Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27.
“Buah dari pohon ini sudah jatuh di pangkuanku.” Gumam Lingga Sari di dalam hati yang merasa di atas pangkuan nya sudah ada buah dari pohon itu.
Di saat Lingga Sari akan membuka kedua matanya..
Tiba tiba buah itu masih menggelincir lagi dari pangkuan nya dan terjatuh di tanah..
Telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa laki laki yang menyuruh nya untuk bersemedi..
“Lanjutkan semedi kamu Lingga Sari.. Buah itu belum jatuh di atas pangkuan kamu. Tunggu sampai ada buah yang jatuh di pangkuan kamu dan tidak lari jatuh di tanah.”
Lingga Sari lantas melanjutkan semedi nya.
Waktu terus berlalu dan siang hari pun tiba .. di hutan yang sangat lebat itu udara tiba tiba terasa sangat begitu panas bagi Lingga Sari. Keringat dan peluh membasahi seluruh tubuhnya.. rambut panjang Lingga Sari sudah terlihat sangat berantakan dan kotor. Tubuh mulus nya pun terlihat sangat kotor. Pakaian dan selendang sutra warna putih nya juga sudah terlihat kotor dan kumal. Daun daun kotoran burung banyak jatuh dan menempel di tubuh Lingga Sari..
Di saat Lingga Sari sudah teramat begitu lelah...
Ssswwwhhhtttttt
TLEPIK
Satu buah dari ranting pohon jatuh tepat di atas pangkuan Lingga Sari. Lingga Sari masih diam saja untuk melanjutkan semedi nya. Dia berpikir buah itu akan menggelincir jatuh lagi ke tanah.. Hingga beberapa menit buah itu masih berada di atas pangkuan Lingga Sari.
“Lingga Sari, bukalah kedua mata kamu.. “ suara berwibawa seorang laki laki yang menyuruhnya bersemedi.
Lingga Sari membuka kedua matanya, pandangan matanya langsung tertuju pada buah yang ada di atas pangkuan nya. Satu buah berwarna merah menyala, buah itu tidak besar hanya sebesar buah duku atau buah kelengkeng. Tetapi wujud dan bentuknya seperti buah cermai..
“Ambillah buah itu dan makan lah... “ suara berwibawa seorang laki laki itu lagi. Sosok nya belum lagi terlihat oleh Lingga Sari.
“Baik Bapa ..” suara lirih dan agak serak dari mulut Lingga Sari karena sudah berhari hari dia tidak membuka mulut nya.
Lingga Sari pelan pelan mengambil buah itu, dia usap usap sebentar lalu dia makan buah itu.
“Hmmm enak asam asam manis..” gumam Lingga Sari di dalam hati.
Be berapa saat kemudian tubuh Lingga Sari terasa segar bugar...
“Pergilah ke sungai dan bersihkan tubuh dan pakaian kamu.” Suara berwibawa seorang laki laki di dengar oleh telinga Lingga Sari lagi.
Lingga Sari bangkit berdiri dengan pelan pelan..
“Tubuhku terasa segar dan kuat sehabis makan buah tadi.” Gumam Lingga Sari di dalam hati saat dia merasa baik baik saja saat bangkit berdiri, tidak kesemutan atau berkunang kunang.
Lingga Sari mencoba melangkah dan dia bisa berjalan dengan baik pula..
“Aku harus mencari daun yang lebar untuk menutup tubuhku, seperti nya Bapa itu terus mengikuti aku..” gumam Lingga Sari di dalam hati.
Sesaat Lingga Sari mendengar suara tawa seorang laki laki..
“Ha... ha... ha... tidak Lingga Sari aku tidak akan mengikuti kamu pergi ke sungai.. tenang lah.. tetapi tidak apa apa kamu tutup tubuh kamu dengan daun kalau kamu malu.. siapa tahu tiba tiba ada orang ke sini..”
“Hmmm dia selalu bisa mendengar suara batin ku, sebenarnya siapa dia?” Gumam Lingga Sari di dalam hati lagi sambil terus melangkah menuju ke sungai.
