Terlalu sering memecat sekretaris dengan alasan kinerjanya kurang dan tidak profesional dalam bekerja, Bryan sampai 4 kali mengganti sekretaris. Entah sekretaris seperti apa yang di inginkan oleh Bryan.
Melihat putranya bersikap seperti itu, Shaka berinisiatif mengirimkan karyawan terbaiknya di perusahaan untuk di jadikan sekretaris putranya.
Siapa sangka wanita yang dikirim oleh Daddynya adalah teman satu sekolahnya.
Sambungan dari novel "Kontrak 365 Hari"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Terimakasih atas undangan makan malamnya Pak Halim. Senang menjalin kerjasama sama dengan Anda." Bryan menjabat tangan Pak Hakim, namun sebelah tangannya merangkul erat pinggang Annelise hingga tidak ada jarak di antara mereka. Bryan sedang akting menunjukan keromantisannya di depan Bella. Itu adalah salah satu cara Bryan agar Bella tidak berfikir untuk mendekatinya.
Dalam dunia bisnis yang sudah di geluti Bryan selama bertahun-tahun, bahkan sedari kecil dia memang berada di lingkup keluarga pebisnis, tentu hal-hal seperti yang dilakukan oleh Bella sangat banyak di temui di lingkungan kerjanya. Sebagian anak perempuan dari para pengusaha, tertarik pada pengusaha muda yah sudah mapan sukses. Tak jarang, ada yang di desak orang tuanya untuk mendekati pengusaha yang kekayaannya jauh di atas mereka untuk mendongkrak perusahaan mereka.
Jadi ketika Bryan melihat Pak Halim mengajak serta putrinya, Bryan sudah bisa membaca tujuan mereka.
Wajah Bella tampak masam melihat Bryan merengkuh mesra pinggang Annelise. Percuma saja sudah dandan cantik dan memakai baju keluaran terbaru dari designer ternama kalau ternyata Bryan sudah memiliki pasangan. Dalam hati, Bella sampai mengumpat kesal karna merasa di tolak mentah-mentah sebelum memulai. Dia terus melempar tatapan sinis dan tak suka pada Annelise. Walaupun wajah Annelise lumayan cantik di mata Bella, tapi Bella yakin status sosial Annelise sangat jauh di bawahnya. Terlihat dari pakaian serta tas dan jam yang di pakai Annelise bukan dari brand ternama.
"Cih,, Mungkin selera Bryan memang kampungan.!" Batin Bella mengumpat.
Di saat mereka saling berjabat tangan dan berpamitan, Bella malah membuang muka dan menyibukkan diri dengan ponsel. Wanita itu seolah tidak sudi berbasa-basi lagi dengan Bryan dan Annelise.
"Kalian pasangan yang serasi, saya tunggu undangan pernikahannya." Kata Pak Halim mengakhiri basa-basi ketika akan pergi dari restoran.
"Hati-hati di jalan Pak Halim."
Bryan hanya mengangguk dengan senyum tipis, sedangkan Annelise tampak tersenyum kaku karna tidak nyaman dengan sandiwara ini dan risih pada tangan Bryan yang sejak tadi merengkuh pinggangnya.
Pak Halim dan Bella perlahan mulai menjauh dari sana. Beberapa kali Bella terlihat menghentak-hentakan kakinya saat berjalan.
"Papa bilang Bryan belum punya pacar, tapi malah datang berdua dengan perempuan." Bella menggerutu dengan bibir mencebik. Sudah menghayal tinggi-tinggi dengan menjadi istri dari seorang Bryan, tapi di tampar oleh kenyataan karna Bryan mengenalkan wanita lain sebagai pacarannya. Nasib baik belum berpihak pada Bella.
"Papa juga tidak tau. Rumor bahwa Bryan masih jomblo sampai sekarang, pasti bukan rumor palsu. Mungkin mereka baru menjalin hubungan, jadi belum ada rumor terbaru. Kamu tenang saja, masih banyak rekan bisnis Papa yang single." 0ak Halim mengusap-usap punggung putrinya. Bella mencebik dan berjalan semakin cepat menuju mobil mereka di depan restoran.
...*****...
"Sana menjauh." Bryan mendorong pelan bahu Annelise setelah memastikan Pak Halim dan Bella sudah keluar dari restoran.
Annelise melotot tak percaya dengan perlakuan Bryan yang tiba-tiba kasar padanya. Baru beberapa menit lalu Bryan masih memanfaatkan dirinya untuk mengusir perempuan kecentilan, sekarang malah di dorong begitu saja seperti menyingkirkan sesuatu yang menggelikan. Jelas saja Annelise melotot kesal, kedua tangannya sudah berkacak pinggang di depan Bryan.
"Pak Bryan menyuruh saya menjauh.? Apa saya tidak salah dengar.?" Annelise tersenyum sinis.
"Sejak masuk ke ruangan itu, Pak Bryan yang menempel pada saya seperti parasit.! Dasar tidak tau terimakasih.! Sudah memanfaatkan orang lain, bukannya berterimakasih malah berbuat kasar.!" Maki Annelise dengan tatapan tajam. Dari sorot matanya, Annelise seperti tidak ada takut-takutnya mencaci maki Bryan untuk melupakan kekesalannya.
