkan detak jantungnya. "Aku nunggu angkot."
"Hari ini semua sopir angkot sedang demo di balai kota, jadi gak ada yang jalan. Yuk! Daripada nanti kamu terlambat."
Naya akhirnya menganggukkan kepalanya dan naik ke boncengan Rangga. Beberapa saat kemudian motor Rangga segera melaju.
"Tumben gak dianter?" tanya Rangga.
"Iya, mulai sekarang aku harus bisa mandiri." jawab Naya.
Sepertinya Rangga akan bertanya lagi tapi dia urungkan. Dia menambah kecepatan laju motornya agar tidak sampai terlambat datang di sekolah. Karena tadi dia juga sempat terjebak macet.
Tepat saat memasuki gerbang sekolah Rangga berpapasan dengan Arsen.
Arsen berdengus kesal saat melihat Naya berada di boncengan Rangga. Dia tahu jika Rangga adalah mantan Naya. Entahlah, meskipun pernikahan itu tanpa cinta tapi Arsen tidak mau ada orang lain yang menyentuh miliknya.
Mereka menghentikan motornya berjajar di tempat parkir. Kemudian Naya turun dari motor Rangga.
"Makasih ya."
"Iya, sama-sama." jawab Rangga sambil melepas helmnya. Dia kini berjalan tanpa berkata apa-apa lagi.
Saat Naya akan mengikuti langkah Rangga, Arsen justru menahan tangannya. "Mau apa sih lo!" Naya berusaha menarik tangannya tapi cekalan Arsen sangat kuat.
"Lo kenapa gak bangunin gue? Untung gue gak telat."
"Salah lo sendiri!" Naya menarik tangannya tapi masih ditahan oleh Arsen.
"Lo kan bisa bareng gue berangkat ke sekolah. Ngapain lo bareng Rangga."
"Dih, suka-suka gue dong! Lagian gue gak mau ada yang tahu hubungan kita. Lepasin!" Naya menarik kasar tangannya hingga terlepas dari Arsen tapi Arsen masih saja menyusul langkahnya.
Tiba-tiba langkah Naya berhenti saat berpapasan dengan Tika. "Wah, ada pasangan baru karena one night stand."
Naya menatap tajam Tika lalu dia mendekatinya dan menamparnya dengan keras. "Gue gak nyangka lo teman yang busuk."
Tika beralih menjambak Naya. "Lo pikir gue bisa berteman sama anak musuh Papa. Lo salah!"
"Tika lepasin!" Arsen berusaha melerai mereka lalu melindungi Naya di belakangnya.
"Lo belain dia? Jangan-jangan lo udah ketagihan lagi sama dia. Harusnya lo terima kasih sama gue, gara-gara gue, lo bisa menikmati dia. Meskipun rencana gue untuk merusak nama dia dan bokapnya gagal."
Arsen mendorong Tika cukup keras hingga membuat Tika mundur beberapa langkah. "Sayang lo cewek, kalau gak udah gue hajar lo!" Arsen menarik tangan Naya agar mengikutinya.
Naya mengikuti langkah Arsen dengan kelabakan. "Arsen lepasin!"
Tapi Arsen tak menggubris perkataan Naya.
"Arsen!"
Akhirnya Arsen menghentikan langkahnya dan melepas tangan Naya. "Lo tuh gue belain, tapi kenapa lo malah marah sama gue!"
"Belain? Buat apa? Semua udah menjadi bubur. Harusnya dari awal kalau lo tahu gue dijebak, lo tolong gue bukan malah menjerumuskan gue!" Naya melangkah jenjang meninggalkan Arsen. Matanya kini berkaca-kaca. Dia tidak bisa percaya dengan perkataan Arsen. Bagaimanapun juga Arsen ikut andil dalam menghancurkan hidupnya.
Arsen membuang napas kasar. "Terserah lo Naya!" Dia kini berjalan menuju kantin, bukan ke kelas. Meski bel masuk akan berbunyi, dia tidak peduli. Ini hari pertama dia masuk di semester dua pasti tidak akan ada pelajaran.
Arsen kini ikut bergabung dengan teman-temannya di belakang kantin.
"Kirain gak masuk." kata Roni sambil memberi sebatang rokok pada Arsen.
"Iya, hampir aja gue telat. paling sekarang juga gak ada pelajaran." kata Arsen sambil menyulut sebatang rokok itu.
"Gue denger dari temannya Galang, katanya waktu di klub lo tidur sama Naya."
Arsen menghisap rokok itu sambil mendengar pembicaraan Roni. Temannya yang satu itu juga playboy dan lebih ba ji ngan dari dia.
"Gimana? Enak gak, Ar?" tanya Roni lagi.
"Soal rasa jangan ditanya." jawab Arsen asal.
"Gue tahu, meskipun Naya terlihat polos, tapi aset-asetnya mantap. Kapan-kapan gantian gue. Gue juga mau coba."
Seketika Arsen mematikan rokoknya dan menyergap krah Roni. Dia bersiap memukulnya. "Jangan pernah ada pikiran kotor sama Naya."
"Sabar. Emang lo ada hati sama Naya? Lo juga cuma mau pakai dia doang kan."
"Breng sek lo!" Arsen melayangkan satu pukulan di pipi Roni. Dia tidak peduli meskipun Roni adalah teman satu gengnya.
Beberapa teman-temannya akan melerai mereka tapi Arsen dan Roni semakin berbalas tonjokan.
"Apa yang kalian lakukan!" Teriakan Pak Herman menghentikan mereka berdua. "Arsen kamu lagi!"
Arsen melepas cekalannya di seragam Roni. Dia memang sudah biasa keluar masuk BK dan selalu mendapat ceramah serta hukuman dari Pak Herman.
"Baru hari pertama masuk kalian sudah berbuat ulah. Ikut Bapak ke ruang BK sekarang!"
Arsen berdengus kesal. Dia masih saja melempar tatapan mengancam pada Roni.
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
🥰😘