“Aku yang akan membantu kamu Lingga Sari.. suatu saat kamu akan tahu siapa aku..” suara berwibawa seorang laki laki itu lagi.
“Katanya tidak mengikuti aku mandi, kenapa masih mendengar suara batinku..” gumam Lingga Sari.
“Ha... ha... ha... Aku tidak mengikuti kamu sekarang tetapi telinga ku tetap mendengar suara mulut dan suara batin kamu...”
Lingga Sari terus berjalan menuju ke sungai.. di saat di perjalanan dia melewati tanaman keladi hutan yang daunnya sangat lebar, yang getah nya tidak membuat gatal di kulit. Lingga Sari mengambil daun keladi hutan itu, yang nanti akan dipakai untuk menutupi tubuh moleknya di saat dia melepas pakaian nya
“Aku berharap semedi ku berhasil dan aku bisa bertemu Windy dan mengambil jasad Kakak Wanandi.” Gumam Lingga Sari di dalam hati sambil terus melangkah menuju ke sungai. Di tangannya sudah membawa satu lembar daun keladi yang sangat lebar.
Beberapa saat Lingga Sari sudah berada di tepi sungai..
“Di sana ada batu besar aku bisa berlindung di balik batu besar itu.” Ucap Lingga Sari sambil melangkah menuju ke batu besar.
Lingga Sari melepas selendang dari bahunya.. dia pun pelan pelan melepas kain batik yang membalut tubuhnya di balik batu besar itu. Lingga Sari lalu menutup i tubuh dengan daun talas dia kaitkan dengan ranting kecil.
“Aku cuci baju ku dulu mumpung masih panas.” Gumam Lingga Sari yang berjalan menuju ke sungai sambil membawa baju nya yang sangat kotor.
Lingga Sari pun mencuci kain dan selendang sutra putih nya di air sungai itu. Tubuhnya masih tertutup daun talas. Setelah dia selesai mencuci kain dan selendang nya.. Lingga Sari menjemur kain dan selendang itu di atas batu besar.
“Aku sekarang harus cepat cepat mandi..” ucap Lingga Sari dan kembali melangkah cepat cepat menuju ke air sungai dia pun menyebutkan diri ke dalam air sungai yang sangat jernih air nya. Daun talas lebar nya dia taruh di tepi sungai untuk dipakai lagi jika nanti dia sudah keluar dari dalam air dan untuk menunggu kain nya kering.
“Segarnya tubuh ku sekarang ini...” gumam Lingga Sari yang membenamkan seluruh tubuhnya di dalam sungai. Dia pun sesekali memasukkan kepala nya ke dalam air sungai agar rambut nya kembali bersih.
Beberapa menit kemudian, Lingga Sari sudah merasa tubuh dan rambutnya sudah kembali bersih.. Dia pun berenang menuju ke tepi sungai tempat daun talas ditariknya tadi.
Di saat tangan Lingga Sari meraih daun talas untuk menutup tubuh molek nya..
Mata Lingga Sari melihat satu sosok orang yang sangat tidak asing baginya dan begitu dia rindukan..
Kedua mata Lingga Sari langsung berbinar binar penuh cinta...
“Kakak Wanandi..” gumam Lingga Sari.
“Apa arwah Kakak Wanandi mendatangi aku? Apa setelah aku melakukan semedi aku bisa melihat arwah Kakak Wanandi..” gumam Lingga Sari di dalam hati lagi sambil masih menatap sosok yang begitu dia cintai..
Akan tetapi tiba tiba telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa laki laki yang sudah menyuruhnya bersemedi dan baru saja menyuruhnya mandi di kali..
“Cepat tutup tubuh kamu dengan daun talas itu.”
“Bapa katanya tidak mengikuti aku mandi di kali tetapi kenapa Bapa tahu aku belum mengenakan apa apa.” Gumam Lingga Sari dan cepat cepat menutup tubuh molek nya dengan daun talas.
“Karena aku mendengar kamu menyebut nama Wanandi suamimu, maka aku harus mengecek kamu.”