"Menyebalkan.!" Pekik Annelise seraya berlalu dari sana dan buru-buru keluar dari restoran meninggalkan Bryan yang melongo. Mungkin dia syok berat karna melihat Annelise berani memarahinya.
"Tunggu saja sampai kontrak kerjanya habis.! Aku tidak sudi bekerja dengannya lagi." Annelise menggerutu sampai di pinggir jalan. Dia merogoh ponsel dari tasnya untuk memesan taksi. Meski baru pertama kali pergi ke Batam, Annelise bukan wanita bodoh yang tidak bisa kembali sendiri ke hotel. Jaman sudah canggih, dia hanya perlu membuka aplikasi taksi online dan mengetik nama hotel tempatnya menginap. Tanpa harus satu mobil bersama Bryan, Annelise bisa pulang ke hotel dengan tenang.
Saat sedang menunggu taksi, Annelise di kejutkan oleh Bryan yang entah sejak kapan berdiri tak jauh di belakangnya. Bryan maju beberapa langkah saat melihat ada mobil yang mendekat ke arah mereka.
"Pak Bryan mau apa lagi.? Saya mau pulang pakai taksi, jangan paksa saya pulang dengan Bapak. !" Annelise menggerutu. Bibir maju beberapa senti saking kesalnya melihat wajah Bryan. Bisa-bisanya wajah setampan itu menjadi tidak enak dipandang di mata Annelise. Yang ada di pikiran Annelise saat melihat Bryan adalah sikapnya yang menyebalkan, hingga wajah tampannya tidak terlihat lagi.
"Kamu yakin akan selamat sampai tujuan kalah pulang pakai taksi.? Kamu tidak hapal jalanan kota Batam. Kamu mana tau jika di arahkan ke jalanan sepi. Kalau kamu di bawa kabur, aku yang repot. Jadi jangan menimbulkan masalah untukku dengan naik taksi sendirian.!" Omel Bryan. Annelise melongo tak habis pikir, seharusnya dia yang marah pada Bryan, kenapa Bryan juga ikut marah padanya.
Bryan mengetuk kaca mobil yang baru saja berhenti di depan mereka. Pria itu mengambil beberapa uang dari dompetnya dan memberikannya pada supir taksi.
"Selesaikan saja ordernya sampai tujuan, dia pulang dengan saya." Kata Bryan seraya melirik Annelise yang berdiam diri di sampingnya.
Gara-gara ucapan Bryan, Annelise jadi takut naik taksi. Apalagi setelah melihat wajah supir taksinya. Kok kelihatan menyeramkan. Pikiran Annelise jadi kemana-mana. Takut di apa-apakan oleh supir taksi itu. Padahal wajah sangar belum tentu jahat. Yang punya wajah tampan dan terlihat waras saja bisa bersikap kejam, seperti Bryan contohnya.
"Baik Pak, terimakasih." Supir taksi itu full senyum. Dia di bayar berkali-kali lipat tanpa harus membawa penumpang. Walaupun tetap harus menyelesaikan orderan. Dari pada di cancel, tidak dapat apa-apa. Yang ada malah ratingnya turun.
...******...
Bryan dan Annelise sudah berada di dalam mobil. Mobil itu di sewa oleh Bryan untuk beberapa hari ke depan selama berada di Batam. Tentunya agar memudahkan aktifitasnya selama di sana.
Selama perjalanan, Annelise membuang pandangan ke luar jendela. Dia sepertinya sudah sangat dongkol pada Bosnya, sampai malas melihat ke arah Bryan. Jika wanita-wanita di luar sana terang-terangan menatap wajah Bryan karna kagum dengan ketampanannya, Annelise justru terang-terangan menolak pesona Bryan dan enggan melihat wajahnya.
"Apa kamu tidak tertarik dengan tawaran ku dua minggu lalu.?" Bryan membuka obrolan.
"Tawaran yang mana.?" Sahut Annelise tanpa menoleh, dia asik menikmati suasana jalanan di kota Batam.
"Kontak fisik." Jawab Bryan singkat. Dia sebenarnya tidak berminat pada Annelise karna berani menentangnya. Tapi Bryan juga tidak punya pilihan lain selain Annelise. Karna menurut Bryan, hanya Annelise yang bisa di ajak sandiwara. Sebab Annelise tidak menunjukkan ketertarikan padanya. Jika Bryan meminta tolong pada wanita lain, dia yakin akan mendapat masalah besar. Karna mungkin wanita itu akan memanfaatkan situasi dengan menggodanya lebih jauh.
"Saya masih cukup waras untuk menuruti keinginan gila Pak Bryan. Jangan harap saya mau menerima tawaran konyol itu.!" Jawab Annelise tegas dan jelas.
Bryan berdecak kesal dan tidak bicara lagi. Pendirian Annelise cukup kuat untuk di runtuhkan, mungkin Bryan harus mencari cara lain agar berhasil.